Bahan bakar fosil telah menjadi kebutuhan utama manusia modern dalam berbagai kehidupannya. Bahan bakar fosil juga menjadi alasan manusia sekarang bisa menikmati cahaya lampu, bertransportasi, dan memanfaatkan pendingin ruangan.
Secara umum, bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon dan memiliki berbagai bentuk, seperti batu bara, minyak bumi, hingga gas alam.
Namun, terdapat beberapa mitos yang menyebutkan bahwa bahan bakar fosil ini berasal dari hewan purba yang sangat menyeramkan, yaitu dinosaurus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana sebenarnya bahan bakar fosil dapat terbentuk dan apa yang menjadi dasar dari mitos tersebut? Yuk, detikers kita simak informasinya.
Lebih Tua dari Dinosaurus
Melansir dari laman Britannica, bahan bakar fosil yang kita gunakan saat ini berasal dari sebelum Periode Devon, sekitar 419,2 hingga 358,9 juta tahun yang lalu dan berasal dari alga, bakteri, dan tumbuhan.
Kendati demikian, beberapa bahan bakar minyak terbentuk antara 65 hingga 252 juta tahun yang lalu, bersamaan dengan masa dinosaurus, tetapi berasal dari sisa-sisa alga dan plankton. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan bakar fosil tidak berasal dari tulang dinosaurus.
Tampaknya, lapisan batubara menjadi lapisan salah satu tempat terbaik untuk kita menemukan fosil. Pasalnya, terdapat banyak tumbuhan dan sisa-sisa hewan yang ditemukan dan terawetkan dalam lapisan batu bara.
Namun, endapan batu bara berasal dari era Karbon (359 hingga 299 juta tahun lalu), sekitar 57 tahun sebelum dinosaurus paling awal. Hal itu menyebabkan fosil-fosil hewan pada lapisan tersebut tidak berkontribusi terhadap endapan batu bara.
Ditemukan Fosil Hewan dalam Lapisan Minyak
Salah satu alasan mitos bahan bakar fosil terbentuk dari fosil hewan adalah karena ditemukan kerangka reptil purba, seperti plesiosaurus dan ichthyosaurus (keduanya bukan dinosaurus) dalam lapisan geologi yang sama dengan minyak.
Kendati demikian temuan tersebut tidak dapat menjadi bukti kuat untuk melakukan klaim bahan bakar fosil terbentuk dari fosil. Pasalnya, sedimen minyak terbentuk di laut dangkal yang dipenuhi kehidupan di dekat permukaan, tetapi tidak ada kehidupan di dasar lautnya.
Saat plankton mati dan mikroorganisme turun, mereka akan mengubur yang ada di bawah mereka lebih cepat daripada mereka membusuk. Hal itu menyebabkan materi organik terperangkap dalam lapisan yang kekurangan oksigen dan tenggelam lebih dalam karena tekanan dari atas.
Setelah 100 juta tahun, tanah liat, pasir, panas, dan tekanan pada kedalaman ini akan menekan lapisan di bawahnya sehingga akan mengubah bahan organik menjadi minyak, seperti yang dilansir dari laman Science Focus.
Plesiosaurus yang mati dan jatuh ke dasar laut akan menjadi oasis. Sementara bagi ikan, krustasea, dan cacing yang akan dengan cepat melepaskan bagian organiknya, seperti yang terjadi saat ini pada bangkai paus, sehingga bukan menjadi bahan terbentuknya minyak.
Bahan Bakar Fosil Berasal dari Sisa Organik
Bahan bakar fosil berasal dari sisa-sisa organik yang berasal dari fotosintesis alga, bakteri, dan tumbuhan. Sisa-sisa organik ini nantinya akan menjadi batu bara, minyak bumi, gas alam, dan batuan minyak.
Dapat kita ketahui semua bahan bakar fosil mengandung karbon yang terbentuk dari hasil proses geologi yang berpengaruh pada sisa-sisa bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis di masa lampau.
Meskipun senyawa karbon ini berusia sangat tua, tetapi mereka bukanlah fosil. Fosil biasanya akan berupa sisa-sisa dan jejak nyata tanaman dan hewan purba, yaitu kerangka padat yang tahan terhadap pelapukan dan dapat diawetkan, serta jejak yang terbuat di dalam batuan.
Sayangnya, bahan-bahan peninggalan yang terdapat di dalam fosil merupakan bahan tahan api yang mengeras sehingga tidak dapat menghasilkan sumber energi yang baik untuk dijadikan bahan bakar seperti yang kita gunakan saat ini.
(faz/faz)