Saat kupu-kupu terbang di halaman rumah, mereka dapat dengan mudah menemukan bunga-bunga sebagai sumber makanannya. Namun, secara teori kupu-kupu memiliki penglihatan yang cenderung buruk.
Kupu-kupu memiliki indera penglihatan yang sangat berbeda dengan mata manusia. Akan tetapi, mereka dapat beradaptasi dengan baik untuk menavigasi alam.
Hal ini membuat mereka terhindar dari kondisi terbang yang terus-menerus menabrak dinding, mengepakkan sayapnya ke arah pejalan kaki, atau bertabrakan satu sama lain. Memang apa yang dimaksud dengan penglihatan kupu-kupu yang buta atau beresolusi buruk? Simak penjelasan berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indra Penglihatan Serangga
Dikutip dari laman resmi Arizona State University, ketika mata serangga diobservasi di mikroskop, akan ditemukan mata yang terdiri atas ratusan lensa kecil berbentuk segi enam.
Setiap lensa berada di atas tabung panjang yang disebut ommatidium. Ommatidia ini dikemas dengan sel-sel khusus yang tugasnya menangkap cahaya dari lingkungan. Sel-sel khusus disebut fotoreseptor. Semakin banyak cahaya yang dipantulkan suatu benda, maka semakin mudah membentuk bayangan benda tersebut.
Serangga dapat melihat cahaya yang tidak terlihat oleh manusia. Hal menakjubkan ini karena mereka memiliki fotoreseptor yang mampu mendeteksi sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet ini banyak dipantulkan oleh bunga.
Kebanyakan bunga memiliki pola ultraviolet pada kelopaknya yang berfungsi seperti landasan pacu pada pesawat terbang. Warna ultraviolet yang cerah akan memudahkan serangga mencari sumber nektar sekaligus melakukan penyerbukan pada bunga.
Mata Majemuk Sebagai Kompromi
Jika kupu-kupu dapat melihat sinar ultraviolet itu, mengapa disebut buta? Hal ini karena tabung kecil yang disebut ommatidia membentuk mata majemuk.
Mata majemuk ini bukan berarti serangga hanya melihat satu gambar yang sama dengan tabung-tabung kecilnya. Namun, mereka melihat sesuatu dengan jelas atau bahkan dengan penglihatan warna yang sama baiknya seperti mata manusia.
Berdasarkan artikel yang terbit di Arizona State University School of Life Sciences Ask A Biologist, mata serangga dapat memiliki seratus ommatidium yang bekerja seperti titik-titik layar komputer. Setiap titik yang ada di televisi tidak mampu memberikan gambaran yang jelas tetapi ketika digabungkan akan menjadi gambar yang jelas.
Di bagian atas setiap tabung terdapat lensa kecil. Ketika cahaya memasuki lensa tersebut, cahaya akan dibelokkan dalam proses yang disebut difraksi. Agar cahaya dapat ditangkap dengan tepat, serangga menghindari masalah ini dengan membentuk mata besar yang terdiri dari beberapa lensa besar.
Akan tetapi, serangga yang membesarkan matanya akan membutuhkan lebih banyak energi. Hal ini diperuntukkan agar gerak mata dapat terkontrol dengan baik sehingga memungkinkan serangga untuk mencari makanan atau menghindari objek di sekitarnya.
Mata serangga yang seakan harus mampu melakukan berbagai fungsi penglihatan ini tampaknya bertentangan. Serangga pun mengatasinya dengan berkompromi. Mata majemuk serangga mampu membagi pekerjaan antara berbagai bagian mata yang disebut "zona akut".
Contohnya, lalat rumah jantan menumbuhkan lensa besar di depan matanya untuk melacak lalat betina selama penerbangan. Lalu, capung mempraktikkan strategi duduk dan menunggu untuk menangkap makanan serangga mereka. Mereka memiliki zona akut di bagian atas mata mereka yang lebih banyak dari biasanya.
Penglihatan Buruk Bukan Berarti Mengganggu Mereka
Lantas, apakah penglihatan 'buruk' atau terbatas ini mengganggu aktivitas serangga? Mungkin tidak, serangga seperti kupu-kupu tidak memerlukan penglihatan seperti manusia.
Menurut Kasey Yturralde, penulis artikel, mereka hanya perlu mendapatkan informasi visual yang cukup dari lingkungannya untuk mencari makanan, tempat berlindung, dan pasangan.
Jadi, meskipun kupu-kupu secara hukum 'tidak lulus' tes pemeriksaan mata tetapi mereka memiliki penglihatan yang cukup baik untuk sekedar menghindari benda-benda yang mungkin akan menghantam mereka.
(pal/pal)