Begini Dampak Luar Angkasa pada Sistem Imun Manusia, Makin Mudah Sakit?

ADVERTISEMENT

Begini Dampak Luar Angkasa pada Sistem Imun Manusia, Makin Mudah Sakit?

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 11 Sep 2023 19:00 WIB
Astronaut in space above the clouds of the Earth..
Tinggal di Luar Angkasa Bisa Ubah Sistem Imun. (Foto: Thinkstock)
Jakarta -

Luar angkasa merupakan tempat asing bagi tubuh manusia. Dampak perjalanan luar angkasa terhadap kesehatan menimbulkan tantangan besar bagi masa depan manusia di luar angkasa.

Di luar Bumi, astronot bisa kehilangan tulang dan otot saat terkena radiasi yang berpotensi menyebabkan kanker. Karena mereka berencana melakukan perjalanan yang lebih jauh, para ahli biologi perlu bersiap untuk menjaga keselamatan para astronot dalam perjalanan yang panjang ini.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, para ahli berusaha mempelajari bagaimana ruang angkasa mengubah tubuh manusia. Ahli biologi Swedia akhirnya menggunakan eksperimen di Bumi untuk mensimulasikan apa yang terjadi pada sistem kekebalan manusia dalam gaya berat mikro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Luar Angkasa pada Tubuh Manusia

Sistem kekebalan tubuh adalah sistem penting dalam tubuh manusia yang melindungi dari bakteri dan virus. Jika sistem kekebalan tubuh astronot rusak akibat kondisi luar angkasa, mereka mungkin tidak mampu melawan infeksi saat kembali ke Bumi.

Untuk mempelajari hal ini di Bumi, subjek uji sukarelawan hidup dalam kondisi seperti luar angkasa selama 21 hari. Mengambang di tempat yang disebut "perendaman kering".

ADVERTISEMENT

Para peneliti menganalisis darah peserta dan menemukan bahwa gen dalam sel T mereka, sejenis sel darah putih yang melawan kuman, telah berubah sehingga membuat mereka kurang efektif dalam melindungi terhadap patogen.

"Sel T secara signifikan mengubah ekspresi gennya yaitu, gen mana yang aktif dan mana yang tidak setelah tujuh dan 14 hari tanpa bobot," kata rekan penulis Lisa Westerberg, ahli imunologi dari Institut Karolinska Swedia dalam Pop Science.

"Sel T mulai menyerupai apa yang disebut sel T naif, yang belum pernah ditemukan penyusup. Ini bisa berarti bahwa obat-obatan tersebut menjadi kurang efektif dalam melawan sel tumor dan infeksi." sambungnya.

Kendati demikian, setelah kembali ke gravitasi normal, beberapa perubahan sel kembali normal. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh manusia memiliki potensi untuk beradaptasi kembali setelah mereka kembali ke Bumi.

Para peneliti masih perlu mencari tahu bagaimana tubuh astronot yang akan melakukan perjalanan panjang dan berbahaya ke Mars selama bertahun-tahun. Seperti dampak pada gen serta sistem kekebalan mereka.

Hasil Perbandingan Manusia di Bumi dan Luar Angkasa

Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan memperhatikan perubahan DNA akibat perjalanan luar angkasa. "Studi Kembar" NASA yang terkenal, di mana astronot Scott Kelly tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional sementara saudara kembarnya Mark Kelly tetap berada di Bumi, mengungkapkan bahwa 1 tahun di luar angkasa mempengaruhi dan terkadang merusak gen.

Diketahui, luar angkasa juga dapat merusak sel darah dan sumsum tulang. Menghancurkannya hingga astronot bisa mengalami apa yang disebut "anemia luar angkasa".




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads