Hari Sarjana Nasional Diinisiasi Kemdikbud 29 September dan Fakta-fakta Uniknya

ADVERTISEMENT

Hari Sarjana Nasional Diinisiasi Kemdikbud 29 September dan Fakta-fakta Uniknya

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Rabu, 27 Sep 2023 06:30 WIB
Hari Sarjana Nasional 29 September
Foto: (Tangkapan layar Twitter Kemendikbud)
Jakarta - Hari Sarjana Nasional 29 September pertama dicuitkan oleh akun Twitter Kemendikbud pada 29 September 2014 lalu. Ini fakta-fakta unik di baliknya.

Dilansir dari laman SMK Mardhotillah, Kemdikbud saat itu pertama kali mencetuskan Hari Sarjana Nasional melalui akun Twitternya. Dalam media sosial tersebut, Kemdikbud menulis ucapan 'Selamat Hari Sarjana Nasional' pada salah satu postingannya. Dengan adanya ucapan tersebut, muncul gerakan dari para instansi pendidikan di Indonesia untuk ikut serta berpartisipasi memperingati Hari Sarjana Nasional. Selain itu karena postingan tersebut, muncul para pengguna Twitter yang ramai menggunakan tagar #HariSarjanaNasional yang kemudian menjadi trending topic di media sosial, khususnya Twitter.

Dari laman ITS disebutkan, secara historis, perayaan ini belum memiliki landasan yang valid. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan besar, perayaan Hari Sarjana Nasional pada dasarnya merupakan sebuah gerakan yang dilakukan melalui media sosial dengan menggunakan tagar #HariSarjanaNasional.

Fakta-fakta Unik Sarjana

Sejarah Kata 'Sarjana'

Menurut laman Kemendikbud, kata 'sarjana' berasal dari bahasa Sansekerta kuno 'sravaka'. 'Sravaka' ini merujuk kepada seorang murid atau pengikut seorang guru atau pemimpin spiritual. Jadi 'sravaka' adalah pengikut atau murid yang mempelajari dan menyebarkan agama, filsafat, dan ajaran spiritual.

'Sravaka' berkembang menjadi 'sarjana' pada masa Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Artinya pun meluas menjadi individu yang memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam dalam berbagai bidang, bukan cuma agama, filsafat dan spiritual, namun juga sastra, hukum hingga sains. Sarjana adalah para intelektual yang dihormati.

Kini arti kata 'sarjana' meluas yang berarti individu yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana (S1) dalam berbagai bidang ilmu, dan menjadi persyaratan penting dalam dunia kerja.

Sarjana Pertama di Indonesia

Dilansir dari arsip detikEdu, sarjana pertama Indonesia yang lulus dari kampus Leiden, Belanda yang tercatat adalah Raden Mas (RM) Panji Sosrokartono atau RMP Sosrokartono. Pria yang biasa disapa Kartono ini adalah kakak pahlawan RA Kartini.

Demikian dikutip detikEdu dari tulisan Harry A Poeze, 'Indonesians at Leiden University', dalam buku 'Leiden Oriental Connections 1850-1940' yang disunting Willem Otterspeer serta tulisan Poeze 'Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950' dan sumbangan tulisan Cees van Dijk dan Inge van der Meulen.

Sosrokartono diketahui adalah perintis atau orang pertama Indonesia yang datang ke Belanda untuk belajar. Setelah Kartono, makin banyak orang dari Indonesia yang menyusul belajar di Universitas Leiden.

Pria kelahiran 1877 ini adalah putra Bupati Jepara, yang menempuh sekolah menengah di Hoogere Burgerschool (HBS) Semarang untuk orang Belanda, Eropa, Cina, dan elite pribumi yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Setelah menamatkan pendidikan menengah selama 5 tahun, Kartono melanjutkan hingga menamatkan pendidikan di Universitas Leiden dengan gelar Doctor in de Oostersche Taalen dari University of Leiden.

Seperti halnya mahasiswa yang nyambi pekerjaan part time, Kartono juga bekerja sebagai wartawan untuk membiayai hidupnya sembari berkuliah. Pekerjaannya sebagai wartawan ditunjang pula dengan kemampuan Kartono, yang seorang polyglot yang menguasai 26 bahasa asing dan 10 bahasa daerah Indonesia, demikian seperti dikutip termasuk dari buku 'Bunga Rampai: Sikap Hidup Drs RMP Sosrokartono' yang ditulis Moesseno Kartono, dari arsip detikNews.

Kartono menjadi koresponden surat kabar Amerika setelah meletusnya Perang Dunia I, seperti New York Herald (Tribune). Sementara itu, untuk surat kabar De Telegraaf, ia rutin menulis tentang yang ditulis pers Rusia seputar perang di front timur. Kartono memakai nama pena Raden Bonang.

Setelah perang, Kartono bekerja sebagai interpreter (penerjemah) di League of Nations atau Liga Bangsa-bangsa yang kelak digantikan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Kelak pada 1927, sekolah Tamansiswa, Nationale Middelbare School di Bandung, didirikan atas prakasa Sosrokartono, Ir Soekarno, Dr Samsi, Sunario, Soewandi, Usman Sastroamijoyo, dan Iskandar Kartomenggolo, demikian dikutip dari Ensiklopedia Pelajar dan Umum yang ditulis Gamal Komandoko.


(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads