Kita mungkin sering bermimpi pada saat tidur. Namun, seringkali kita juga lupa apa mimpi kita. Kenapa ya?
Biasanya, saat terbangun dan sadar kita telah bermimpi saat tidur, kita hanya bisa mengingat sebagian kecil dari isi mimpi itu. Selebihnya, banyak yang hilang begitu saja padahal seperti baru saja terjadi.
Lantas apa alasan kita sering lupa isi mimpi ya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Gurita Ternyata Bisa Bermimpi Saat Tidur |
Tahap REM (Rapid Eye Movement)
Melansir laman Scientific American, mimpi terutama terjadi selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement), di mana otak kita sangat aktif hampir seperti ketika kita terjaga.
Namun, di tahap ini, area otak yang bertanggung jawab untuk memindahkan ingatan ke dalam penyimpanan jangka panjang dan penyimpanan jangka panjang itu sendiri relatif tidak aktif. Ini dapat menjelaskan mengapa kita sering lupa mimpi kita.
Meskipun area memori jangka pendek aktif selama tidur REM, area ini hanya dapat menyimpan ingatan selama sekitar 30 detik.
"Umumnya, kamu harus bangun dari tidur REM untuk mengingat mimpi. Sebaliknya, jika kamu masuk ke tahap tidur berikutnya tanpa terbangun, mimpi itu tidak akan pernah tersimpan dalam ingatan jangka panjang," kata Deirdre Barrett, penulis sekaligus peneliti mimpi di Harvard Medical School.
Dalam hal ini, durasi tidur juga berperan penting. Tahap REM terjadi setiap 90 menit, dan semakin lama semakin intens.
Tahap REM pertama pada malam hari biasanya hanya berlangsung beberapa menit, namun pada akhir tidur malam delapan jam, kita sudah berada dalam tahap REM selama 20 menit.
Oleh karena itu, semakin banyak kita tidur, semakin banyak kesempatan kita untuk mengingat mimpi.
Faktor Gender dan Usia
Selain faktor-faktor umum di atas, peneliti juga mengungkapkan adanya perbedaan individu dalam hal ingatan mimpi. Wanita cenderung mengingat lebih banyak mimpi daripada pria, dan orang muda mengingat lebih banyak daripada orang yang lebih tua.
Ingatan akan mimpi meningkat pada anak-anak, stabil pada remaja hingga awal usia 20-an, dan kemudian secara bertahap menurun pada orang dewasa.
Faktor Introvert dan Ekstrovert
Barret juga mengatakan bahwa perbedaan ingatan mimpi juga bisa terlihat pada orang introvert dan ekstrovert.
"Orang yang lebih tertutup dan berfokus ke dalam cenderung mengingat lebih banyak mimpi, sementara mereka yang lebih ekstrovert dan berorientasi pada tindakan cenderung mengingat lebih sedikit," ungkapnya.
Penelitian menunjukkan bahwa ingatan dan minat terhadap mimpi terkait dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Orang yang yang mencoba hal-hal baru, seperti berimajinasi atau mengeksplorasi ide-ide yang tidak biasa lebih cenderung mengingat mimpinya lebih baik.
Latihan Mengingat Mimpi
Konselor klinis di British Columbia dan penulis buku, Leslie Ellis, mengatakan seseorang dapat melatih otak untuk lebih mengingat mimpi.
Ia menyarankan bahwa ketika bangun tidur, bahkan sebelum bergerak, cobalah untuk mengingat apa yang diimpikan. Pikirkan dengan seksama dan coba ingat sebanyak mungkin detailnya.
Setelah itu, kita bisa mencatatnya segera. Hal ini membantu menggeser mimpi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Jadi, dengan mencatat atau sekadar mengingat mimpimu, maka akan lebih mungkin untuk mengingatnya dengan baik.
Selain itu, dengan memikirkan mimpi lebih sering, mengikuti kelas atau membaca buku tentang bermimpi, kita dapat membantu mempertahankan mimpi itu dalam ingatan.
(faz/faz)