Studi Terbaru Ungkap Perubahan Iklim Telah Menyusutkan Ukuran Otak Manusia

ADVERTISEMENT

Studi Terbaru Ungkap Perubahan Iklim Telah Menyusutkan Ukuran Otak Manusia

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 03 Jul 2023 19:00 WIB
ilustrasi otak manusia
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta -

Sebuah studi terbaru mengungkap kaitan antara penyusutan ukuran otak manusia dan perubahan iklim di masa lampau. Penelitian ini ditulis oleh saintis kognitif Jeff Morgan Stibel dari Natural History Museum di California.

Menurut Stibel dalam studinya, melihat tren pemanasan global saat ini, maka penting untuk memahami dampak perubahan iklim pada ukuran otak dan perilaku manusia.

Penelitian tersebut mempelajari ukuran 298 ukuran spesimen otak manusia yang telah berubah selama 50 ribu tahun terakhir. Spesimen-spesimen tersebut kemudian dikaitkan dengan riwayat suhu global, kelembapan, dan curah hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat iklim di Bumi menjadi lebih hangat, ukuran rata-rata otak secara signifikan menjadi lebih kecil.

Stibel memperoleh data ukuran tengkorak dari sepuluh studi dengan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia selama 50 ribu tahun. Dia pun memasukkan faktor ukuran tubuh berdasarkan asal geografis dan gender, guna memperkirakan ukuran otak spesimen.

ADVERTISEMENT

Stibel membagi fossil berdasarkan berapa lama pemilik fosil pernah hidup. Dia menggunakan empat golongan usia fosil, yaitu 100 tahun 5 ribu tahun, 10 ribu tahun, dan 15 ribu tahun.

Stibel kemudian membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim termasuk data suhu dari European Project for Ice Coring in Antarctica (EPICA) Dome C.

Pada 50 ribu tahun belakangan, ada fenomena Last Glacial Maximum yang menyebabkan suhu rata-rata secara konsisten lebih dingin hingga era Pleistosen Akhir. Selanjutnya pada zaman Holosen ada kenaikan suhu rata-rata.

Ukuran Otak Menyusut Lebih dari 10,7 Persen

Analisis Stibel memperlihatkan pola umum perubahan pola ukuran otak manusia yang rupanya berkaitan dengan perubahan iklim. Manusia mengalami penyusutan ukuran otak secara rata-rata, lebih dari 10,7 persen selama periode Holosen yang menghangat.

"Perubahan ukuran otak terjadi ribuan tahun setelah perubahan iklim, dan ini utamanya terlihat setelah Maksimal Glasial Terakhir, kira-kira 17 ribu tahun," kata dia, dikutip dari Science Alert.

Pola evolusioner ini terjadi dalam periode yang relatif singkat, antara 5 ribu hingga 17 ribu tahun. Tren ini memperlihatkan bahwa pemanasan global yang tengah terjadi bisa menimbulkan efek merugikan untuk kognitif manusia.

"Bahkan penurunan sedikit dalam ukuran otak manusia, masih bisa berdampak material terhadap fisiologis dengan cara yang tidak sepenuhnya dapat dipahami," kata dia dalam studinya.

Penelitian Stibel turut mengatakan bahwa kelembapan dan curah hujan dapat mempengaruhi perkembangan otak. Selain itu, meski perubahan iklim berkaitan dengan ukuran otak, tetapi iklim sendiri tidak bisa dikatakan sebagai tolok ukur seluruh variasi evolusi manusia.

Menurut Stibel, faktor ekosistem seperti predasi, efek iklim tidak langsung seperti vegetasi, faktor non iklim seperti budaya dan teknologi juga bisa saja berkontribusi terhadap perubahan ukuran otak manusia,

"Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan iklim adalah faktor prediktif ukuran otak manusia dan perubahan evolusioner tertentu terhadap otak, bisa jadi adalah respons atas tekanan lingkungan," ungkap Stibel.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads