Julius Robert Oppenheimer dikenal sebagai Bapak Bom Atom dan kepemimpinannya dalam Proyek Manhattan. Sebagian besar dia dikenal melalui kontribusi dalam bidang astronomi teoretis, teori medan kuantum, astrofisika, dan tentunya fisika nuklir.
Selain dikenal dalam karyanya, kepribadian Oppenheimer tak kalah populer. Ia adalah orang yang mampu belajar bahasa asing dengan sangat cepat.
Ilmuwan dengan perawakan tinggi dan kurus, seperti dikutip dari Northeastern University ini berpengetahuan tak hanya pada bidang fisika, melainkan juga filsafat dan seni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oppenheimer semasa menjadi pelajar, tidak takut untuk menunjukkan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Kai Bird dan Martin Sherwin, pemenang Pulitzer kategori biografi untuk judul "Oppenheimer", saat menjadi mahasiswa Bapak Bom Atom ini kerap mendominasi diskusi kelas hingga pada titik kawan-kawannya mengancam akan memboikot kelas.
Mampu Berbicara 6 Bahasa
Oppenheimer merupakan pribadi yang mencintai tantangan intelektual dan menikmati segala kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam menyerap informasi. Dia mampu berbicara dalam enam bahasa yaitu Yunani, Latin, Jerman, Prancis, Belanda, hingga Sanskerta.
Dijelaskan dalam Live Science, Oppenheimer banyak membaca buku di luar bidangnya. Kepada teman-temannya, Oppenheimer mengaku telah membaca tiga volume "Das Kapital" milik Karl Marx selama tiga hari perjalanan menuju New York.
Oppenheimer pun menghabiskan "A La Recherche du Temps Perdu" karya Marcel Proust untuk menyembuhkan depresinya ketika berlibur di Corsica. Bahkan, dia mempelajari bahasa Sansekerta supaya dapat membaca Bhagavad Gita.
Buntut dari membaca Bhagavad Gita secara cermat, Oppenheimer memiliki kutipannya yang terkenal. Pada wawancara dengan NBC pada 1965, dia mengenang pemikirannya ketika melihat awan jamur dari uji coba bom atom pertama yang sukses.
"Kita tahu bahwa dunia tak akan lagi sama. Sebagian orang tertawa, sebagian menangis, kebanyakan orang akan diam. Saya mengingat kalimat dari kitab suci dari Hindu, Bhagavad Gita," kata Oppenheimer dalam wawancara itu.
"Wisnu mencoba meyakinkan Pangeran bahwa dia harus melakukan tugasnya, dan untuk membuatnya terkesan, Wisnu mengambil multi-lengannya serta berkata, 'Sekarang, saya menjadi Kematian, penghancur dunia.' Saya kira kita semua berpikir seperti itu." lanjutnya.
Baca juga: Kisah Rencana Rahasia Pengeboman Bulan |
(nah/pal)