Sekitar 40 tahun yang lalu, burger daging sapi pertama yang dikembangkan dari sel induk sapi di laboratorium mulai populer. Hanya saja biaya menghasilkan daging hasil budidaya lab saat itu terbilang sangat mahal karena teknologi tinggi yang digunakan.
Hal ini telah mendorong lebih dari 100 perusahaan startup untuk menyempurnakan teknologinya pada daging selain sapi, seperti ayam, babi, dan ikan. Harapannya, mereka dapat meningkatkan hasil, menurunkan biaya produksi, dan membawa keuntungan lebih besar.
Believerz Meats, perusahaan teknologi pangan di Rehovot, Israel, bahkan mengklaim produk daging hasil budidaya di laboratorium sebagai produk yang bebas dari kekejaman. Mereka menilai, daging hasil budidaya sel ini lebih baik dari segi lingkungan dibandingkan daging budidaya tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengingat, peternakan memerlukan lahan, pakan, dan air dalam jumlah besar. Terlebih, peternakan juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tidak baik untuk lingkungan.
Lantas, bagaimana dengan proses pembuatan daging di laboratorium? Yuk simak penjelasannya.
Daging dari Sel Protein Otot
Secara konsep, sebenarnya ketika kita makan daging sapi atau ayam, maka sebagian besar dari yang kita konsumsi adalah serat otot.
Serat otot adalah sel berinti banyak (atau multinucleate cells) yang berdiameter 10 hingga 100 mikron. Inti dalam sel tersebut bersifat pascamitosis, yaitu tidak membelah dan membuat sel baru. Selain itu, kandungan daging lainnya adalah protein myofibrillar, yaitu bagian dalam sel yang berfungsi membentuk organel.
Seorang profesor fisiologi dari North Carolina State University dengan keahlian dalam budidaya sel hewan di laboratorium, bernama Paul Mozdziak, PhD menyatakan bahwa pada dasarnya, daging buatan diproduksi dengan mengekstraksi semua protein otot dan membentuknya kembali.
Dilansir dari laman Popular Mechanics, sebagian besar perusahaan yang telah mengungkapkan metode pembuatan daging mereka kepada publik, mulai membuat daging dari sel fibroblas untuk bahan budidayanya.
Dalam otot hewan, terdapat jaringan ikat yang disebut dengan epimisium. Di dalamnya, terdapat sel-sel otot individual yang dikelompokkan menjadi satu bundel, dan masing-masing bundel ini dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium.
Mereka mengandung protein yang disebut dengan fibroblas. Sel fibroblas dapat mengeluarkan protein dan membentuk jaringan ikat kolagen.
Ada banyak pendekatan mengembangkan sel tersebut. Jika kita mengambil sel dari sampel otot yang dihaluskan, kemudian dibiarkan berkembang biak, maka disebut dengan stem sel atau sel satelit.
Jika kita mengambil sel-sel dari blastoderm, membiarkannya berkembang biak, kemudian menghasilkan garis sel yang berkesinambungan maka dikenal dengan sel induk embrionik.
Sedangkan apa yang dilakukan BELIEVER Meats adalah mengambil fibroblas kulit dari potongan kulit ayam, lalu memberikan sedikit enzim, dan memasukkannya ke dalam cawan kultur. Kemudian, mereka membiakkan dan mengamatinya hingga sel-sel tersebut mencapai jumlah populasi yang akan tumbuh tanpa batas.
Daging Buatan Juga Dapat Terkontaminasi Seperti Daging Asli
Daging yang diproduksi di laboratorium ini tidak seluruhnya dapat bebas dari patogen yang memungkinkan infeksi pada daging mentah. Atau menyebabkan keracunan makanan seperti akibat adanya bakteri Salmonella, Listeria, dan E.coli.
Terdapat beberapa kemungkinan titik kegagalan pada proses budidaya daging di Laboratorium. Pada akhirnya, kegagalan-kegagalan tersebut dapat menimbulkan masalah pada kondisi produk daging mentah di akhir. Salah satunya, kemungkinan virus yang masuk dalam reaktor dapat diperbanyak bersamaan dengan sel daging.
Misalnya, jika bakteri dimasukkan ke dalam reaktor, biasanya bakteri tersebut akan tumbuh lebih besar dari sel yang dikultur. Hal ini justru memungkinkan kita akan mendapatkan sup bakteri, bukan sup daging.
Daging yang dibudidayakan tidak memiliki masalah paparan bakteri seperti pada daging hewan asli yang mengalami pencernaan. Namun risiko utamanya berasal dari orang yang menangani bahan tersebut.
Setelah kita menyiram reaktor, kita mempunyai risiko paparan yang sama seperti yang dialami daging hewan. Akan tetapi, risikonya sedikit lebih kecil.
Meskipun, kita tidak bisa berasumsi semuanya benar-benar steril. Pada proses pengangkatan bioreaktor, peneliti perlu mengevakuasi reaktor untuk mendapatkan massa sel yang menjadi produk daging.
Saat menekan tombol reaktor, maka semua semua bahan yang keluar dari dasar reaktor akan berada di dalam aliran cairan yang sangat banyak. Mozdziak menyebutnya dengan tahap membilas reaktor. Pada tahap paling akhir pun, reaktor perlu dibersihkan dan ditangani dengan baik untuk penggunaan selanjutnya.
(pal/pal)