India Bakal 'Mendekat' ke Matahari Lewat Proyek Aditya-L1, Ini Tujuannya

ADVERTISEMENT

India Bakal 'Mendekat' ke Matahari Lewat Proyek Aditya-L1, Ini Tujuannya

Noor Faaizah - detikEdu
Senin, 21 Agu 2023 17:30 WIB
Proyek Aditya-L1 India Mempelajari Matahari
Foto: Doc. ISRO (www.isro.gov.in)
Jakarta -

India melalui program antariksa yang dikelola oleh Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) bakal meluncurkan roket observatorium yang disebut Aditya-L1 untuk mempelajari Matahari. Proyek observatorium ini diperkirakan akan meluncur selama 4 tahap pada awal September.

Proyek ini dinamai "Aditya" yang berarti Matahari dalam bahasa Sansekerta karena berkaitan dengan misinya yakni mempelajari Matahari. Proyek Aditya-L1 sendiri akan diluncurkan di pulau Sriharikota, pantai timur India.

Tidak hanya mempelajari Matahari, selama ini, ISRO telah mengembangkan dan meluncurkan berbagai jenis misi antariksa, termasuk satelit komunikasi, satelit pengamatan Bumi, misi ke Bulan (Chandrayaan), dan misi ke Mars (Mangalyaan).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Tujuan Proyek Aditya-L1?

Dilansir dari laman resmi isro.gov.in, Aditya-L1 membawa tujuan di antaranya, mengetahui panas korona dan percepatan angin Matahari, Coronal Mass Ejections (CMEs), cuaca luar angkasa dekat Bumi, dan distribusi suhu angin Matahari.

Peluncuran pesawat luar angkasa ini awalnya akan ditempatkan di orbit terendah melingkari Bumi. Selanjutnya dilakukan pengecekan tujuh instrumen penelitian, apabila aman maka jalur orbit akan direntangkan lebih elips dan berbentuk seperti telur.

ADVERTISEMENT

Aditya-L1 nantinya akan ditempatkan 1 juta mil (1,5 juta kilometer) dari Bumi. Berawal dari posisi tersebutlah pesawat akan mendapatkan pemandangan Matahari tanpa gangguan.

Pos antariksa ini disebut L1 atau Earth-sun Lagrange Point 1. L1 juga merupakan rumah bagi Solar and Heliospheric Observatory, sebuah proyek NASA dan Badan Antariksa Eropa yang telah mengawasi aktivitas matahari sejak 1996.

Kenapa Harus Mempelajari Matahari?

Matahari adalah bintang terdekat dari Bumi sehingga dapat dipelajari lebih detail dibandingkan dengan bintang-bintang lainnya. Dengan mempelajari Matahari, ilmuwan dapat mempelajari lebih banyak tentang bintang-bintang di Bima Sakti atau galaksi lain.

Sementara ini, dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, lapisan terluar atmosfer Matahari menjadi lapisan yang sangat panas. Lapisan yang disebut sebagai korona ini memiliki suhu sekitar 1,8 juta derajat Fahrenheit (1 juta derajat Celcius) lebih panas dari lapisan dasar permukaannya.

Selain itu Matahari adalah bintang yang sangat dinamis dan jauh lebih luas dari apa yang kita lihat. Peneliti hanya mengetahui sedikit fenomena termal Matahari yaitu meletus dan melepaskan energi yang besar di tata surya.

Fenomena seperti melepaskan jilatan api dan awan plasma Matahari disebut dengan coronal mass ejections (CMEs). Partikel muatan yang dilepaskan CMEs dapat memicu gangguan magnetik di Bumi sehingga mempengaruhi fungsi aset ruang angkasa.

Dalam pesawat Aditya-L1 terdapat tujuh muatan instrumen, empat di antaranya akan digunakan untuk observasi Matahari.

Muatan tersebut membawa dua spektrometer sinar-X yang akan mempelajari sifat-sifat semburan Matahari, satu koronagraf yang akan mengambil gambar Matahari untuk mendeteksi semburan yang terbentuk di Matahari dan satu instrumen untuk mengukur radiasi Matahari.

Sedangkan tiga instrumen lainnya ditujukan untuk mempelajari angin Matahari beserta komponennya dan magnetometer untuk mengukur medan magnet.

Diketahui, observatorium Aditya-L1, menelan biaya hampir 3,8 miliar rupee (45 juta US dollar). Misi ini telah disusun selama 15 tahun dan merupakan peluncuran kedua India tahun ini. Bulan lalu, pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 telah lepas landas dari Sriharikota.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads