Awal Peristiwa G30S PKI dan Tokoh-tokoh yang Gugur

ADVERTISEMENT

Awal Peristiwa G30S PKI dan Tokoh-tokoh yang Gugur

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Rabu, 27 Sep 2023 17:30 WIB
Monumen G30S PKI: Serba-serbi Monumen Pancasila Sakti
Foto: Ruly Kurniawan
Jakarta -

Bulan September menjadi salah satu bulan bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan adanya peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia, yaitu G30S PKI.

Gerakan 30 September 1965 dikenal juga sebagai peristiwa G30S PKI, yakni pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan tersebut memiliki tujuan untuk mengubah ideologi bangsa Indonesia, seperti dikutip dari laman Kemdikbud.

Awal Peristiwa G30S PKI

Peristiwa G30S PKI terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI juga mengontrol gerakan serikat buruh dan gerakan petani di Indonesia, dilansir dari laman Kominfo Kampar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada bulan Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Soekarno juga memperkuat angkatan bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer ke posisi yang penting.

PKI saat itu menyambut baik sistem Demokrasi Terpimpin dan percaya bahwa mereka memiliki mandat untuk berkonsepsi dalam aliansi Konsepsi Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM). Namun, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum elit nasional dalam menekan gerakan independen kaum buruh petani tidak berhasil memecahkan masalah politik dan ekonomi.

ADVERTISEMENT

PKI mendapatkan persetujuan Soekarno untuk menguasai banyak organisasi. Selain itu PKI juga membuat kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" yang terdiri dari pendukung bersenjata mereka, dilansir dari laman Fahum UMSU.

Namun, dari pihak militer menentang hal tersebut. Pada bulan Agustus 1964, pemimpin PKI, DN Aidit mengimbau semua anggota PKI untuk menjaga hubungan yang baik dengan angkatan bersenjata dan mengajak para pengarang dan seniman sayap kiri untuk membuat karya-karya yang mendukung "massa tentara".

Di akhir tahun 1964 dan awal tahun 1965, terjadi gerakan petani yang merampas tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan besar terjadi antara petani dan polisi serta pemilik tanah. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa, para aparatur militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek antirakyat dalam alat-alat negara.

Kemudian pada tahun 1965 menjelang G30S PKI tersebut dikabarkan bahwa Soekarno jatuh sakit dan timbul perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. PKI menjawab dengan memasuki pemerintahan secara resmi. Menteri PKI duduk di sebelah petinggi militer dalam kabinet Soekarno dan terus mendorong bahwa angkatan bersenjata adalah bagian dari revolusi demokratis rakyat.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota dari Pasukan Pengawal Istana atau biasa disebut Cakrabirawa, memimpin pasukan yang dianggap setia atau loyal kepada PKI. Gerakan tersebut mengincar Perwira Tinggi TNI AD Indonesia.

Mereka menangkap enam orang dari anggota perwira tersebut. Namun 3 orang diantaranya langsung dibunuh di rumahnya. Sementara yang lainnya dibawa paksa menuju Lubang Buaya. Semua jenazah perwira TNI AD ditemukan selang beberapa hari kemudian.

Tokoh yang Gugur

Akhir dari peristiwa G30S PKI ini diketahui dengan ditemukannya jenazah para tokoh perwira TNI di dalam Lubang Buaya, dilansir dari Kemdikbud dan SMKM 8 Panciran. Beberapa tokoh yang gugur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani

Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ia lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922.

la diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1962. Namun, pada tahun 1965 Ahmad Yani mendapatkan fitnah ingin menjatuhkan Presiden Soekarno. Ia harus tewas ketika pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965.

2. Mayor Jendral Raden Soeprapto

Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Ia sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung.

Kariernya terus melejit di militer. Namun ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Suprapto menolaknya. Ia pun menjadi korban pemberontakan G30S bersama para petinggi TNI AD lainnya.

3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono

MT Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia militer, M. T. Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta. MT Haryono gugur bersamaan dengan para petinggi TNI AD lain akibat pemberontakan G30S.

4. Mayor Jenderal Siswondo Parman

S Parman adalah salah satu petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ia dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918.

Ia mengetahui rencana-rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima. Namun, pada 1 Oktober 1965 ia pun diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.

5. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan

DI Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Jenderal dari Sumatera ini pun juga harus tewas ketika terjadi pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para jenderal lainnya.

6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Tahun 1961 Ia bertugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Akan tetapi, Sutoyo yang menentang pembentukan angkatan kelima harus ikut gugur juga dalam peristiwa G30S.

Para jenazah tokoh yang ditemukan dalam Lubang Buaya tersebut kemudian dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober dan ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Selain itu para pelaku dari PKI juga ditangkap dan diadili dengan hukuman mati, dilansir dari BBC. Begitu pula terhadap pemimpin PKI, DN Aidit.

G30S PKI ini menjadi tanda bergantinya kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Pemerintah Orde Baru mulai ditetapkan pada 30 September sebagai peringatan hari G30S PKI dan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads