Profesor Psikologi dari Athabasca University, Faria Sana, mengungkapkan saat remaja dirinya sering menandai buku dengan spidol. Dia merasa garis warna tersebut seharusnya mampu menginformasikan hal berbeda ketika sedang belajar. Namun, ketika kembali mengingat dia tidak tahu apa maksud dari teks yang disorot itu.
Hal serupa juga terjadi ketika dirinya membuat catatan sambil membaca. Namun ternyata, menurut Faria Sana seringkali catatan tersebut hanya menyalin kata-kata atau mengubah kalimat dari buku tersebut. Kegiatan itu pun akhirnya hanya dapat melatih keterampilan menulis tangan.
"Tidak ada yang pernah mengajari saya cara belajar," kata Sana. Ketika di perguruan tinggi pun dia sendiri yang berusaha menemukan keterampilan belajar yang lebih baik. Belum lagi, kekhawatiran keterampilan belajar saat pandemi Covid-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak sekolah-sekolah melakukan aktivitas belajar mengajar secara jarak jauh dan menumpukan kegiatan belajar mandiri pada siswa. Padahal banyak siswa yang masih dikhawatirkan dengan masalah di luar pendidikan seperti keluarga, teman, dan ancaman penyakit.
Kondisi tersebut akan mengalihkan perhatian siswa dari pelajaran. Mereka pun harus mengatur waktu belajarnya sendiri. Sehingga tidak sedikit siswa mengalami kesulitan belajar. Akan tetapi, kini kabar baiknya adalah sains dapat membantu memecahkan masalah tersebut.
Selama lebih dari 100 tahun, para psikolog telah melakukan penelitian mengenai kebiasaan belajar mana yang paling berhasil. Beberapa taktik dapat bekerja secara optimal untuk jenis kelas tertentu.
Apa saja taktik tersebut? Berikut DetikEdu rangkum, 10 tips belajar dari laman Science News Explores.
1. Meluangkan waktu belajar
Menurut Nate Kornell, psikolog dari Williams College, Amerika Serikat mengatakan bahwa menjejalkan seluruh pelajaran secara langsung di satu waktu yang sama merupakan ide yang buruk. Sebaliknya, luangkan waktu untuk sesi belajar tersebut.
Dalam satu percobaan tahun 2009, mahasiswa mempelajari kosakata dengan kartu flash. Kelompok pertama mempelajarinya empat hari dan kelompok kedua mempelajari kata dalam jumlah yang lebih kecil dalam sesi yang penuh sesak selama satu hari. Hasilnya kelompok pertama dapat mempelajari kata-kata tersebut dengan lebih baik.
Kornell mencatat bahwa beberapa materi mungkin hilang bisa hilang dari ingatan. Sehingga jika terjadi pengulangan dalam mempelajarinya maka otak akan mengingatnya dengan lebih baik.
2. Latihan, latihan, latihan!
Menurut Katherine Rawson, seorang psikolog dari Kent State University mengatakan, "Jika Anda ingin mengingat informasi, hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah berlatih."
Dalam sebuah penelitian tahun 2013, siswa mengikuti serangkaian tes latihan selama yang dilakukan selama beberapa minggu. Pada tes akhir, rata-rata mereka lebih baik dibandingkan siswa yang belajar biasa tanpa latihan.
Dalam penelitian lain juga menyatakan hal serupa. Diketahui, siswa yang mengikuti beberapa tes dengan istirahat beberapa menit di antaranya lebih baik mengingat materi dibandingkan dengan siswa yang hanya mengambil satu kali tes.
3. Jangan hanya membaca ulang buku atau catatan
Cynthia Nebel, seorang psikolog dari Vanderbilt University, AS menyatakan bahwa membaca buku teks, lembar kerja, dan catatan merupakan keterampilan belajar yang buruk. Seringkali ketika siswa membaca ulang materi, jenis materi tersebut merupakan informasi umum yang bersifat dangkal.
Menurut McDaniel, penulis buku Make It Stick: The Science of Success Learning, membaca ulang seperti melihat jawaban sebuah teka-teki. Namun jika kamu belum mencobanya sendiri, maka kamu belum tahu apakah paham atau tidak.
Dari studi yang dilakukan pada tahun 2010, terdapat dua kelompok yang mempelajari materi. Satu kelompok menulis pertanyaan tentang materi dan melakukan tanya jawab pertanyaan dengan rekannya. Sedangkan kelompok lain hanya membaca ulang materi. Diketahui, kelompok yang hanya membaca ulang materi mendapatkan hasil yang buruk.
4. Coba lakukan tes pada diri sendiri
Salah satu kebiasaan Nebel adalah melakukan praktik retrieval. Praktik ini dilakukan dengan menutup bagian dari definisi di buku catatannya, kemudian mencoba mengingat arti dari setiap istilahnya. "Cobalah menguji diri Anda sendiri seperti cara guru mengajukan pertanyaan," ujar Nebel.
Menurut Rawson dalam studi tahun 2020 di Learning and Teaching, penelitian yang melibatkan mahasiswa dengan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder menunjukkan bahwa metode tersebut mampu membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah pemusatan perhatian.
Selain itu, mengerjakan kuis-kuis sebelum ujian perlu dilatih dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih kritis dan bukan pertanyaan yang sederhana.
Selanjutnya>>> Kesalahan bukan masalah