Pakar UGM Ungkap Metode Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau, Apa Itu?

ADVERTISEMENT

Pakar UGM Ungkap Metode Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau, Apa Itu?

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 31 Agu 2023 16:00 WIB
Waduk di Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, mengering akibat terdampak oleh fenomena El Nino, Snin (7/8/2023). Ini penampakannya.
Salah satu dampak dari musim kemarau panjang adalah kekeraingan. Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Jakarta - Puncak musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung selama Agustus - Oktober 2023. Kondisi ini patut mendapat perhatian karena dapat menimbulkan kekeringan di daerah yang minim sumber mata air.

Pakar manajemen air Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono mengatakan bahwa potensi kekeringan harus segera diwaspadai. Menurutnya, bencana kekeringan di musim kemarau dan sebaliknya di musim penghujan karena masyarakat belum memiliki kesatuan berpikir soal masalah kedua musim tersebut yang holistik dan sistematik.

"Musim kemarau dan musim penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau, saat kemarau kita mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan. Itu suatu siklus yang tidak terputus," ujar Agus, dikutip dari laman UGM, Kamis (31/8/2023).

Metode Pemanenan Air Hujan

Menurut Agus, salah satu cara yang efektif dalam mengantisipasi kekeringan adalah dengan menerapkan metode pemanenan air hujan. Cara ini termasuk sederhana karena bisa dilakukan untuk skala rumah tangga, lahan pertanian, perkampungan, hingga industri.

Cara ini bisa dilakukan mulai dari membuat penampungan air di rumah dan memasukkannya ke dalam sumur resapan. Adapun untuk area lahan pertanian, petani bisa membuat kolam konservasi sebagai penampungan air hujan.

"Di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan, di pedesaan jumlahnya sekitar 60 persen. Di Indonesia masih nol koma sekian persen, padahal potensinya besar sekali," kata Agus.

Agus menyebut bahwa kualitas air hujan masih aman untuk dikonsumsi, sehingga bisa dijadikan sebagai masa depan dari sumber daya air yang bisa menjadi kebutuhan manusia.

"Di beberapa daerah sudah dipasang, dan warga yang biasanya harus membeli air di musim kemarau sekarang bisa mendapat stok air yang cukup dari hasil penampungan air hujan," ujar Agus.

Mencari Sumber Air hingga Merawat Sumur

Adapun langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan air saat kekeringan yakni mencari sumber air yang masih tersedia contohnya dengan mencarinya di sepanjang alur sungai atau sungai bawah tanah. Selain itu, masyarakat bisa merawat sumur-sumur yang tidak terpakai kemudian menggalinya lebih dalam.

Upaya tersebut sebagaimana biasanya dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Gunungkidul. Mereka tidak lagi hanya bergantung pada droping air, namun melakukan langkah-langkah di atas.

"Di Gunungkidul ada banyak sungai di bawah tanah yang pada musim kemarau pun masih menyimpan banyak air. Dengan pompa yang banyak air di situ bisa diambil sehingga masyarakat tidak kekurangan air," tutur Agus.


(cyu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads