Hewan yang telah didomestikasi atau diternakkan sudah berbeda jauh penampakannya dari nenek moyang mereka. Seperti anjing dengan serigala atau babi dengan babi hutan. Namun Lalu bagaimana dengan kucing?
Ternyata semua kucing peliharaan rumahan itu adalah keturunan dari kucing liar Afrika, demikian dilansir dari Live Science, 21 Agustus 2023 lalu.
Namun, tidak semua kucing rumahan memiliki ciri yang sama dengan nenek moyangnya yaitu kucing liar Afrika. Beberapa terdapat perbedaan pada warna, pola, dan tekstur rambut serta ciri khas lain seperti kaki pendek atau bentuk wajah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nenek Moyang Kucing Rumahan
Sebagian besar orang hanya mengenal kucing liar yang berukuran besar seperti singa, harimau, dan puma. Padahal dari 41 spesies kucing liar, sebagian besar memiliki ukuran yang kecil seperti kucing Teluk Kalimantan, kodkod, oncilla, dan sebagainya.
Secara teori ternyata kucing yang sering menjadi peliharaan kita adalah kucing dari keturunan kucing liar Afrika Utara, Felis silvestris lybica. Bagaimana bisa?
Pertama, hasil ini disimpulkan dari riset DNA pada tahun 2007 lalu yang sudah dipublikasikan di jurnal Science berjudul The Near Eastern Origin of Cat Domestication.
Kesimpulan riset DNA ini didukung riset soal peradaban sekitar 10.000 tahun yang lalu, di Mesopotamia, di mana orang-orang pertama kali hidup menetap dan mulai bertani hingga membangun peradaban.
Mesopotamia kini melingkupi wilayah Mesir, Turki, Suriah, Iran, dan lainnya adalah rumah kucing kecil seperti caracal, serval, kucing hutan, kucing pasir, termasuk termasuk kucing liar Afrika. Nah yang suka masuk ke kampung-kampung pemukiman adalah kucing liar Afrika.
Kucing liar Afrika adalah spesies kucing yang ramah, bisa menjadi teman penuh kasih sayang bagi manusia. Sifat ini berbeda dengan kucing liar Eropa yang cenderung ganas.
Dari hal tersebut maka orang-orang saat itu memanfaatkan kucing liar Afrika untuk membantu mereka menjaga lumbung makanan dari para hewan pengerat. Sehingga mereka memelihara kucing tersebut dengan baik.
Penemuan lain menunjukkan dari sebuah makam di Mesir, ada lukisan dan ukiran kucing, menunjukkan bahwa kucing peliharaan sudah mulai berkeliaran sejak 3.500 tahun yang lalu. Bukti lukisan dan ukiran ini, didukung analisis genetik, termasuk DNA dari mumi kucing Mesir, dan data arkeologi dari diaspora kucing.
Dari hasil tes DNA ini menunjukkan bahwa, penyebaran kucing dari kawasan Mesopotamia ini bergerak ke utara, tepatnya ke Benua Eropa, kemudian ke selatan ke pedalaman Afrika hingga ke timur menuju Asia. Bangsa Viking berperan pula dalam menyebarkan populasi kucing Afrika.
Beda Kucing Rumahan dan Kucing Liar
Cara membedakan kucing rumahan dan kucing liar hanya dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, membandingkan ukuran otak kucing. Otak kucing rumahan mengalami penyusutan di di bagian otak yang terasosiasi dengan agresivitas, ketakutan dan reaktivitas secara keseluruhan. Jadi jelas, otak kucing liar lebih besar.
Kedua, membandingkan ukuran usus kucing. Panjang usus kucing rumahan lebih panjang dibanding kucing liar. Hal ini karena kucing rumahan harus mencerna makanan berbasis sayuran atau sisa-sisa makanan manusia.
Perbedaan paling menonjol adalah pada perilaku sosial kucing. Kucing peliharaan lebih memiliki sifat sosial yang lebih terlihat dikarenakan kebiasaannya berinteraksi dengan manusia atau hewan peliharaan lainnya. Para betina bisa melakukan kegiatan bersama, makan bersama, hingga mengasuh anak bersama.
Sedangkan kucing liar yang tidak memiliki sifat suka berteman atau bersosial, kecuali pada singa, sang raja hutan.
Kesamaan perilaku kucing peliharaan dan singa juga pada cara mereka menyapa dan berkenalan dengan manusia atau hewan lain, yaitu dengan mengangkat ekornya. Hal itu menunjukkan kucing ingin 'berteman' dan masuk dalam lingkungan sosial yang baru.
Perubahan Spesifik pada Kucing Rumahan
Diketahui bahwa kucing rumahan memiliki kemampuan mengeong yang lebih sering kepada manusia. Arti mengeongnya pun untuk komunikasi dengan pesan yang berbeda-beda. Padahal, kucing jarang mengeong kepada sesamanya.
Suara mengeong ini telah berevolusi selama domestikasi untuk berkomunikasi dengan manusia. Suara mengeong kucing rumahan lebih menyengkan (MEE-ow) dibanding suara mengeong kucing liar yang lebih mendesak dan menuntut (Mee-O-O-O-O-O-ow!).
Kucing rumahan juga telah berevolusi untuk menjilat manusia, juga biasanya memiliki dengkuran yang khas, apalagi ketika mereka menginginkan makanan sambil menggosokkan badannya ke kaki manusia. Hal itu menandakan mereka menuntut perhatian.
Para ilmuwan berpendapat bahwa dengkuran asli kucing biasanya lebih keras dan terkesan ngotot karena bawaan alami mereka seperti tangisan bayi. Namun kucing rumahan kini lebih bisa menyesuaikan dengan keadaan manusia untuk mendapatkan perhatian.
(nwk/nwk)