Arkeolog Biasa Kubur Ulang Situs Penggalian, Ini Sebabnya

ADVERTISEMENT

Arkeolog Biasa Kubur Ulang Situs Penggalian, Ini Sebabnya

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 11 Jul 2023 07:30 WIB
Makam Romawi langka ditemukan di bawah kota London
Foto: Museum of London Archaeology (MOLA)
Jakarta -

Apakah detikers tahu bahwa arkeolog biasanya mengubur ulang penggalian mereka? Praktik semacam ini rupanya umum dilakukan oleh para arkeolog.

Penguburan ulang biasanya dilakukan setelah para arkeolog menemukan dan menggali sebanyak yang sudah mereka rencanakan. Praktik ini membantu melestarikan situs untuk para arkeolog di masa depan yang mungkin memiliki metode lebih modern dan dapat mempelajari lebih baik.

Kenapa Situs Bersejarah Dikubur Ulang?

Sementara, risiko terbanyak yang dilaporkan soal peninggalan arkeologis adalah kurangnya pemeliharaan dan konservasi in situ. Maka dari itu, banyak negara termasuk Inggris menerapkan penimbunan kembali sebagai syarat izin penggalian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila penggalian tersebut dibiarkan terbuka, kondisi endapan di bawah permukaan tanah bisa memburuk dengan cepat. Beberapa kondisi yang memperburuknya adalah kondisi di atas permukaan tanah, termasuk suhu, paparan sinar matahari, dan naik-turunnya tingkat kelembapan.

Selain itu, kerusakan fisik juga bisa terjadi, termasuk struktur batu yang patah, struktur yang rontok, juga erosi, serta potongan yang tak sengaja dilakukan oleh para arkeolog sendiri. Penguburan ulang situs arkeologis juga dapat melindungi peninggalan bersejarah dari aksi vandalisme dan pengunjung yang ingin masuk ke area penggalian.

ADVERTISEMENT

Penguburan Ulang Situs Romawi

Salah satu situs bersejarah yang akan dikubur kembali adalah kamp militer Romawi, Birdoswald yang terletak di Hadrian's Wall, Inggris Utara. Situs tersebut dibangun pada 120 M selama rezim Hadrian, seperti dikutip dari IFL Science.

Area Birdoswald dulunya adalah sebuah pemandian. Tempat ini ditemukan pada 2021 lalu. Dua tahun setelah ditemukan, para arkeolog mengumumkan mereka akan mengubur ulang situs tersebut.

Pemandian ini memiliki ruangan berpemanas yang disebut dengan hypocaust, yaitu sistem suplai air yang kemungkinan besar merupakan sistem pemanasan air.

Bagian-bagian dari penggalian seperti tanah yang tersimpan di interior pemandian, lantai Romawi, atau isi lemari penyimpanan ikut hancur pada saat para arkeolog menggali. Terlebih, saat sesuatu digali, hal tersebut tak dapat digali ulang.

Disebabkan alasan itulah, para arkeolog harus mencatat penggalian dengan cermat, mempublikasikan hasilnya, dan melestarikan yang sudah digali dan yang tersisa.

Penggalian memang sewajarnya bersifat destruktif, karenanya para arkeolog jarang menggali keseluruhan sebuah bangunan atau situs. Mereka biasanya menerapkan strategi ekskavasi yang hati-hati untuk target area tertentu yang kemungkinan besar mengandung informasi paling berguna.

Kecuali jika sebuah situs terancam hancur, misalnya karena erosi atau pembangunan, maka tim arkeolog akan meninggalkan situs dengan sebagian besar peninggalan masih utuh. Tujuannya agar arkeolog di masa depan yang punya teknik lebih baik bisa mengunjungi kembali situs tersebut dan memperoleh informasi baru dari sebagian situs yang masih utuh.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads