Anak yang sedang dalam masa pendewasaan mampu merekam dan menyerap sikap hingga kata-kata yang ada di sekitarnya. Kekuatan memori anak dalam menyerap kata-kata ini bisa berpengaruh pada bagaimana mereka tumbuh ke depannya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Orang tua harus bijak berkata, jangan sampai mengeluarkan pernyataan yang kasar atau tidak baik karena bisa dicontoh oleh sang anak.
Mengutip CNBC Indonesia, penulis dan pakar pengasuhan bernama Margot Machol Bisnow melakukan wawancara terhadap 70 orang tua di Amerika Serikat (AS) yang telah membesarkan anaknya hingga menjadi orang dewasa. Ia mendapati bahwa komunikasi orang tua memiliki peran besar dalam membentuk anak di masa depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil wawancaranya, ia menemukan beberapa kata yang tidak boleh dilontarkan kepada anak selama masa tumbuh mereka. Kata-kata ini sebisa mungkin harus dihindari untuk mendukung kesuksesan anak.
Apa saja kata-kata tersebut? Berikut di antaranya:
1. "Tak boleh main pulang sekolah sampai nilai kamu meningkat"
Kata-kata seperti ini mengandung larangan yang dilakukan orang tua. Namun, larangan ini memberi kesan bahwa orang tua menjadi memaksakan kehendaknya sendiri daripada memahami keinginan dan cita-cita sang anak.
Apapun keinginan anak, orang tua harus bisa mendukungnya. Orang tua hanya perlu membantu mereka bersosialisasi serta membuat aturan dan kesepakatan. Dengan memberi kesempatan tersebut, anak bisa belajar hingga bisa membuat keputusan.
2. "Ayah-Ibu mengecek PR kamu karena tidak percaya/mau bantu memperbaiki jika ada yang salah"
Selanjutnya, kata yang tidak boleh diucapkan kepada anak adalah kalimat yang terkesan tidak percaya terhadap kemampuan sang anak. Orang tua biasanya ingin anak-anaknya bertanggung jawab dan bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Meski anak salah, tetapi orang tua tidak bisa menyalahkannya begitu saja. Orang tua yang bijak bisa melihat akar kesalahan dan niat sang anak melakukan hal-hal tertentu. Contoh baiknya dilakukan oleh orang tua dari John Arrow, pemilik usaha desain produk Mutual Mobile.
Saat duduk di kelas lima, John mengaku bahwa dirinya bersama teman-teman pernah menulis di surat kabar sekolah dan menjualnya. Hebatnya tulisan mereka langsung habis terjual.
Namun kesalahan yang mereka lakukan pada saat itu adalah gagal melakukan pengecekan fakta. Kepala sekolah mereka menjadi marah, begitupun para orang tuanya. Berbeda dengan yang lain, orang tua John malah tertawa dan menyuruh anaknya memperbaiki kesalahan, bukan memarahinya.
"Mengetahui orang tua saya akan mendukung saya, bahkan ketika pihak sekolah menentang saya, membuat saya bekerja lebih keras untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sudah membuatkan keputusan yang benar karena mempercayai saya," ungkap John.
3. "Ayah dan Ibu akan memberi kamu uang saat nanti nilaimu bagus"
Memberi uang kepada anak saat ia mendapat nilai bagus merupakan bentuk penghargaan. Namun, orang tua perlu tahu bahwa hal ini tidak dianjurkan karena bisa membuat potensi anak menjadi layu seiring berkembangnya waktu.
Orang tua tidak boleh menjadikan patokan nilai dan prestasi dalam mendukung perkembangan anak. Akan lebih baik jika lebih fokus pada perkembangan anak dibandingkan melihat nilai dan prestasi anak di sekolah saja.
4. "Ayah dan Ibu akan memberimu tambahan uang saku agar kamu bisa membeli apa saja yang kamu mau"
Terakhir adalah kata-kata yang terkesan memanjakan anak. Semua orang tua ingin memberikan yang terbaik dan diinginkan anaknya. Namun, orang tua harus tetap memberikan konsep dan sikap tanggung jawab kepada mereka.
Jika semua kemauan dipenuhi langsung, maka anak bisa menjadi pemalas dan kurang memiliki motivasi. Jika hal tersebut dibiarkan, maka anak bisa tumbuh besar tanpa memiliki kematangan emosional. Terlebih, saat ia dihadapkan mengatasi masalah ketika dewasa.
(cyu/twu)