Begini Kondisi Patah Hati Menurut Penjelasan Ilmiah

ADVERTISEMENT

Begini Kondisi Patah Hati Menurut Penjelasan Ilmiah

Baladan Hadza Firosya - detikEdu
Kamis, 14 Sep 2023 13:30 WIB
Ilustrasi patah hati
Ilustrasi patah hati Foto: Thinkstock
Jakarta -

Patah hati adalah pengalaman emosional yang bisa saja menyakitkan dalam hidup. Orang yang patah hati dapat merasakan kehilangan, kekecewaan, dan kesedihan yang mendalam.

Namun apakah kamu tahu bahwa ada ilmu sains atau alasan ilmiah yang mendasarinya? Simak ulasan berikut.

Penulis artikel sains dan kesehatan, Florence Williams mengaku merasakan patah hati yang luar biasa setelah sang suami meninggalkannya setelah lebih dari 25 tahun bersama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hampir bisa menggambarkannya seperti cedera otak," katanya yang dikutip dari laman NPR. Ia mengungkapkan, "Saya tidak tidur sama sekali. Saya merasa sangat gelisah."

Ilmuwan telah mempelajari korelasi antara rasa sakit emosional dan reaksi fisik dalam tubuh. Florence mengatakan jatuh cinta sebenarnya merangsang otak untuk memproduksi hormon stres sebagai respons alami terhadap perasaan cinta.

ADVERTISEMENT

Ia juga mencatat bahwa ketika kehilangan pasangan, otak kita merespons dengan meningkatkan tingkat kortisol, hormon stres. Inilah yang memicu perasaan kegelisahan dan ketidakamanan karena sistem saraf kita merasa terancam saat kita berada dalam kondisi sosial yang sangat mendalam.

Selain itu, hubungan yang erat dengan pasangan dapat menyinkronkan tubuh kita secara fisik. Detak jantung, tingkat kortisol, dan bahkan gelombang otak bisa bersinkronisasi. Namun, saat pasangan pergi, tubuh kita merasa ketidakseimbangan ini, dan itulah mengapa kita bisa merasakan patah hati secara fisik.

Penyakit Hati yang Sebenarnya

Sebuah kondisi tertentu "kardiomiopati takotsubo" adalah penyakit patah hati yang sesungguhnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa kardiomiopati takotsubo timbul karena peristiwa traumatis seperti perceraian atau kehilangan orang yang dicintai dapat memicu kondisi ini yang mengakibatkan perubahan bentuk pada jantung dan sering kali mirip dengan serangan jantung.

Hal ini terjadi ketika tubuh melepaskan begitu banyak hormon stres saat mengalami tekanan emosional yang besar sehingga bentuk jantung berubah, mengakibatkan masalah pada pompa darah.

Pada umumnya, ini terjadi pada wanita pascamenopause yang mengalami tekanan emosional yang besar, seperti kehilangan pasangan atau hewan peliharaan.

Mengutip dari laman Life yang menjelaskan bahwa musim semi adalah "musim patah hati." Saat musim semi tiba, orang sering memutuskan hubungan mereka, yang dapat meningkatkan risiko patah hati.

Dr Mike Dow, seorang terapis Hollywood, menjelaskan bahwa cinta romantis memicu pelepasan berbagai bahan kimia otak yang membuat kita merasa senang, seperti oksitosin, dopamin, dan serotonin.

Namun, ketika kita mengalami patah hati, otak kita kehilangan pasokan bahan kimia ini secara teratur, dan ini mengakibatkan penarikan neurologis. Rasa cemas, depresi, dan isolasi adalah beberapa gejala yang mungkin kita alami.

Dr. Dow juga menerangkan bahwa penggantian bahan kimia otak ini dapat terjadi dalam beberapa cara. Namun, minum berlebihan dan hubungan seksual tanpa ikatan emosional hanya memberikan kepuasan sesaat dan tidak membantu dalam jangka panjang.

Cara Mengatasi Patah Hati dengan Pendekatan Ilmiah

Masih merujuk pada laman Life, Dr. Dow menyarankan untuk melakukan hal berikut untuk sembuh dari patah hati dengan pendekatan yang ilmiah sebagai berikut:

1. Melakukan "Love Sober" Selama 30 hari

Ini berarti menghindari kontak dengan mantan pasangan, tidak melihat media sosial mereka, dan terutama tidak melakukan hubungan seks dengan mereka. Tujuannya adalah untuk membiarkan ikatan neurologis dalam otak kita terurai.

2. Temukan Cara pengganti

Dow menyarankan untuk tidak terburu-buru mencari hal atau hubungan baru setelah patah hati. Cobalah luangkan selama sebulan untuk mencari cara sehat memasok bahan kimia yang dibutuhkan otak dengan bersosialisasi dengan teman, bermain dengan hewan peliharaan, dan mengejar aktivitas yang memberi kesenangan, gairah, dan tujuan.

3. Perhatikan kesehatan otak kamu

Diet, olahraga, dan tidur yang cukup merupakan elemen penting dalam menjaga kesehatan otak kita, baik dalam hubungan maupun setelah patah hati.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads