Peristiwa Rengasdengklok: Kronologi dan Tempat Terjadinya

ADVERTISEMENT

Peristiwa Rengasdengklok: Kronologi dan Tempat Terjadinya

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 06 Agu 2023 06:00 WIB
Rumah Djiauw Kie Siong yang menjadi saksi bisu Peristiwa Rengasdengklok
Foto: Istimewa (dok. Buku Peristiwa Rengasdengklok karya Her Suganda)
Jakarta -

Peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu momen penting yang menandai sejarah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Setelah rapat di Cikini 71, para utusan golongan muda menghadap Bung Karno dan Bung Hatta pada 15 Agustus 1945 malam.

Tujuan mereka menghadap adalah mendesak agar proklamasi dilakukan pada 16 Agustus 1945. Kendati demikian, Sukarno menolak dan berkeras akan membicarakan hal ini lebih dulu dengan para wakil PPKI.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Dikatakan dalam buku Detik-Detik Proklamasi (2011) karya Arifin Suryo Nugroho dan Ipong Jazimah, penolakan tersebut menjadi latar belakang penculikan para tokoh negara ini dan dibawa ke Rengasdengklok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau demikian, kata "penculikan" sebetulnya juga banyak ditolak para pelaku sejarah, misalnya Latief Hendraningrat. Sebab, menurut Latief, maksud para golongan muda adalah menjauhkan Sukarno dan Hatta dari Jakarta. Ini lantaran ada kemungkinan intervensi dari para petinggi militer dan pemerintah Jepang.

Lokasi Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Saat para golongan muda tidak berhasil dalam membujuk Sukarno dan Hatta, maka keduanya dijauhkan dari pengaruh Jepang dengan cara dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok.

ADVERTISEMENT

Djiauw Kie Siong merupakan seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Selain Sukarno dan Hatta, turut dibawa serta Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra.

Rengasdengklok dipilih karena pada zaman penjajahan Jepang, wilayah tersebut merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta. Selain itu, terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok.

Lokasi Rengasdengklok pun terpencil, sehingga jika ada gerakan Jepang ke arah sana, akan dapat segera terdeteksi. Maka dari itulah tempat ini dinilai aman dari Jepang.

Berdasarkan pertimbangan militer itu, para golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Singgih, dan Jusuf Kunto membawa Bung Karno ke Rengasdengklok menggunakan mobil yang dikemudikan Iding atau Winoto Danu Asmoro.

Sukarno dan Hatta tak sampai 24 jam berada di Rengasdengklok. Melalui kesepakatan golongan tua yang diwakili Achmad Soebardjo dengan Wikana, maka dihasilkan kesepakatan bahwa kemerdekaan harus diproklamirkan di Jakarta. Maka, Soebardjo pun menjemput Bung Karno dan Hatta kembali ke Jakarta.

Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan yang berlokasi sekitar 20 km di arah utara Karawang, Jawa Barat. Lokasinya lumayan dekat di sisi Sungai Citarum.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh melakukan sebuah pertemuan di Gedung Lembaga Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 17 Jakarta. Dikutip dari buku IPS Terpadu 2B SMP Kelas VIII oleh Anwar Kurnia, pertemuan ini bersamaan dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu.

Melalui pertemuan pada 15 Agustus 1945 itu, golongan muda memutuskan beberapa hal. Salah satu keputusannya adalah mendesak Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Wikana dan yang lain menemui Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta pada 22.00 WIB. Namun, Sukarno menolak dengan alasan tidak dapat melepas tanggung jawab sebagai ketua PPKI dan akan menanyakan hal ini kepada pawa wakil PPKI keesokan harinya.

Para pemuda pun kembali bertemu di Asrama Baperpi, Jalan Cikini Nomor 71 Jakarta pada 24.00 WIB. Berdasarkan pertemuan ini, mereka memutuskan membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, keduanya dibawa para pemuda yang dipimpin oleh anggota Pembela Tanah Air (PETA) Shodanco Singgih ke Rengasdengklok. Supaya tidak dicurigai Jepang, Sukarno dan Hatta serta para pengawal mereka mengenakan seragam PETA.

Saat berada di Rengasdengklok, para pemuda mendesak proklamasi yang bebas dari pengaruh Jepang. Walau demikian, kehendak ini tak terlaksana dan para pemuda pun segan terus mendesak.

Shodanco Singgih pun berusaha berbicara kembali dengan Sukarno sampai dia setuju proklamasi akan dilakukan tanpa campur tangan Jepang. Sukarno pun setuju dengan catatan, akan dilaksanakan setelah kembali ke Jakarta.

Maka dari itu para pemuda segera berencana kembali ke Jakarta. Pada saat bersamaan, diadakan pertemuan di Jakarta antara golongan tua yang diwakili Achmad Soebardjo dan golongan muda diwakili Wikana. Keduanya pun sepakat bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta.

Soebardjo pun menjemput Sukarno. Rombongan diantar Yusuf Kuno dari golongan muda dan Sudiro yang merupakan sekretarisnya.

Rombongan tiba di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 17.30 WIB. Saat itu, Soebardjo menjamin dengan nyawanya bahwa proklamasi akan dilakukan pada 17 Agustus 1945. Melalui jaminan ini, para pemuda bersedia melepaskan Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads