Tanggal 23 Agustus diperingati sebagai Hari Internasional untuk Peringatan Perdagangan Budak dan Penghapusannya. 232 Tahun yang lalu, malam hari tanggal 22-23 Agustus 1791 menjadi saksi bisu pemberontakan atas praktik perdagangan budak di Saint Domingue (kini Haiti, Amerika Utara). Malam tersebut menjadi salah satu titik penting penghapusan perdagangan budak trans-Atlantik, dari Benua Afrika ke Benua Amerika sampai Eropa.
Perdagangan budak trans-Atlantik berlangsung lebih dari 400 tahun sejak abad ke-15. Korbannya yakni lebih 15 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak, seperti dikutip dari laman PBB.
Perbudakan pada orang Afrika di masa perdagangan budak Transatlantik disebabkan oleh ideologi rasis. Ideologi ini memiliki paham bahwa perempuan, laki-laki, dan anak-anak akan lebih rendah derajatnya karena warna kulit mereka. Para budak dibawa dari tanah kelahiran di Afrika untuk menjadi buruh atau pekerja domestik, baik tanpa upah memadai maupun tanpa upah sama sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdagangan manusia ini tidak hanya melanggar hak asasi manusia (HAM) mereka sepanjang hidup, tetapi juga menelan korban jiwa. Dampaknya juga turun menjadi trauma antargenerasi hingga saat ini. Namun, keturunannya kini juga menyuarakan tentangan atas kondisi perbudakan, kerja paksa, kekerasan, dan penindasan sistemik.
"Hari ini, kami memberikan penghormatan kepada para korban perdagangan budak trans-Atlantik. Usaha jahat perbudakan berlangsung selama lebih dari 400 tahun. Jutaan anak-anak, perempuan, dan laki-laki di Afrika diperdagangkan melintasi Atlantik, direnggut dari keluarga dan tanah air mereka; komunitas mereka terkoyak, tubuh mereka dijadikan komoditas, rasa kemanusiaan mereka diingkari, kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB AntΓ³nio Guterres dalam peringatan tahun ini, dikutip dari laman resminya.
Sejarah 23 Agustus: Pemberontakan Perdagangan Budak Trans-Atlantik dan Penghapusannya
Saint Domingue merupakan kekuatan ekspor Amerika di akhir abad ke-18. Komoditasnya yang berlimpah mulai dari kopi, gula, kapas, cokelat, dan indigo. Komoditas ini mahal pada masanya, menjadikan Atlantik jadi jalur perdagangan maritim strategis, seperti dikutip dari The Haitian Revolution: A Documentary History yang disunting David Geggus.
Tanah Saint Domingue di akhir 1780-an menjadi titik utama perdagangan budak Atlantik. Hampir 500.000 budak dari Afrika ada di sana, sedangkan orang kulit putih hanya 30.000, hampir setara dengan jumlah orang nonkulit putih merdeka di sana.
Para budak ditempatkan di sekitar 7.000 titik perkebunan tanam paksa berbeda. Mereka dipaksa bekerja dari dini hari sampai matahari tenggelam, enam hari per minggu.
Malam hari tanggal 22-23 Agustus 1971, setelah dua tahun diam-diam memicu ketegangan antara orang kulit putih dan orang nonkulit putih merdeka, para budak "elit" seperti pelatih, sopir, dan pekerja rumah tangga memimpin pemberontakan dengan pembakaran dan penyerangan pada tuan tanah. Puluhan ribu budak terjun dalam operasi militer di Le Cap.
Revolusi menentang perbudakan dan perdagangan manusia ini berlangsung hingga 1804. Praktiknya turut memicu kecenderungan untuk penghapusan perbudakan di Amerika sampai Eropa.
Kronologi Perdagangan Budak Trans-Atlantik
Dikutip dari dokumen National Library of Jamaica, berikut kronologi perdagangan budak trans-Atlantik:
- 1441: Pelaut Portugis membawa kapal pertama ke Eropa berisi orang Afrika untuk dijadikan budak.
- 1444: Sekelompok besar budak Afrika pertama dibawa ke Eropa.
- 1482: Benteng perdagangan budak paling terkenal di barat Afrika, Kastil Elmina, dibangun oleh Portugis sebagai benteng Eropa pertama di Gold Coast
- 1498: Columbus membawa budak kulit hitam ke Hispaniola.
- 1502: Catatan pertama tentang keberadaan budak Afrika di New World
- 1510: Raja Ferdinand mengizinkan pengiriman sekelompok orang Afrika ke Santo Domingo, dengan demikian memulai impor budak secara sistematis ke Dunia Baru.
- 1517: Orang Afrika dibawa ke Jamaika.
- 1518: Orang Afrika dibawa ke Hindia Barat.
- 1538: Budak kulit hitam dibawa ke Brasil.
- 1562: Pelaut dan pedagang budak Sir John Hawkins memulai pelayaran budak pertama.
- 1607: Perusahaan Hindia Barat Belanda didirikan dan mendominasi awal perdagangan budak ke Amerika.
- 1619: Budak kulit hitam pertama dikirim ke Koloni Inggris di Jamestown, Virginia.
- 1621: Perusahaan Hindia Barat Belanda diberi hak monopoli oleh Belanda atas perdagangan budak Afrika.
- 1637: Kastil Elmina direbut Belanda, diduduki selama 200 tahun
- 1663: Raja Charles II mendirikan Company of Royal Adventures untuk berdagang dengan Afrika.
- 1672: Akibat Company of Royal Adventures terlibat utang, Raja Charles II membentuk Royal African Company untuk mengendalikan perdagangan budak orang Inggris.
- 1698: Monopoli Royal African Company dihapuskan.
- 1759: Abolisionis (aktivis penghapus perbudakan) William Wilberforce lahir
- 1760: Abolisionis Thomas Clarkson lahir
- 1770-an: Abolisionis Granville Sharpe mengumpulkan bukti untuk melawan perbudakan.
- 1772: Peradilan Mansfield membebaskan budak Inggris.
- 1783: RUU penghapusan perdagangan budak diperdebatkan atas dasar moral di House of Commons, tapi gagal dapat suara mayoritas.
- 1787: Perkumpulan Society for the Abolition of the Slave Trade (Penghapusan Perdagangan Budak) dibentuk di London.
- 1788: Perdana Menteri Britania Raya William Pitt memerintahkan penyelidikan atas perdagangan budak. Muncul debat pertama tentang perdagangan budak Inggris di parlemen Inggris.
- 1789: William Wilberforce menyampaikan pidato penghapusan pertamanya di parlemen.
- 1791 Wilberforce membuat mosi di House of Commons untuk memperkenalkan RUU Penghapusan Perdagangan Budak, tapi gagal
- 1791-1792: Perang Maroon Kedua di Jamaika yang melawan perbudakan
- 1791-1804: Budak di Saint Domingue memberontak melawan perbudakan dan perdagangan manusia. Pemberontakan ini efektif menginspirasi dan meningkatkan penghapusan perdagangan budak di berbagai wilayah.
- 1792: House of Commons memberikan suara mendukung penghapusan perdagangan budak, tetapi ditolak oleh House of Lords Inggris. Denmark menjadi negara pertama yang mengesahkan undang-undang penghapusan perdagangan budak
- 1793-1802: Perang revolusioner Prancis antara Inggris dan Prancis mengakibatkan kampanye penghapusan perdagangan budak tertunda.
- 1794: Prancis mengesahkan undang-undang awal yang menghapuskan perdagangan budak. Legislasi disahkan oleh Kongres AS untuk mencegah kapal AS digunakan dalam praktik perdagangan budak.
- 1796: House of Commons memutuskan untuk mengakhiri perdagangan budak Inggris, tetapi pengesahan RUU penghapusan tertunda.
- 1804 Haiti mencapai kemerdekaannya dan menjadi negara merdeka pertama di Karibia.
- 1806: Inggris melarang penjualan budak ke koloni asing.
- 1807: RUU Penghapusan Perdagangan Budak disahkan di British House of Lords pada Maret dan menjadi undang-undang pada Mei. AS melarang perdagangan budak, mulai berlaku tahun berikutnya. Britania mendeklarasikan Sierra Leone sebagai Koloni Mahkota.
- 1814: Belanda mengesahkan undang-undang yang menghapuskan perdagangan budak.
- 1816: Pemberontakan Paskah di Barbados.
- 1818: Prancis melarang perdagangan budak.
- 1820: Spanyol menghapuskan perdagangan budak.
- 1831-1832: Pemberontakan Christmas di St. James, Jamaika yang dipimpin oleh Samuel Sharpe. Pemberontakan ini menjadi salah satu titik penting majunya gerakan antiperbudakan.
- 1834: Inggris menghapus perbudakan di Kerajaan Inggris.
Perlawanan Rasisme Belum Selesai
Sekjen PBB Guterres mengatakan, di sisi lain, warisan perdagangan budak trans-Atlantik masih mengancam sampai hari ini. Sebab, ada hubungan langsung dari eksploitasi penjajah selama berabad-abad dengan kesenjangan sosial dan ekonomi saat ini.
"Dan kita dapat mengenali kiasan rasis yang dipopulerkan untuk merasionalisasi ketidakmanusiawian perdagangan budak dalam kebencian supremasi kulit putih yang bangkit kembali hari ini. Adalah kewajiban kita semua untuk melawan warisan rasisme dari perbudakan. Senjata paling ampuh di gudang senjata kita adalah pendidikan; tema peringatan tahun ini," ucapnya.
Guterres mengatakan, mengajarkan sejarah perbudakan dapat bantu melindungi manusia dari dorongan hati paling kejam. Mempelajari asumsi dan keyakinan yang memantik praktik perbudakan sempat hidup ratusan tahun menurutnya dapat mengungkap rasisme modern, menghormati para korban perbudakan, dan mengembalikan martabat mereka yang telah dilucuti para pelanggar HAM berat,
"Hari ini dan setiap hari, mari kita bersatu melawan rasisme dan bersama-sama membangun dunia di mana setiap orang, di mana saja dapat menjalani kehidupan yang bebas, bermartabat, dan hak asasi manusia," kata Guterres.
(twu/nwk)