Saat Kuriositas Anak pada Sains Menghilang, Akibat Ulah Ortu dan Guru?

ADVERTISEMENT

Saat Kuriositas Anak pada Sains Menghilang, Akibat Ulah Ortu dan Guru?

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 31 Jul 2023 16:30 WIB
Ilustrasi Kebiasaan Sederhana Bantu Anak Cepat Bicara
Ilustrasi anak Foto: iStock
Jakarta -

Pertanyaan-pertanyaan "ajaib" dari anak-anak kecil acap bikin pusing orang dewasa untuk mencari jawaban. Topik pertanyaan pun beragam terutama soal benda-benda yang berada di sekitar mereka.

Hal ini merupakan bentuk rasa ingin tahu atau kuriositas anak-anak yang tinggi. Termasuk juga rasa penasaran mengenai sains.

"Anak-anak cerdas dan penasaran adalah sumber daya nasional dan dunia," ucap Carl Sagan, seorang astronom yang juga penulis bidang sains terkemuka seperti dikutip dari Big Think.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka perlu diurus, dihargai, dan didorong," tambahnya.

Namun, Sagan juga mengungkapkan antara kelas satu dan kelas dua belas, anak-anak kerap kehilangan rasa ingin tahu terhadap sains. Sayangnya, hal ini disebabkan oleh orang dewasa yang tidak merespon dengan baik.

ADVERTISEMENT

Anak Takut Dianggap Bodoh

Pada bukunya yang berjudul The Demon-Haunted World, Sagan mengungkapkan kekaguman saat berjumpa dengan anak taman kanak-kanak dan kelas satu.

"Banyak dari anak-anak ini adalah ilmuwan yang lahir secara alami, meskipun lebih banyak dari sisi keheranan dan sedikit skeptisisme. Mereka penasaran, kuat secara intelektual. Pertanyaan provokatif dan pandangan yang tajam muncul dari mereka," ujar Sagan.

Sayangnya, saat tumbuh menjadi siswa tingkat akhir di sekolah menengah atas, anak-anak kehilangan banyak rasa ingin tahu mereka.

Sagan menduga hal ini terjadi karena anak-anak khawatir untuk mengajukan pertanyaan yang dianggap bodoh.

"Saya kira itu sebagian karena tekanan teman sebaya untuk tidak unggul, sebagian karena masyarakat mengajarkan kepuasan jangka pendek, sebagian menilai bahwa sains atau matematika tidak akan membelikan Anda mobil sport, sebagian karena harapan terhadap siswa sangat rendah," jelas Sagan.

Dilansir dari laman Britannica, Carl Sagan yang memiliki nama lengkap Carl Edward Sagan merupakan seorang astronom dan penulis sains yang lahir di Brooklyn, New York, AS pada 9 November 1934 dan meninggal pada 20 Desember 1996.

Ia merupakan tokoh populer dan berpengaruh di AS. Ia juga kontroversial di kalangan ilmiah, politik, dan agama karena pandangannya tentang kecerdasan luar angkasa, senjata nuklir dan agama.

Sagan juga telah memiliki beberapa buku yang dipublikasikan serta penghargaan yang didapat semasa hidupnya.

Semasa hidupnya, Sagan adalah seorang guru besar ilmu astronomi dan luar angkasa sekaligus Direktur Laboratory for Planetary Studies di Cornell University.

Orang Dewasa di Balik Hilangnya Kuriositas Anak

Sagan juga berpendapat orang dewasa memiliki peranan penting terhadap hilangnya rasa ingin tahu anak pada sains. Pasalnya, orang dewasa akan memiliki sikap tidak peduli saat anak bertanya.

"Terlalu banyak guru dan orang tua merespons dengan ketidaknyamanan atau sindiran, atau segera beralih ke sesuatu yang lain. Anak-anak segera menyadari bahwa pertanyaan semacam ini mengganggu orang dewasa. Pengalaman seperti itu, menyebabkan anak kehilangan minat pada dunia ilmu pengetahuan," ujar Sagan.

Sagan berpendapat seharusnya orang dewasa merespons rasa ingin tahu anak dengan menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.

Selain itu, orang dewasa juga dapat mencari jawaban melalui internet dan memberitahukan faktanya secara menarik.

Bahkan jika kita tidak dapat menjawab pertanyaan rumit anak-anak seperti, bagaimana Bumi terbentuk atau kenapa rumput berwarna hijau, kita dapat memberikan motivasi dengan berkata, "Mungkin saat nanti dewasa, kamu akan menjadi orang pertama yang mengetahuinya."

Salah satu upaya untuk memajukan manusia adalah dengan pergantian generasi. Saat generasi baru menggantikan yang lama maka mereka akan memberikan ide dan gagasan segar untuk membawa perubahan.

Hal ini menyebabkan sangat penting bagi remaja saat ini untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mengakui keinginan dasar anak-anak untuk menjelajah adalah pupuk bagi otak mereka.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads