Mengapa Tidak Semua Awan Menghasilkan Hujan?

ADVERTISEMENT

Mengapa Tidak Semua Awan Menghasilkan Hujan?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 10 Jul 2023 19:30 WIB
Ilustrasi awan mendung
Foto: iStock/Skyhobo/Awan Mendung
Jakarta -

Awan terdiri dari tetesan awan dalam jumlah besar, atau kristal es, atau keduanya. Karena ukurannya yang kecil dan hambatan udara yang relatif tinggi, mereka dapat tetap melayang di udara untuk waktu yang lama, terutama jika tetap berada di arus udara yang naik.

Partikel air tersebut berasal dari perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun atau disebut juga dengan kondensasi.

Melansir laman Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat, tetesan awan rata-rata umumnya memiliki kecepatan jatuh terminal 1,3 cm per detik di udara diam. Sebagai perbandingan, tetesan awan rata-rata yang jatuh dari dasar awan rendah pada umumnya 500 meter/1.650 kaki akan memakan waktu lebih dari 10 jam untuk mencapai tanah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tidak Semua Awan Menghasilkan Hujan

Meski tetesan air hujan berasal dari awan, faktanya tidak semua awan menghasilkan hujan yang jatuh ke Bumi. Hal ini karena terdapat kondisi bahwa partikel air di udara mungkin telah menguap sebelum mencapai tanah.

Selain itu, ada sebagian besar awan yang memang tidak menghasilkan hujan sama sekali. Seperti yang diketahui, saat hujan turun, ukuran tetesannya lebih besar dari satu milimeter. Tetesan hujan dengan diameter 2 mm mengandung air yang setara dengan sejuta tetesan awan (diameter 0,02 mm).

ADVERTISEMENT

Jadi jika ingin mendapatkan presipitasi (jatuhnya hujan) dari suatu awan, maka harus ada proses tambahan di dalam awan untuk membentuk tetesan hujan dari tetesan awan.

Diperlukan juga peningkatan kandungan air awan sebelum dapat mengharapkan presipitasi. Ini membutuhkan kelanjutan dari proses pengangkatan.

Selain itu, proses juga perlu dibantu oleh sifat air yang melepaskan panas ketika berubah dari uap menjadi cair dan padat, masing-masing panas laten kondensasi dan pengendapan.

Pelepasan panas tambahan ini menghangatkan parsel udara. Dengan demikian, daya apung parsel relatif terhadap udara di sekitarnya meningkat, dan ini berkontribusi pada kenaikan lebih lanjut parsel.

Akhirnya, pertumbuhan tetesan awan menjadi ukuran yang dapat jatuh ke tanah sebagai hujan tanpa menguap.

Mengapa Awan yang Menghasilkan Hujan Berwarna Gelap?

Biasanya, awan yang menghasilkan hujan berwarna lebih gelap sampai abu-abu dibandingkan dengan awan putih pada umumnya di langit.

Perubahan warna pada awan tersebut disebabkan oleh faktor ketebalan atau ketinggian yang dimiliki awan. Pada saat hujan turun, awan akan menjadi lebih tebal dan padat karena mengumpulkan lebih banyak tetesan air dan kristal air.

Semakin tebal awan berarti semakin banyak cahaya yang dihamburkan yang menyebabkan semakin sedikit cahaya yang menembusnya.

Partikel-partikel yang terdapat pada bagian bawah awan hujan tidak memiliki cahaya sebanyak awan cerah untuk dihamburkan ke mata kita. Hal itulah yang menyebabkan awan akan terlihat berwarna abu-abu pada saat kita lihat dari bawah.




(faz/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads