Gerhana Matahari Total Bakal Punah Digantikan Cincin Api, Ini Kata Pakar

ADVERTISEMENT

Gerhana Matahari Total Bakal Punah Digantikan Cincin Api, Ini Kata Pakar

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 11 Okt 2023 11:30 WIB
Gerhana matahari hibrid 2023 di Indonesia terjadi pada 20 April 2023, berupa gerhana matahari total dan sebagian. Simak jadwal gerhana matahari hibrid 2023.
Foto: dok. BMKG
Jakarta -

Keadaan alam semesta kini tidak lagi sama, kok bisa? Ya, pakar astronomi dari Hayden Planetarium, New York, Amerika Serikat, Joe Rao menyebutkan prediksi keadaan gerhana matahari di masa depan.

Ia menyebutkan, manusia tak lagi bisa menyaksikan fenomena gerhana Matahari total yang akan mengalami kepunahan. Hal ini disebabkan oleh jarak rata-rata Bulan dan Bumi yang terus meningkat dengan kecepatan sekitar 3,8 cm setiap tahunnya.

Akibatnya, gerhana yang terbentuk tak penuh melainkan hanya lingkaran dengan cahaya Matahari mengelilingi bayangan Bulan pada titik tengahnya. Fenomena ini disebut gerhana Matahari annular atau gerhana Matahari Cincin Api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika fenomena ini terjadi, langit tidak akan segelap gerhana total. Karena korona, kromosfer, serta efek tepi seperti pita bayangan Matahari tidak muncul.

"Namun, akan tiba saatnya ketika fenomena Gerhana Matahari Total akan menjadi hal yang mustahil, karena Bulan, seperti yang terlihat dari Bumi, akan terlalu kecil dalam ukuran sudut yang tampak untuk menutupi seluruh piringan Matahari," kata Joe dikutip via CNN Indonesia, Rabu (11/10/2023).

ADVERTISEMENT

Gerhana Matahari Total Punah

Analisis dan pengukuran jarak rata-rata Bulan ke Bumi ternyata mulai dilakukan sejak Juli 1969 sampai Desember 1972. Kala itu, 12 astronot Apollo meninggalkan reflektor pemantul laser di permukaan Bulan.

Sejak saat itu, secara rutin astronom memantulkan laser sehingga jarak Bulan dapat diukur dengan sangat akurat. Jarak tersebut didasarkan pada waktu perjalanan pulsa laser bergerak.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, hasil rata-rata jarak Bulan ke Bumi meningkat dengan laju 3,8 cm setiap tahunnya. Hal ini berhubungan dengan gerak Bulan yang dipengaruhi daya tarik Matahari dan prosesnya lebih rendah dari planet lain termasuk Bumi.

Pengaruh pasang surut juga menjadi faktor mengapa Bulan perlahan bergerak menjauhi Bumi dan berputar ke arah luar atas orbit yang lebih jauh.

Gerhana Matahari berkaitan dengan titik terdekat (perigee) dan titik terjauh (apogee) Bulan terhadap Bumi. Diketahui jarak rata-rata Bumi ke Bulan adalah 384.748 km dengan perigee sebesar 356.471 km dan apogee 406.720 km.

Agar gerhana total bisa terjadi, kerucut bayangan umbra gelap bulan harus bersentuhan dengan permukaan Bumi. Bayangan gelap ini diketahui memiliki lebar rata-rata hingga 130 km di mana daerah yang terkena bayangan akan mengalami Gerhana Matahari Total.

Namun, ternyata kerucut bayangan bulan panjangnya hanya sekitar 378.000 km yang ternyata lebih kecil dari jarak rata-rata Bulan dari Bumi. Dengan demikian, ujung bayangan umbra yang gelap gagal melakukan kontak dengan Bumi.

Gerhana Matahari Cincin

Sebagai gantinya, Joe menyatakan akan ada pemandangan Gerhana Matahari Cincin yang akan terlihat. Fenomena terdekat terjadi pada tanggal 14 Oktober 2023.

"Sebagai gantinya, 'bayangan negatif' yang dikenal sebagai antumbra tercipta dan dari bayangan itulah - seperti yang akan terjadi pada tanggal 14 Oktober - pemandangan Gerhana Matahari Total atau Gerhana Cincin akan terlihat," ungkap Joe.

Sayangnya fenomena ini tidak bisa disaksikan secara langsung di Indonesia. Gerhana Matahari ini bisa disaksikan di berbagai negara Amerika Serikat pada pukul 09.13 waktu setempat dan berakhir pada pukul 12.03 malam atau tepatnya 15 Oktober 2023 pukul 00.03 WIB.




(det/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads