Tahukah detikers, kalau kulit ikan mengandung banyak protein struktural yaitu kolagen lo. Kandungan ini bahkan bisa untuk mengobati cedera mata pada hewan. Bagaimana caranya?
Selama ini, protein pada kulit ikan ini cukup populer di berbagai bidang kesehatan, baik untuk hewan maupun manusia. Banyak ditemukan juga pada produk brand-brand kecantikan yang mengklaim kandungan kolagen pada produk mereka karena manfaatnya yang kaya ini.
Salah satunya adalah kulit ikan nila yang telah banyak dieksplorasi penggunaannya. Mulai dari untuk membalut luka bakar, mengoreksi hernia perut, memperbaiki katup jantung, hingga merekonstruksi vagina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Kulit Ikan Nila
Manfaat yang ada pada protein kulit ikan kemudian mendorong seorang dokter mata hewan dari negara bagian CearΓ‘, Brasil, yakni Mirza Melo, untuk mengembangkan penelitian terkait kulit ikan nila.
Dia menguji kulit ikan nila untuk mengatasi berbagai masalah mata hewan, seperti ulkus dan perforasi kornea yang banyak terjadi pada anjing dengan moncong pendek.
"Ini adalah spesies dengan mata yang sangat menonjol," kata Melo dikutip dari Scientific American.
Berdasarkan penelitiannya, Melo melihat potensi pengobatan cedera kornea dengan kulit ikan nila. Cedera kornea itu biasanya diobati dengan menempatkan membran dari plasenta kuda yang juga dikenal sebagai sumber kolagen.
Namun, menurut Melo, kandungan kolagen pada kulit ikan nila lebih tinggi dibandingkan plasenta kuda. Hal tersebut yang melatarbelanginya untuk mencoba menukar membran tersebut dengan kulit ikan nila.
Operasi pertamanya membuahkan hasil. Pada tahun 2019, Melo mengoperasi Shih Tzu, seekor anjing yang mengalami perforasi kornea parah. Hasilnya, kulit ikan nila mampu membantu regenerasi luka area mata itu.
Kolagen pada Kulit Ikan Lebih Banyak Dibandingkan Plasenta Kuda
Awalnya Brazil's Burn Support Institute dan the Federal University of CearΓ‘ mengawali penelitian yang bernama Tilapia Skin Project. Proyek tersebut mempelopori penggunaan kulit untuk mengobati luka bakar, yang merupakan masalah di bidang kesehatan yang paling mendekati dengan pembedahan.
Dengan dukungan mereka, Melo mulai menguji membran yang disebut matriks dermal acellular (ADM) yaitu membran yang terbuat dari kolagen murni yang diekstraksi dari kulit ikan.
Menurut Melo, kolagen sangat bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan sel dan mampu memandu pembentukan berbagai jenis jaringan.
Alasan lain Melo memilih kolagen pada kulit ikan nila karena lebih tinggi daripada plasenta kuda adalah konsistensi jumlahnya.
Pasokan dan kualitas kolagen pada ikan nila tetap tinggi sepanjang hidup ikan. Berbeda dengan kolagen pada plasenta kuda yang bervariasi tergantung pada usia dan berat hewan.
Kolagen Kulit Ikan Telah Sembuhkan Banyak Hewan
Diketahui kolagen yang diproses menjadi ADM berbentuk lembaran kertas tebal. Dalam penggunaannya, dokter hewan akan menghidrasi ADM dengan larutan garam sebelum operasi.
Kemudian, setelah agak lunak, ADM diletakkan di atas lesi kornea anjing. Kolagen tersebut kemudian dijahit dengan fungsi sebagai perancah regenerasi sel.
Temuan tersebut telah berhasil menyembuhkan lebih dari 400 anjing yang dirawat oleh Melo. Sejauh ini, anjing-anjing tersebut tidak menunjukkan rasa sakit ataupun masalah infeksi pasca operasi.
Meskipun strategi perbaikan kornea, pencakokan, hingga transplantasi menggunakan plasenta kuda selama ini juga berhasil baik, tetapi jaringan parut masih perlu menjadi perhatian.
Seorang dokter spesialis mata hewan yang tidak terlibat dalam proyek ADM, Robson Santos, menyatakan kulit ikan nila menjadi alternatif yang terbaik saat ini.
"Kulit ikan nila adalah alternatif yang sangat baik dibandingkan teknik-teknik yang sudah kita miliki," ujarnya.
Kini, Melo ingin mengembangkan teknik ini untuk kucing. Pihaknya mengatakan bahwa diskusi terkait adaptasi penggunaan pada manusia juga telah dimulai.
Melo berharap, penelitian ini mampu membawa manfaat hingga ke retina mata karena bagian organ tersebut cukup sulit diobati. Mengingat neuron khusus yang terletak pada retina mata sangat sensitif.
"Di sinilah kita memiliki sumber daya yang paling terbatas, baik di bidang kedokteran hewan maupun oftalmologi manusia. Jadi kami berharap bisa mencapainya suatu hari nanti," tutur Melo.
(faz/faz)