Suku Tengger atau Wong Tengger terkenal sebagai sekelompok masyarakat yang masih melaksanakan ritual peninggalan nenek moyang. Misalnya Yadnya Kasada yang kental dengan ajaran Hindu.
Keberadaan suku ini berikut alam dan tempat tinggalnya dinilai sangat eksotis hingga menarik wisatawan. Berikut penjelasannya.
Mengenal Suku Tengger
Suku Tengger merupakan suku yang mendiami wilayah sekitar dataran tinggi Gunung Bromo Semeru, Jawa Timur. Oleh sebab itu pula, suku ini dikenal juga dengan sebutan suku Brama atau Bromo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut buku Suku Tengger oleh Abdul Muti, sebagian dari penduduk suku Tengger tinggal di wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Gunung Bromo sendiri memang menjadi sebuah simpul bertemunya batas empat Kabupaten tersebut.
Orang-orang Tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasi budaya yang khas. Mengutip Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia oleh DR. M. Junus Melalatoa, kekhasannya dapat terlihat dari bahasanya, yaitu bahasa Jawa dialek Tengger.
Dialek Tengger tidak memperlihatkan adanya tingkat-tingkat bahasa, baik antara sesama mereka maupun orang lain dari luar kelompoknya. Rata-rata masyarakatnya menganut agama Hindu.
Akan tetapi, Hindu di Tengger agak berbeda dengan Hindu di Bali. Mereka tidak menganut sistem Kasta. Agama Hindu suku Tengger berakulturasi dengan budaya asli mereka.
Asal Usul Suku Tengger
Menurut cerita turun temurun, sebutan Tengger sendiri berasal dari nama Roro Anteng dan Joko Seger. Teng dari Tengger diambil dari suku kata terakhir Anteng dan ger berasal dari kata Seger.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, penggabungan dua suku kata tersebut menjadi sebutan untuk suku Tengger atau Wong Tengger. Roro Anteng merupakan seorang putri kerajaan Majapahit, sementara Joko Seger adalah anak dari Brahmana.
Menurut ajaran Hindu, sebagai putri Kerajaan Majapahit, Roro Anteng berkasta Ksatria dan Joko Seger berkasta Brahmana. Jadi, secara kasta mereka sebenarnya tak boleh menikah. Meski begitu, mereka tetap menikah dan memiliki banyak keturunan. Sehingga, keturunan mereka ini yang kini dikenal dengan suku Tengger.
Kemudian ada juga teori yang mengatakan bahwa Suku Tengger diyakini sudah ada jauh sebelum Majapahit berdiri. Penganut teori ini, menolak anggapan suku Tengger keturunan dari Majapahit.
Dikutip dari detik Jatim, menurut sejarawan dan pengamat sejarah Probolinggo, Eko Arahman, salah satu buktinya adalah prasasti Pananjakan. Prasasti ni tertulis bertahun 1350-1389 Masehi dan diresmikan pada zaman Raja Hayam Wuruk.
Prasasti Penanjakan Satu menerangkan bahwa masyarakat Tengger itu adalah masyarakat yang mampu mempertahankan budaya Tengger. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Prabu Hayam Wuruk pada Tahun 1350-1389 Masehi. Artinya sejak zaman Hayam Wuruk sudah ada suku Tengger.
Upacara Kasada
Menurut buku Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia dan Implementasinya oleh Karimatus Saidah, M.Pd. dkk, upacara Kasada atau Yadnya Kasada adalah ritual sebagai bentuk ungkapan syukur dan harapan agar dijauhkan dari berbagai macam malapetaka di kemudian hari.
Caranya adalah dengan menghanyutkn hasil bumi ke dalam kawah Gunung Bromo. Upacara ini pada perkembangannya disebut sebagai salah satu hari raya umat Hindu Tengger. Tahapan pelaksanaan upacara kasada adalah sebagai berikut:
- Sebelum pelaksanaan upacara, dilakukan pengambilan air suci di Gunung Widodaren, untuk melaksanakan ritual nglukat umat
- Upacara pembukaan dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah serta dukun-dukun adat dari seluruh desa di wilayah Tengger. Acara dibuka dengan pertunjukan tari Roro Anteng dan Joko Seger.
- Upacara ritual kasada dilaksanakan di Poten, yaitu sebuah pura yang terletak di lautan pasir di kaki Gunung Bromo dengan rangkaian, persiapan acara, pembacaan kidung-kidung diiringi gamelan, ngelukat umat, yaitu menyucikan tempat-tempat persembahyangan, pembacaan kitab suci weda, pembacaan sejarah kasada dan perkawinan Roro Anteng dan Joko Seger.
- Ngelukat umat kedua, yaitu pembersihan jiwa umat dengan membagikan bijak yang ditempel di bagian muka
- Muspa atau persembahyangan
- Pembacaan mantra pasca sembahyang
- Pemilihan calon dukun adat
- Acara lelabuhan sesajen di kawah Gunung Bromo
- Slametan yang dilaksanakan di masing-masing desa
Itulah paparan mengenai Suku Tengger yang berada di wilayah Gunung Bromo. Semoga artikel ini bermanfaat ya.
(elk/row)