Neanderthal Mampu Buru Gajah Raksasa di Zaman Es, Begini Studinya

ADVERTISEMENT

Neanderthal Mampu Buru Gajah Raksasa di Zaman Es, Begini Studinya

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Rabu, 06 Sep 2023 06:30 WIB
Rekonstruksi manusia Neanderthal mengeksploitas gajah gading lurus di Zaman Es.
Rekonstruksi manusia Neanderthal mengeksploitas gajah gading lurus di Zaman Es. Foto: Copyright Benoît Clarys, courtesy of the Schöningen project
Jakarta -

Detikers sering mendengar bahwa mammoth adalah hewan darat terbesar dari Zaman Pleistosen alias Zaman Es? Kabar itu salah. Yang lebih salah, menurut temuan peneliti, adalah manusia tidak mampu memburunya.

Hewan terbesar yang hidup sekitar 100.000 tahun lalu itu adalah gajah bergading lurus (Palaeoloxodon antiquus). Beratnya mencapai 13 ton, sekitar dua kali berat gajah Afrika modern. Saat itu, si gajah purba hidup di seluruh Asia dan Eropa, seperti dikutip dari IFL Science.

Kendati sangat besar, gajah purba ini diperkirakan peneliti telah diburu manusia Neanderthal. Satu ekornya dijadikan bahan makanan satu suku selama berbulan-bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gajah Purba di Santapan Orang Neanderthal

Fosil gajah tersebut ditemukan di situs Neumark-Nord 1, dekat Halle, Jerman. Peneliti menemukan 3.122 tulang, gading, dan gigi gajah di situs purbakala ini. Diperkirakan, fosil-fosil ini berasal dari 70 ekor gajah gading lurus yang hidup sekitar 125.000 tahun lalu.

Tulang gajah gading lurus itu ditemukan memiliki banyak jejak goresan. Bukti ini menggiring peneliti Sabine Gaudzinki-Windheuser dan rekan-rekan menemukan bahwa garis-garis di tulang itu adalah bekas manusia Neanderthal memotong daging yang lengket dengan di tulang tersebut.

ADVERTISEMENT

Dosen dan peneliti asal MONREPOS Archaeological Research Center tersebut menjelaskan, jejak-jejak goresan di tulang itu hanya dapat ditimbulkan perkakas batu yang dipakai orang Neanderthal yang hidup saat itu untuk mengiris daging gajah. Karena ukurannya amat besar, peneliti memperkirakan butuh satu suku untuk menghabiskan satu gajah buruan selama berbulan-bulan.

Manusia Neanderthal Bersenjata

Temuan tim peneliti ini mendukung perkirkaan bahwa Palaeoloxodon punah akibat diburu manusia Neanderthal, yang merupakan manusia purba genus Homo dari zaman Pleistosen.

Sebelumnya, bukti-bukti perburuan ini dinilai masih ambigu. Ukurannya yang sangat besar membuat gajah gading lurus diperkirakan juga bisa punah karena kekurangan makanan, bukan karena dimangsa. Temuan peneliti yang dilaporkan di jurnal Science Advance ini mendukung perkiraan bahwa nasib gajah gading lurus berubah ketika bertemu dengan kelompok manusia bersenjata, para Neanderthal.

Ukuran Neanderthal, seperti manusia modern, jauh lebih kecil dari gajah gading lurus. Namun, manusia Neanderthal saat itu diperkirakan sudah memiliki keterampilan membuat alat atau senjata untuk menghadapi Palaeoloxodon.

Di sisi lain, ada keraguan peneliti tentang kemampuan Neanderthal memburu gajah gading lurus. Sebab, melawan binatang buas sebesar Palaeoloxodon tentu sangat menakutkan dan berbahaya. Maka, bisa jadi bangkai gajah gading lurus itu dikonsumsi setelah mati akibat sebab lain.

Namun, keraguan ini ditepis dengan banyaknya temuan tulang di satu situs purbakala tersebut. Selain itu, tulang-tulang itu mayoritas dari gajah usia dewasa yang tidak mungkin dikalahkan oleh hewan lain yang lebih kecil. Peneliti memperkirakan, gajah yang cenderung diburu yakni yang soliter atau tidak dalam kawanan, terlebih kawanan betina dan bayinya.

Bukti Neanderthal Makan Gajah Purba

Para peneliti memperkirakan perlu waktu yang lama bagi Neanderthal memotong dan menghabiskan daging gajah Palaeoloxodon itu. Perhitungannya, perlu sekitar 25 orang untuk memakan semuanya dalam waktu tiga bulan.

Karena itu, peneliti percaya bahwa setidaknya Neanderthal hidup dalam kelompok yang besar dan terkadang mengadakan pesta yang besar pula. Saat itulah daging gajah sebesar ini dapat dikonsumsi bersama.

Memburu Bukan Kebiasaan

Namun penemuan ini tidak mengartikan bahwa memburu gajah adalah hal yang biasa Neanderthal lakukan. Hal ini dijelaskan oleh Dr Britt Starkovich dari Universitas Tubingen dalam perspektif pendukungnya di Science Advances.

"Neanderthal bukanlah monolit dan mereka kaya perilaku adaptif, yang memungkinkannya berhasil dalam beragam ekosistem Eurasia lebih dari 200.000 tahun," jelasnya.

Tidak hanya berdasarkan perspektif Dr Britt, temuan lain juga mengubah perspektif para ahli soal santapan Neanderthal. Sebab, tulang mammoth yang besarnya setengah Palaeoloxodon dan badak juga ditemukan sebagai bahan perkakas manusia Neanderthal.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads