Penyelam Bebas Bisa Tahan Napas hingga Ratusan Detik, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Penyelam Bebas Bisa Tahan Napas hingga Ratusan Detik, Kok Bisa?

Noor Faaizah - detikEdu
Selasa, 26 Sep 2023 18:30 WIB
Guillaume Nery, pria penyelam freediving asal prancis
Ilustrasi selam bebas atau freediving Foto: www.guillaumenery.fr
Jakarta -

Bayangkan jika detikers adalah seorang penyelam bebas. Kamu mulai menenangkan pikiran lalu menarik napas dalam-dalam kemudian masuk menyelinap ke dalam air.

Bagaimana cara seorang penyelam bebas menahan nafas hingga bermenit-menit di bawah permukaan air yang semakin dalam? Padahal ketika kita menahan nafas sekitar 10 sampai 15 detik saja rasanya ingin cepat-cepat menghirup udara selanjutnya.

Namun, jika berlatih menahan napas sedikit lebih lama di setiap sesi, kemampuan kita dalam menahan napas akan meningkat secara bertahap. Inilah yang menjadi dasar dari apa yang dilakukan penyelam bebas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyelam bebas ternyata sudah dilakukan selama ribuan tahun, terutama untuk mengumpulkan makanan dan sumber daya dari dasar laut. Misalnya, wanita penyelam Jepang, yang disebut "ama" atau "perempuan laut" masih menyelam hingga kedalaman 150 kaki (45 meter) dan menahan napas selama 3 menit untuk mengumpulkan makanan laut.

Wow sungguh mengejutkan bukan? Untuk mengetahui lanjut mengenai selam bebas (freediving), DetikEdu telah merangkum beberapa fakta menyelam bebas dikutip dari laman Popular Mechanics.

ADVERTISEMENT

Melatih Olah Nafas dengan Kadar Oksigen Rendah

Menurut James Nestor, seorang jurnalis sains, dalam bukunya yang berjudul DEEP: Freediving, Renegade Science, and What The Ocean Tells Us about Ourselves diketahui bahwa penyelam ahli dapat mencapai saturasi oksigen darah serendah 50%.

Padahal, tingkat saturasi oksigen terhitung rendah ketika mencapai 65% dan angka tersebut bisa berdampak serius pada otak.

Peter Lindholm, seorang profesor kedokteran selam di Universitas California, dapat menyelam bebas hingga mencapai dasar tambang sedalam 130 kaki (40 meter). Pihaknya menjelaskan kepada tim Popular Mechanics bahwa dibutuhkan pelatihan berbulan-bulan untuk mengkondisikan tubuh agar tahan terhadap kenaikan karbon dioksida (CO2).

Orang normal yang sehat pada dasarnya dapat menahan nafas sekitar 1 hingga 2 menit dengan tetap memiliki 100 persen oksigen dalam darahnya.

"Jika Anda melakukannya tiga atau empat kali, otak menyadari bahwa ia tidak mati, sehingga Anda bisa terbiasa dengan perasaan itu, dan perasaan itu akan hilang," tambah Lindholm.

Selain berlatih menahan nafas, mereka juga melakukan latihan yang meregangkan otot-otot dada sehingga memungkinkan paru-paru mengembang dan menahan lebih banyak oksigen.

Sebelum penyelaman dimulai, beberapa penyelam sengaja melakukan hiperventilasi atau bernapas dengan sangat cepat. Penyelam tingkat lanjut bahkan menggunakan teknik yang disebut lung packing.

Metode ini memaksa lebih banyak udara masuk ke paru-paru daripada biasanya. Secara ilmiah metode ini disebut inhalasi glossopharyngeal, yang digunakan untuk membantu pasien distrofi otot.

Membentuk Adaptasi Tubuh

Untuk setiap kedalaman 32 kaki (10 meter) di bawah permukaan, tekanan akan meningkat sebesar 1 atm. Dimana 1 atm merupakan tekanan udara rata-rata yang kita alami di permukaan laut pada suhu 59 Fahrenheit (15 derajat Celsius).

Ketika kita menyelam, kepadatan air akan mendorong badan kita kembali ke permukaan dan membuat kita tetap terapung. Namun, pada kedalaman sekitar 45 kaki (14 meter), tekanan air yang besar membuat badan kita memberi efek 'apung negatif' yang memungkinkan tenggelam ke dasar.

Kondisi paru-paru pada kedalaman 40 meter akan menyusut hingga 1/5 volume dari kondisi paru-paru di permukaan laut. Selain itu, detak jantung akan melambat bahkan saat kadar oksigen dalam darah menurun.

Pada tubuh mamalia, responsnya dapat berupa adaptasi evolusioner terhadap penurunan oksigen secara tiba-tiba. "Jadi ini adalah respons yang menyelamatkan Anda (dengan) membiarkan otot menderita untuk sementara waktu, karena otak (dan jantung) tidak bisa hidup tanpa oksigen terlalu lama," ucap Lindholm.

Sementara itu, penumpukan nitrogen dalam darah dapat menimbulkan efek aneh. Efek ini memicu sensasi damai hingga euforia, tulis sutradara Martina Amati yang menggambarkan pengalamannya menyelam bebas dalam The Conversation.

Ketika pasokan oksigen menurun, limpa dapat melepaskan oksigen hingga 15% lebih banyak ke dalam aliran darah. Di antara sinyal-sinyal tubuh lainnya yang dipelajari para penyelam bebas, mereka merasakan aliran oksigen yang mendukung perasaan tenang.

"Saat Anda menyelam hingga kedalaman 10 kaki, gendang telinga Anda akan terjepit karena gas di bagian dalam gendang telinga terkompresi," kata Lindholm.

Hal tersebut sama terjadi ketika kita mencubit hidung dan mendorong sedikit udara ke belakang gendang telinga. Namun, dalam selam bebas, semakin dalam maka semakin banyak udara tambahan yang perlu dialirkan ke bagian dalam telinga.

Dikutip dari BBC, Herbert Nitsch, dikenal sebagai "pria paling dalam" di dunia karena pernah menyelam sejauh 253 meter tanpa oksigen. Pada 2012, ia pernah mencatat rekor terdalam tanpa bernapas selama 9 menit atau 540 detik.

Ia mengembangkan berbagai teknik dan metode sehingga kapasitas paru-parunya meningkat menjadi 14 liter. Padahal kapasitas paru-paru orang pada umumnya adalah hanya sekitar enam liter.

Saat menyelam bebas, Nitsch menyatakan,"mengabaikan segala hal di sekitarnya dan menutup mata. Dunia luar sepenuhnya tidak lagi menjadi perhatiannya."

Pada kedalaman 15 meter, ia melepaskan udara dari tubuhnya menggunakan alat yang disebut EQUEX, yang memiliki bentuk mirip botol plastik minuman soda dengan tabung di bagian atas dan lubang di bagian bawahnya.

Alat ini dirancang khusus untuk membantu menjaga keseimbangan tekanan dalam tubuhnya selama melakukan penyelaman dalam laut. Hal ini penting untuk mencegah kerusakan pada gendang telinganya, yang dapat pecah jika tidak dilakukan dengan benar.

"Selama perjalanan saya turun lebih dalam, saya secara perlahan mengeluarkan udara dari paru-paru saya. Tantangan utama dalam penyelaman adalah bahwa pada titik tertentu, Anda tidak dapat lagi menghirup udara dari paru-paru Anda. Anda juga tidak bisa mengeluarkan napas seperti biasa," ujarnya.

Nitsch menambahkan,"Tetapi dengan cara ini, saya masih bisa mengambil udara dari alat EQUEX saat berada di dalam laut. Proses pengosongan seluruh udara dari tubuh ke EQUEX memakan waktu sekitar setengah menit. Setelah itu, saya bisa melanjutkan penyelaman dengan paru-paru dalam keadaan kosong."

Penting untuk diingat bahwa tekanan yang diterapkan pada tubuh manusia pada kedalaman 250 meter sangat besar. Paru-paru akan mengalami pengecilan drastis sehingga hanya seukuran jeruk.

Selain itu, darah akan dialirkan dari lengan dan kaki menuju ke dada agar terkonsentrasi di sana, hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan pada rongga dada akibat tekanan yang kuat.

Olahraga Ekstrem >>>

Merupakan Olahraga Ekstrem

Menyelam bebas menurut Apneology, sebuah publikasi yang mencakup penyelaman bebas dan spearfishing, memang memiliki tingkat kematian yang rendah dalam kompetisi-kompetisi penyelam.

Sebesar 1 banding 50.000 penyelaman menyebabkan kematian. Penyelam berisiko meninggal ketika mereka berambisi untuk memecahkan rekor dan melampaui kewaspadaan mereka. Oleh karena itu, kompetisi menyelam bebas memiliki banyak orang yang siap membantu jika diperlukan.

Namun, penyelam bebas sebagai aktivitas rekreasi justru memiliki tingkat kematian lebih tinggi. Sebesar 1 banding 500 penyelaman meninggal karena bantuan yang mungkin tidak tersedia dalam keadaan darurat.

Penyelam dapat mengalami edema paru, yaitu cairan yang terkumpul di kantung udara paru-paru. Kondisi serupa penyakit dekompresi terjadi ketika gas yang terlalu jenuh dalam tubuh membentuk gelembung dalam darah saat penyelam naik.

Selain itu, Nestor dalam artikel majalah Spirituality & Health mengatakan bahwa penyelam mungkin harus mengalami halusinasi karena penumpukan nitrogen dalam darah.

"Efek dari pembiusan nitrogen di kedalaman 300 kaki begitu kuat sehingga Anda lupa di mana Anda berada, apa yang Anda lakukan, dan mengapa Anda berada di tempat gelap ini, meraba-raba. Halusinasi sering terjadi. Anda kehilangan kendali motorik. Segala sesuatu di sekitar Anda tampak melambat," imbuh Nestor.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads