Kisah Melawan Laut Masuk Rumah, Tanam Bakau Bonus Panen Udang

ADVERTISEMENT

Kisah Melawan Laut Masuk Rumah, Tanam Bakau Bonus Panen Udang

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 18 Sep 2023 20:30 WIB
Tambak
Mengatasi abrasi di Kabupaten Tangerang dengan bakau turut bantu menggerakkan panen udang dan bandeng yang sempat mati. Begini langkahnya. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu
Jakarta -

Titik abrasi di perbatasan Desa Marga Mulya, Mauk, Kab. Tangerang, Banten sudah mencapai tepi jalan utama pada 2019. Jika dibiarkan, pengikisan oleh ombak melahap desa-desa dan tambak daerah pesisir dan bikin banjir.

Di desa itu Tata tinggal. Laki-laki paruh baya tersebut semula bermata pencaharian serabutan di tambak. Namun, desanya dikenal sebagai kuburan tambak udang. Usaha-usaha budidaya kerap kali gagal panen.

Peluang panen udang muncul ketika pelatihan dan studi banding dibuka buat warga. Namun bukan pelatihan budidaya udang, melainkan menanam bakau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bakau yang Ditebang

TambakTambak dan bakau di Desa Marga Mulya. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Total abrasi di Kabupaten Tangerang per 2015 mencapai 310,49 hektare. Sebagian besar lahan yang terkena abrasi adalah tambak masyarakat untuk perikanan budidaya, seperti dikutip dari penelitian Endan Suwandana dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Banten dalam Jurnal Perikanan dan Kelautan.

Tidak hanya soal wilayah tambak yang tergerus. Abrasi sudah sampai ke tepi jalan pantura yang menghubungkan desa-desa pesisir Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang.

ADVERTISEMENT

Endan menjelaskan, jika tidak ada solusi segera menghadapi penggerusan daratan tersebut, jalan pantura akan terputus sepanjang 700 meter. Lebih jauh, abrasi berisiko membuat laut masuk rumah warga dan menelan daratan pemukiman penduduk di seberang jalan tersebut.

TambakTahya Mulyana. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Risiko-risiko tersebut sebelum 2015 tidak diketahui Tahya Mulyana, pembudidaya bandeng di Desa Patra Manggala, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Ia bahkan menebang bakau agar lahan tambak seluas 8 Ha di sana tidak sempit oleh bakau dan hewan tambak tidak kesulitan makan.

Terlebih, sebagai pembudidaya saat itu, kian banyak mangrove justru dikira mengundang banyak 'hama tambak' seperti ular, anjir air, dan burung. Mulai 2015, pandangannya tersebut berubah lewat pelatihan dan studi-studi banding tentang bakau dari Pemerintah Kabupaten Tangerang yang bekerja sama dengan berbagai pihak.

"Itu awal pemahaman kami sebelum 2015. Kami kemudian masuk kelompok pengelola mangrove. Itu dibina, studi banding, pelatihan, sampai ke Karangsong, Indramayu; Jepara; Bali; kami paham manfaat mangrove luar biasa buat lingkungan," tutur Tahya pada detikEdu.

"Jadi kami yang penebang bakau ini sekarang melindungi. Kalau ada yang mau tanam, kami kasih pemahaman," imbuhnya.

detikEdu mengunjungi kawasan Desa Marga Mulya dalam program media visit Gathering Fellowship Jurnalisme Pendidikan - Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan yang bekerja sama dengan Paragon Corp. Sejak 2015, Paragon Corp ikut mendukung penanaman bakau untuk mengatasi abrasi dan kondisi sosial ekonomi di wilayah Kabupaten Tangerang tersebut.

Dari pelatihan, Tahya bercerita, ia mengenal bahwa bangau-bangau tambak yang tinggal di pohon bakau tidak banyak mencari makan di sana, melainkan di tempat lain yang ditempuh dengan terbang. Ular kadut tambak pun tidak berbisa.

"Kemarin sempat ada penelitian juga dari IPB, kadar oksigen di tambak kami lebih tinggi dari yang di sungai. Biasanya tinggian sungai karena mengalir. Tambak kami kini ada 120.000 bakau, air di sana kaya oksigen," kata Tahya.

TambakTata. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Tata mengatakan, hasil pelatihan juga ia sampaikan warga, terutama yang menebang bakau. Ia menuturkan, mahalnya bahan bakar minyak tanah sempat membuat warga menebang bakau untuk dijadikan kayu bakar.

"Saya laporkan ke kades, ada tindak lanjutnya ke Angkatan Laut. Alhamdulillah aman sampai sekarang. Saya terus bilang juga, itu ada undang-undangnya, bisa dipolisikan," terangnya.

Dalam laman TNI AL dijelaskan, tumbuhnya hutan mangrove dapat melindungi tepian pantai di Kabupaten Tangerang dari terjangan langsung ombak pantai. Hutan bakau ini juga melawan intrusi laut, menahan lumpur, mengendalikan banjir. Di samping itu, keberadaan bakau sejak ditanam sudah menghasilkan oksigen dan menyerap CO2.

Jatuh-bangun Menanam Bakau

TambakTambak dan bakau di Marga Mulya. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Lebih lanjut, pencegahan abrasi turut memengaruhi kondisi sosial dan ekonomi warga. Kawasan tambak di pesisir Kabupaten Tangerang dapat menjadi habitat ikan, kepiting, maupun burung. Budidaya bandeng dan udang pun bisa digarap.

Kepala Seksi Teknologi Hasil Perikanan, Dinas Perikanan Kab. Tangerang Agustin Hari Mahardika menuturkan, 579 hektare lahan setempat juga dulu jadi tempat budidaya semangka manis. Namun area seluas itu sudah terkikis air laut sampai pinggir jalan.

Dengan pegiat kelompok pelindung bakau se-Kabupaten Tangerang seperti Tata dan Tahya, Hari menuturkan, pihak pemda dibantu berbagai pihak untuk menanam dan melindungi pertumbuhan hutan bakau di pesisir kabupaten.

Ia menjelaskan, sebelum menanam bakau, timnya mengetes dulu kondisi lokasi penanaman sehingga dapat menyesuaikan substrat area tanam dengan jenis bakaunya. Kelompok warga yang yang akan merawat mangrove lalu dibina sejak 2015, biasanya yang aktif di budidaya udang dan bandeng.

"Lalu diberi bantuan pembibitan, saung, media tanam, polybag. Gagal. Berkat ketekunan, sering pembinaan, 3 kali baru sukses. Kurang lebih setahun," kata Hari saat ditemui detikEdu di edisi edukasi dan penanaman 10.000 bibit mangrove di Marga Mulya untuk Paragonian Bergerak, kegiatan sosial karyawan pabrik Paragon Corp di kawasan industri Jatake Kab. Tangerang.

Gagal tanam bakau di awal upaya tersebut menurut Hari tidak lepas dari gap antara teori dan kejadian di lapangan. Belajar dari kegagalan dan evaluasi, tim mangrove di Kab Tangerang mendapati media lumpur tambak cocok untuk ditumbuhi enam spesies bakau.

Ia menjelaskan, macam-macam spesies yang cocok dicek diteliti lewat substrat, alias permukaan tempat organisme tumbuhan dan hewan hidup. Berdasarkan portofolio kegagalan dan evaluasi sejak 2015, mereka mendapati substrat yang tepat di antara substrat tanah, lumpur, lumpur pasir, sampai pasir berbatu.

"Jadi medianya disesuaikan. Pak Tahya bisa bibitkan lebih dari enam spesies bakau. Bruguiera cylindrica, Bruguiera hymnorrhiza, Sonneractia, sampai Avicennia. Avicennia dulu cukup susah. Rhizophora lebih mudah. Kalau bakau api-api (Avicennia) khusus, perlu siram air tawar. Itu ilmu-ilmu yang kita dapat di lapangan," terangnya.

Tanda Mangrove Bekerja

Baru ditanam pun, tutur Hari, bakau sudah bermanfaat dalam menghasilkan oksigen. Usia setahun, muncul akar yang menahan sedimen sehingga menyelamatkan tanah setempat.

Keberadaan mimi alias belangkas alias kepiting tapal kuda (Tachypleus gigas) di kawasan bakau Marga Mulya jadi pertanda tanam bakau di sana bekerja. Hari menuturkan, mimi bisa migrasi dari tempat yang baik ke desa tersebut karena kondisi lingkungan di sana juga mendukung kehidupannya.

Belangkas hidup optimal pada suhu 30ΒΊC, kecerahan 50 cm, salinitas 34 ppt, dan oksigen terlarut 6,3 mg/l. Lebih lanjut, lingkungan hidupnya diharapkan punya nilai pH 8, dan arus 0,90 cm/s, seperti dikutip dari penelitian Oktavian Vernanda dari Universitas Airlangga (Unair) dan rekan-rekan di International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology.

"Emisi karbon diserap mangrove dengan carbon storage, air limbah disaring. Lingkungan jadi bagus, bisa budidaya udang dan ikan dengan lebih baik. Mimi datang menandakan lingkungan ini sehat, selaras dengan penelitian bahwa mimi merupakan bioindikator kesehatan lingkungan. Dia nggak dateng ke lingkungan yang jelek," terang Hari.

"Dulu jadi kuburan budidaya udang, gagal karena air dan lingkungannya jelek, mangrove dikit. Kini bisa panen udang lagi, ikan. Panen bisa 1,2 ton dari lahan seluas 10.000 m2. Sudah nanem 600 ribu-700 ribu bakau. Ini yang hasilnya kita nikmati. Tetapi untuk rasionya, butuh penelitian lebih lanjut. Di 2015 hanya 79 Ha, kini sudah 219 Ha, karena dukungan dari berbagai pihak itu," imbuhnya.

Panen Bandeng dan Udang

Tahya menuturkan, sejak bakau tumbuh, ia bisa panen 8 kuintal hingga 1 ton 2 kuintal tiap 6 bulan. Sedangkan untuk pendapatan harian, ia bisa dapat 1-4 kg udang per hari dari jenis udang vaname hingga udang api.

"Kadang nggak dapet, tergantung pasang. Biasanya dapat banyak kalau lagi tinggi pasang. Satu bulan itu pasangnya dua kali. Pasang gede itu pas purnama. Rata-rata per minggu Rp 500 ribu, kadang-kadang Rp 1 juta, kadang-kadang Rp 200.000. Kalau musim kemarau, kurang pendapatan udang, banyaknya di musim hujan," terangnya.

"Sementara di musim kemarau itu musim kering, stabil garamnya, kalau bandeng itu hidupnya antara 25-45 (ppt) kadar salinitasnya. Jadi pas penghujan lebih lambat," pungkasnya.




(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads