Mengapa Orang Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ternyata Ini Alasannya

ADVERTISEMENT

Mengapa Orang Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ternyata Ini Alasannya

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 20 Jul 2023 07:00 WIB
Social media on display with Conspiracy theories, hoax theory and fake news. Searching on tablet, pad, phone or smartphone screen in hand. Abstract concept of news titles 3d illustration.
Ilustrasi teori konspirasi Foto: Getty Images/iStockphoto/Arkadiusz WarguΕ‚a
Jakarta -

Ilmuwan menemukan beragam alasan mengapa sejumlah orang bisa percaya dengan teori konspirasi. Ternyata, hal ini tidak berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

"Para ahli teori konspirasi tidak semuanya berpikiran sederhana, orang-orang yang tidak sehat secara mental, potret yang secara rutin dilukis dalam budaya populer," kata psikolog klinis Universitas Emory, Amerika Serikat, Shauna Bowes, dalam Science Alert.

"Sebaliknya, banyak yang beralih ke teori konspirasi untuk memenuhi kebutuhan motivasi yang hilang dan memahami tekanan dan kelemahan," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menganalisis 170 studi terutama dari Amerika Serikat, Inggris, dan Polandia, Bowes dan rekannya mengeksplorasi motivasi di balik keyakinan orang pada teori konspirasi.

Orang Percaya Teori Konspirasi untuk Merasa Aman

ADVERTISEMENT

Meskipun ada banyak faktor yang berpengaruh, data menunjukkan bahwa orang tampaknya mempercayai teori konspirasi untuk merasa aman, memahami lingkungannya, dan peningkatan kebutuhan untuk merasa aman secara sosial jika dua kebutuhan lainnya tidak terpenuhi.

Hal ini berkaitan dengan dunia menjadi lebih berbahaya dan masa depan yang semakin tidak pasti.

"Temuan kami mengungkapkan bahwa motivasi pada umumnya adalah bagian penting, bahkan mungkin esensial, dari teka-teki ide konspirasi," tim menjelaskan dalam makalah mereka.

Mereka menemukan bahwa ancaman sosial lebih kuat terkait dengan pemikiran konspirasi daripada ancaman lainnya, yang juga terkait erat dengan kepercayaan. Kepercayaan telah lama diidentifikasi memainkan peran kunci dalam keyakinan yang disebut kognisi budaya.

Tidak peduli berapa banyak pendidikan yang manusia miliki,manusia cenderung mempercayai informasi dari orang yang dikenali sebagai bagian dari kelompok budaya kita sendiri.

Bowes dan rekannya juga menemukan ciri-ciri kepribadian seperti kemampuan berpikir analitis yang lebih rendah dan kecemasan yang lebih tinggi memiliki korelasi yang signifikan namun rendah dengan pemikiran konspirasi.

Peran keselamatan dan keamanan juga akan menjelaskan mengapa pemikiran konspirasi meningkat selama masa krisis, termasuk selama pandemi. Ketika orang menghadapi kesulitan keuangan dan ketidakpastian kesehatan.

Orang Narsis Cenderung Lebih Percaya Konspirasi

Namun, seperti yang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya, narsisme meningkatkan kemungkinan pemikiran konspirasi, begitu pula kebutuhan untuk merasa unik.

Orang yang merasakan ancaman sosial lebih cenderung mempercayai konspirasi berbasis peristiwa daripada teori abstrak. Misalnya, terdapat pemikiran bahwa pemerintah Amerika Serikat yang merencanakan serangan teroris 11 September.

"Hasil ini sebagian besar memetakan ke dalam kerangka teoritis baru-baru ini bahwa motif identitas sosial dapat menimbulkan ketertarikan pada isi teori konspirasi, sedangkan orang-orang yang termotivasi oleh keinginan untuk merasa unik lebih cenderung percaya pada teori konspirasi umum tentang bagaimana dunia bekerja," jelas Bowes.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads