Bisakah Manusia Berlatih Menggerakkan Telinga?

ADVERTISEMENT

Bisakah Manusia Berlatih Menggerakkan Telinga?

Zefanya Septiani - detikEdu
Kamis, 06 Jul 2023 12:30 WIB
Ilustrasi telinga, ilustrasi sakit telinga, ilustrasi kuping, ilustrasi sakit kuping, ilustrasi kanker telinga, ilustrasi tinnitus, ilustrasi tinitus
Foto: iStock/Kamonwan Wankaew/ilustrasi menggerakkan telinga
Jakarta -

Kemampuan untuk menggerakkan telinga merupakan kemampuan unik yang tidak dimiliki oleh semua orang. Beberapa orang bahkan berasumsi bahwa kemampuan ini disebabkan karena genetik.

Kemampuan ini dinilai sama seperti kemampuan untuk melipat lidah ataupun menjilat hidung. Sayangnya, tidak semua orang terlahir dengan kemampuan tersebut.

Lantas, dapatkan kita mempelajari cara menggerakkan telinga? Yuk, detikers kita simak informasinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menggerakkan Telinga Dapat Dilatih

Dilansir dari laman Live Science, Daniel J Strauss yang merupakan seorang profesor neurosains dan neuroteknologi di Rumah Sakit Universitas Saarland di Jerman mengungkapkan bahwa kita dapat belajar untuk menggerakkan telinga kita.

"Sudah terbukti memungkinkan," ungkap Strauss.

ADVERTISEMENT

"Dalam sebuah penelitian terbaru, kami memberikan umpan balik visual, semacam tampilan aktivasi otot pada layar yang dapat membantu orang 'melatih' otot telinga tertentu," tambahnya.

Penelitian ini dilakukan oleh Strauss bersama profesor dari Universitas Saarland dan Universitas Missouri dengan melibatkan 28 partisipan. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat apakah rangsangan audio dapat mendorong gerakan telinga yang tidak disengaja.

Temuan dari penelitian ini dapat menjadi langkah pertama menuju manusia yang dapat menggerakkan telinga secara sukarela dengan tingkatan yang lebih besar dari saat ini.

Selain manusia, beberapa hewan seperti anjing, kucing, kuda, dan kelinci diketahui memiliki kemampuan untuk menggerakkan telinga mereka untuk lebih fokus terhadap suara tertentu. Kemampuan ini membantu mereka untuk menghindari predatornya dan mencari makan.

Kucing memiliki kemampuan ini karena ia memiliki 32 otot di setiap telinganya. Sementara, manusia hanya memiliki tiga otot pada telinganya, yaitu auricularis superior, auricularis anterior, dan auricularis posterior.

Pada beberapa hewan yang mahir berburu, atau cenderung diburu, gerakan daun telinga atau pinna dan gerakan mata mereka sering menyertai satu sama lain. Hal ini membantu mereka untuk lebih fokus pada rangsangan pendengaran atau visual.

Fungsi Menggerakkan Telinga Sudah Jadi Fosil

Melalui penelitiannya, Strauss berhipotesis bahwa manusia telah mempertahankan sistem orientasi pinna vestigial mereka yang bertahan sebagai fosil saraf di dalam otak. Struktur vestigial adalah atribut tubuh manusia yang telah kehilangan fungsinya seiring berjalannya waktu, seperti gigi bungsu dan tulang ekor.

Contohnya, menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh Washington State University pada tahun 2019, para ilmuwan masih memperdebatkan mengapa manusia masih memiliki tulang ekor hingga saat ini. Beberapa peneliti berpendapat tulang ekor penting karena ligamen dan otot melekat padanya, sementara yang lain menganggapnya berlebihan.

Gigi bungsu kita dulunya digunakan oleh nenek moyang untuk mengunyah makanan yang sangat kasar. Saat ini kita tidak lagi membutuhkannya, tetapi gigi bungsu masih menyebabkan kita mengalami rasa sakit jika terinfeksi atau tumbuh melewati garis gusi.

Evolusi manusia yang panjang diperkirakan telah menyebabkan manusia jadi kurang mahir menggerakkan telinga ke arah suara tertentu. Strauss berpendapat, hal ini dapat terjadi karena menggerakkan telinga tidak penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

"Spesies lain mengandalkan penyetelan 'radar akustik' ini lebih dari kita," ungkap Strauss.

"Bagi manusia, kemampuan ini 'hilang' dalam evolusi. Bagi nenek moyang kita yang hidup jutaan tahun yang lalu, gerakan telinga dikaitkan dengan penyetelan sistem radar akustik, yang membantu mereka melokalisir ancaman," jelasnya.

Alih-alih menghilang seluruhnya, Strauss berpendapat kemampuan manusia untuk menggerakkan telinga telah memfosil. Pendapat ini juga didukung oleh temuan dari penelitiannya.

"Kami melaporkan bahwa sisa gerakan otot di sekitar telinga menunjukkan arah suara yang diperhatikan seseorang," ungkap Strauss.

"Untuk penelitian khusus kami, aktivasi otot tak sadar sangat menarik, karena digabungkan dengan sistem atensi kuno kami," tambahnya.

Menurut hasil penelitiannya, Strauss menyebutkan bahwa tiap manusia memiliki kemampuan untuk menggerakkan atau menggoyangkan telinga yang dipicu oleh suara. Sayangnya, gerakan tersebut hampir tidak terlihat.

Kemampuan Menggerakkan Telinga

Penelitian Strauss menunjukkan bahwa beberapa dari kita memiliki kemampuan alami untuk menggerakkan telinga sampai batas tertentu.

"Beberapa orang memiliki sifat yang memungkinkan mereka menggoyangkan telinga mereka lebih mudah daripada yang lain," jelas Strauss.

"Otot yang lebih kuat di sekitar telinga pasti membantu," tambahnya.

Sayangnya, hanya ada sedikit penelitian yang membahas apakah kemampuan menggerakkan telinga merupakan keturunan. Studi yang diterbitkan pada tahun 1949, mengungkap seseorang dapat menggerakkan telinganya dengan mudah apabila salah satu orang tuanya memiliki kemampuan ini.

Studi ini dilakukan dengan menilai kemampuan menggerakkan telinga dari 174 orang. Hasilnya, ditemukan bahwa hampir tiga dari empat (74%) orang yang bisa menggerakkan telinga memiliki orang tua dengan kemampuan sama.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads