Rambut Manusia Purba Keriting Padat Tak Seperti Manusia Kini, Ini Alasannya

ADVERTISEMENT

Rambut Manusia Purba Keriting Padat Tak Seperti Manusia Kini, Ini Alasannya

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 23 Jul 2023 17:00 WIB
Tiga jejak manusia purba di Jerman
Rambut manusia purba yang keriting dan padat rupanya adalah sebuah mekanisme adaptif. Namun, seiring membesarnya otak manusia, rambut kepala tidak lagi sama seperti dahulu. Foto: Ilustrasi manusia purba (University of TΓΌbingen via Live Science)
Jakarta -

Manusia purba memiliki rambut yang berbeda dari manusia modern. Dahulu, manusia purba mempunyai rambut keriting yang ternyata memiliki fungsi adaptif.

Rambut keriting manusia purba berfungsi melindungi dari panas radiasi matahari. Berdasarkan studi belakangan ini, rambut keriting itu membuat tubuh manusia purba dapat tetap sejuk dan terdapat lebih banyak kandungan air di dalam tubuhnya.

Para peneliti yakin hal tersebut berkontribusi pada adaptasi evolusioner yang akhirnya membuat ukuran otak manusia seperti sekarang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Manusia berevolusi di ekuator Afrika, di mana Matahari ada di atas kepala nyaris sepanjang hari, tahun demi tahun," ujar Nina Jablonski, salah satu penulis dalam pernyataannya, dikutip dari ZME Science.

"Kulit kepala dan bagian atas kepala mereka menerima radiasi sinar Matahari jauh lebih konstan. Kami ingin memahami bagaimana hal itu mempengaruhi evolusi rambut kita sekarang," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Otak Tumbuh dan Rambut Tak Lagi Seperti Dulu

Pada penelitian mereka, para ilmuwan menggunakan maneken termal yang mengeluarkan panas tubuh artifisial menggunakan tenaga listrik. Ahli juga memanfaatkan wig untuk melihat bagaimana tekstur rambut memengaruhi perolehan panas dari radiasi sinar Matahari.

Mereka membuat maneken tersebut dalam suhu konstan 35 derajat celsius, mirip seperti suhu kulit manusia rata-rata dan menempatkannya pada suatu terowongan angin. Ilmuwan menetapkan pengukuran dasar hilangnya panas tubuh dengan cara memantau konsumsi listrik untuk mempertahankan suhu maneken.

Peneliti turut mereplikasi radiasi Matahari dengan cara mengarahkan lampu ke arah kepala maneken, juga mensimulasi kondisi rambut pada kulit kepala yang tanpa rambut; berambut lurus; keriting sedang; dan keriting rapat.

Percobaan itu membuat mereka bisa memperkirakan perbedaan hilangnya panas antara lampu dan pengukuran dasar, sekaligus menentukan masuknya radiasi Matahari ke kepala. Para peneliti pun menghitung hilangnya panas pada kecepatan angin yang berbeda dan bagaimana setelah kulit kepala dibasahi. Mereka menggunakan model untuk mensimulasikan kondisi iklim di Afrika.

Berdasarkan percobaan, seluruh jenis rambut mampu mengurangi radiasi Matahari ke kulit kepala, tetapi rambut keriting rapat memberikan perlindungan paling baik dan mengurangi berkeringat supaya tubuh tetap dingin.

"Pertumbuhan otak adalah imbalan untuk rambut kepala," kata Tina Lasisi yang melakukan penelitian ini sebagai bagian dari disertasi doktornya di Penn State University.

Ketika manusia purba beradaptasi untuk berjalan tegak di wilayah ekuator Afrika, bagian atas kepala mereka makin terpapar Matahari, menurut para peneliti. Sementara, otak peka terhadap panas dan menghasilkan panas, khususnya saat ukurannya jadi lebih besar. Hal ini mampu menimbulkan risiko serius saat tubuh tak dapat mengontrol suhu.

Manusia kehilangan banyak rambut di tubuh selama berevolusi, yang kemudian dikompensasikan dengan mengambangkan kelenjar keringat supaya tetap dingin. Meski demikian, berkeringat menyebabkan hilangnya air dan elektrolit.

Guna mengatasi hilangnya air dan elektrolit itu, rambut kepala cenderung berevolusi untuk meminimalisir penyerapan panas dari Matahari, jelas peneliti.

"Menurut kami, rambut kepala memberi mekanisme pasif dalam mengurangi jumlah panas dari Matahari, yang tak dapat dilakukan kelenjar keringat," ungkap Lasisi.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PNAS bertajuk "Human Scalp Hair as a Thermoregulatory Adaptation".




(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads