Baru-baru ini sekitar ratusan salmon chum yang sedang atau selesai bertelur ditemukan di sungai Anaktuvuk dan Itklik, lereng paling utara Alaska. Padahal, salmon chum merupakan spesies yang berasal dari habitat Samudera Pasifik.
Pemandangan yang tak biasa ini menjadi perhatian serius para ilmuwan. Terlebih, salmon terbesar kedua ini, mulanya dapat ditemukan di wilayah pesisir Amerika Utara dan Asia.
Namun kini, ikan-ikan salmon bertelur jauh ke utara dan menunjukkan perpindahan habitat baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah Pernah Terjadi Sebelumnya
Meski terbilang langka, namun temuan ini bukan hal yang pertama terjadi. Menurut Yereth Rosen dari Alaska Beacon, penduduk setempat sempat melaporkan penampakan salmon chum berusia remaja pada tahun 2017, ketika memilah-milah ikan Arktik yang ditangkap.
"Saya tidak ingin menggambarkan penemuan kami sebagai yang pertama. Dengan asumsi tidak ada seorangpun yang pernah melihat hal ini sebelumnya, dan manusia telah berada di sana selama ribuan tahun," ucap Elizabeth Mik'aq Lindley, ahli ekologi evolusi UAF, dikutip dari situs resmi UAF.
Akan tetapi, berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan baru-baru ini, diketahui jumlah salmon di Alaska Utara meningkat.
Sebenarnya, salmon chum biasanya menetas di aliran tawar dan sungai, kemudian bermigrasi ke lautan asin untuk mencari makan dan tumbuh.
Ketika sudah menginjak usia dewasa, antara tiga sampai enam tahun, mereka akan kembali ke daerah tempat mereka dilahirkan untuk bertelur. Setelah bertelur, ikan salmon akan mati.
Namun temuan baru menunjukkan bahwa beberapa salmon melakukan perjalanan lebih jauh ke utara untuk bertelur. Alih-alih berenang kembali ke perairan asal mereka, salmon-salmon tersebut memilih untuk menetap di area tersebut.
Mengapa Salmon Berpindah Habitat hingga ke Alaska?
Ahli ekologi evolusi dari University of Alaska Fairbank (UAF), Peter Westley, mengatakan ikan-ikan salmon tersebut ditemukan di sungai Alaska yang mengalir ke Samudera Arktik.
Menurutnya, kondisi ini menunjukkan tanda perubahan iklim di habitat awal karena salmon-salmon tersebut bergeser ke arah kutub.
"Kami tidak hanya melihat ikan yang sedang aktif bertelur, atau selesai bertelur dan masih hidup, tapi juga bangkai ikan yang telah bertelur dan sudah mati," ujarnya dikutip dari Smithsonian Magazine.
Para peneliti berpendapat bahwa perubahan iklim mendorong pergeseran salmon hingga ke utara. Hal ini diketahui karena populasi salmon di California dan Washington telah menurun.
Tahun ini, jumlah salmon yang berada di Sungai Yukon di Alaska dan Kanada lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Di sisi lain, wilayah Arktik mengalami pemanasan empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di planet ini.
Sejauh ini, para peneliti belum dapat menentukan apakah telur salmon yang dihasilkan di Alaska utara dapat bertahan hidup. Untuk mengetahuinya, mereka meninggalkan sensor suhu yang dapat mendeteksi apakah sungai membeku di musim dingin atau tidak.
"Jika mereka membeku, itu adalah akhir dari segalanya. Telur salmon tidak dapat bertahan hidup jika dibekukan," ujar Westley.
Kini, para ilmuwan masih bertanya-tanya apakah peningkatan jumlah salmon berdampak baik bagi wilayah tersebut. Sebab, populasi salmon berpotensi mengambil ruang dan sumber daya ikan asli wilayah Arktik.
Namun di sisi lain, telur salmon juga bisa menjadi sumber makanan baru bagi spesies asli.
(faz/faz)