Lukisan batu diduga kuat 'kapal Maluku' ditemukan arkeolog di Arnhem Land, Northern Territory, Australia. Petunjuk baru, orang Maluku berlayar sampai Australia selain orang Makassar yang sudah dikenal selama ini.
Dua perahu air yang digambarkan dalam lukisan batu orang Aborigin menunjukkan motif yang muncul pada jenis perahu Maluku, motif tersebut berbeda dengan motif milik perahu Makassar dan perahu Barat yang diperlihatkan di situs lain di Australia utara. Selain bentuknya yang unik, kedua perahu tersebut juga memiliki lukisan bendera segitiga, panji-panji, dan hiasan haluan yang melambangkan status bela diri mereka.
Temuan ini memberikan sebuah bukti baru yang sebelumnya tidak diketahui terkait hubungan di masa lalu antara masyarakat Aborigin dari Awunbarna, Arnhem Land dengan pengunjung yang berasal dari Kepulauan Maluku, seperti yang dituliskan pada laman Universitas Flinders.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peneliti kemudian mengatakan bahwa sifat ilustrasi dalam lukisan ini menunjukkan tingkat pengetahuan yang intim dan detil akan perahu tersebut. Artinya, mereka pernah melakukan pengamatan yang lama atau dekat atau pernah memiliki pengalaman berlayar dengan kapal itu.
Lukisan kapal itu diidentifikasi sebagai kapal Maluku setelah serangkaian riset arkeolog yang membandingkan model kapal itu dengan kapal-kapal dari Asia Tenggara, termasuk kepulauan Nusantara, seperti perahu padewakang Makassar, kapal golekan dari Madura, kapal korakora yang ada di Filipina selatan hingga Maluku, juga kapal belang hingga oremba yang ada di Maluku.
Lukisan batu Aborigin di Awunbarna itu diidentifikasi sebagai kapal perang yang diduga kuat dari Maluku Tenggara, khususnya Kepulauan Tanimbar, Maluku. Kapal itu diperkirakan memiliki kaitan yang erat dengan perdagangan, penangkapan ikan, eksploitasi sumber daya, perburuan kepala, atau perbudakan. Keberadaan kapal-kapal tersebut juga menunjukkan adanya gambaran kekerasan fisik atau setidaknya proyeksi kekuasaan.
![]() |
Menunjukkan Kontak Orang Aborigin & Maluku
Arkeolog maritim di Universitas Flinders, Dr Muck de Ruyter mengungkapkan bahwa identifikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait kapal Maluku ini memberikan bukti terkait pertemuan yang tidak diketahui antara orang Aborigin di Northern Territory, Australia utara dan orang dari Kepulauan Asia Tenggara.
"Motif-motif ini mendukung gagasan-gagasan yang ada bahwa perjalanan sporadis atau tidak sengaja dari Indonesia ke pantai Australia terjadi sebelum atau bersamaan dengan kunjungan reguler untuk memancing teripang," jelas Ruyter.
Sementara Associate Professor Wendy van Duivenvoorde yang merupakan arkeolog maritim di Universitas Flinders menambahkan, bukti kunjungan dari Maluku ke Australia juga diperkuat oleh penjelajah Belanda di Maluku yang melaporkan sejak pertengahan abad ke-17, penduduk dari Kepulauan Maluku secara teratur berlayar ke pantai Australia.
"Pedagang Belanda membuat kesepakatan dengan para tetua di Maluku Tenggara untuk produk-produk seperti cangkang penyu dan teripang yang mungkin telah diperoleh selama perjalanan ke Australia. Orang-orang di Maluku Tenggara juga memiliki reputasi sebagai perompak dan prajurit, menjelajah di sepanjang ujung timur kepulauan tersebut," jelas Duivenvoorde.
Keberadaan kapal Maluku memberikan bukti langsung terkait keragaman etnis pelaut yang berasal dari Kepulauan Asia Tenggara yang dikenal oleh seniman-seniman Arnhem Land dan juga menunjukkan masalah terkait penggunaan istilah umum 'Macassan' untuk menggambarkan kapal-kapal yang bukan berasal dari Eropa.
"Gambar yang kami identifikasi tampaknya tidak mewakili jenis perahu Eropa atau kolonial yang dikenal. 'Kano' serupa terwakili dalam lukisan batu di tempat lain di pantai utara Australia, tetapi tidak ada yang muncul dengan detail serupa dengan yang ada di Awunbarna. Kandidat terdekat adalah perahu air vernakular Pribumi Australia yang paling rumit, kano Kepulauan Selat Torres," jelas rekan penulis dan arkeolog, Dr Daryl Wesley
"Identifikasi kapal perang Maluku ini memiliki implikasi yang signifikan untuk alasan para pelaut dari pulau-pulau ini mungkin berada di garis pantai utara Australia, dan selanjutnya untuk pertemuan antar budaya di pantai Arnhem Land," tambahnya.
Para peneliti mengatakan bahwa penjelasan akan penemuan lukisan batu kapal Maluku ini masih belum jelas, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sumber bukti lain.
![]() |
Sebelumnya, telah jamak diketahui dan dikonfirmasi, adalah pelaut Makassar yang melakukan kontak dengan orang-orang Aborigin pada Abad ke-17. Orang Makassar kulak teripang selama sekitar 137 tahun ke pantai utara Australia di wilayah suku Aborigin, demikian dilansir dari detikNews.
Kedatangan pelaut Makassar ini jauh sebelum orang Eropa menjamah Australia. Selain soal senjata dan mengenalkan logam, pelaut Makassar juga mengenalkan teknologi baru bagi warga Aborigin. Pelaut Makassar saat itu mengajarkan warga Aborigin untuk membuat perahu kano yang kemudian disebut dengan nama Lipa-lipa. Lipa-lipa inilah yang digunakan untuk mencari ikan dan teripang di perairan dangkal, demikian dilansir detikNews.
(nwk/nwk)