Setiap tanggal 6 April, Indonesia memperingati Hari Nelayan Nasional, sebuah momentum penting untuk memberikan apresiasi atas jasa dan peran besar para nelayan dalam mendukung ketahanan pangan nasional, khususnya dalam penyediaan sumber protein dari hasil laut.
Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 70 persen wilayahnya terdiri dari perairan, nelayan memiliki kontribusi besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pesisir serta bangsa secara keseluruhan.
Sejarah Hari Nelayan Nasional
Peringatan Hari Nelayan Nasional sudah berlangsung sejak era Orde Baru, tepatnya dimulai pada tahun 1960. Tradisi ini awalnya muncul dari masyarakat pesisir yang rutin menggelar upacara adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut yang melimpah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu contoh peringatan tradisional yang cukup populer terjadi di wilayah Teluk Pelabuhan Ratu, Banten, di mana masyarakat setempat melakukan ritual melarung sesajen ke laut. Sesajen tersebut biasanya berupa kepala kambing yang dihanyutkan, diiringi tarian-tarian tradisional, sebagai bentuk penghormatan kepada penjaga laut agar hasil tangkapan nelayan semakin meningkat.
Seiring waktu, bentuk perayaannya mengalami perkembangan. Kini, Hari Nelayan Nasional kerap dirayakan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih modern dan ramah lingkungan seperti penebaran benih ikan, udang, atau tukik (anak penyu) ke laut. Selain itu, berbagai diskusi publik, pameran hasil laut, hingga pelatihan peningkatan kapasitas nelayan juga digelar untuk mendukung kesejahteraan komunitas nelayan.
Dikutip dari buku Upacara Melabuh di Palabuhanratu terbitan Kemendikbud menyebut pemerintah Indonesia mendirikan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia pada tanggal 6 April 1961. Sejak tahun itu setiap tanggal 6 April diperingati sebagai Hari Nelayan Nasional.
Perayaan Hari Nelayan Nasional sebagai contoh dilakukan masyarakat nelayan Palabuhanratu, Sukabumi. Untuk diketahui mayoritas masyarakat daerah ini punya profesi sebagai nelayan. Mereka merayakan dengan berbagai kegiatan,seperti khitanan massal dan pagelaran kesenian serta hiburan antara tanggal 6-10 April yang dikenal dengan nama upacara melabuh.
Pada masa lalu, masyarakat nelayan Palabuhanratu mengadakan upacara melabuh setahun sekali, yaitu pada bulan purnama dalam bulan Maulud (bulan ketiga menurut perhitungan tahun Hijriah).
Kemudian, upacara melabuh diselenggarakan tidak hanya setahun sekali tetapi kapan saja menurut keperluan nelayan. Peluncuran perahu baru untuk pertama kalinya ke laut juga disertai dengan upacara melabuh.
Bila ada kelompok nelayan yang mengalami musibah di laut, perlu diadakan upacara melabuh. Demikian juga saat mengungkapkan rasa syukur nelayan karena memperoleh tangkapan ikan yang melimpah, diselenggarakan juga upacara melabuh.
![]() |
Tujuan Peringatan Hari Nelayan Nasional
Meskipun memiliki potensi perikanan yang besar berkat letak geografis yang strategis-diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik-fakta di lapangan menunjukkan bahwa kehidupan nelayan masih jauh dari sejahtera.
Banyak nelayan yang hidup dalam garis kemiskinan karena terbatasnya akses terhadap modal, teknologi, serta pasar. Karena itulah Hari Nelayan Nasional hadir tidak hanya sebagai bentuk penghargaan, tetapi juga pengingat bagi pemerintah dan masyarakat akan pentingnya peran nelayan serta kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Fakta Menarik tentang Nelayan di Indonesia
1. Jumlah Nelayan Terus Bertambah
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), jumlah nelayan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hingga tahun 2022, tercatat ada sekitar 3,03 juta nelayan, dengan rincian 2,4 juta nelayan laut dan sekitar 632 ribu nelayan perairan daratan seperti sungai, danau, dan rawa.
Namun, jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia, profesi nelayan hanya mencakup sekitar 1,1 persen saja dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia adalah negara maritim, profesi nelayan masih tergolong sedikit.
2. Nilai Tukar Nelayan (NTN) Masih Rendah
Salah satu indikator kesejahteraan nelayan adalah Nilai Tukar Nelayan (NTN). Sayangnya, data sepanjang tahun 2023 menunjukkan tren penurunan, dengan nilai terendah terjadi pada bulan Desember, yakni 102,51. NTN yang rendah menunjukkan bahwa pendapatan nelayan belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidup mereka.
3. Harga Perahu Bisa Sangat Mahal
Meskipun sering terlihat sederhana, nyatanya harga perahu nelayan bisa sangat mahal. Beberapa kapal bahkan bisa bernilai hingga Rp100 juta hingga Rp500 juta, tergantung pada ukuran, bahan, dan kelengkapan alat tangkap.
4. Bekerja Sambil Menikmati Alam
Bagi sebagian orang, menjadi nelayan dianggap sebagai pekerjaan yang sekaligus bisa menjadi sarana refreshing. Bekerja di laut lepas, menikmati pemandangan karang dan ombak, serta menyatu dengan alam merupakan hal yang tak bisa dinikmati oleh banyak profesi lainnya.
5. Sekali Melaut Bisa Untung Besar
Tak jarang, dalam musim panen ikan, seorang nelayan bisa memperoleh keuntungan hingga Rp15 juta-Rp20 juta dalam sekali melaut. Meski pendapatan ini biasanya dibagi antara pemilik kapal dan anak buah kapal (ABK), angka ini tetap tergolong besar untuk sekali perjalanan.
6. Keahlian Tinggi, Meski Tradisional
Meski banyak yang masih menggunakan alat tangkap tradisional, keahlian para nelayan Indonesia sangat tinggi. Mereka mampu membuat alat tangkap sendiri dan memahami siklus alam serta posisi ikan di laut hanya dengan melihat gejala cuaca atau arah angin.
Hari Nelayan Nasional bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi momen penting untuk menyoroti tantangan dan peluang dalam sektor kelautan Indonesia.
Itu dia informasi tentang Hari Nelayan Nasional yang jatuh setiap tanggal 6 April. Semoga membantu.
(tya/tey)