Apakah Rasa Malas Bisa Diwariskan? Ini Kata Studi

ADVERTISEMENT

Apakah Rasa Malas Bisa Diwariskan? Ini Kata Studi

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 02 Jul 2023 19:00 WIB
Laziness, relaxing at home, pajamas
Foto: Getty Images/Enes Evren
Jakarta - Kata malas berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu. Dengan demikian, ketika seseorang malas ia memiliki perilaku suka berdiam diri tanpa melakukan aktivitasnya.

Namun dari manakah perilaku malas itu timbul? Apakah sebuah hal yang diwariskan dari keluarga? Begini penjelasannya dikutip dari Science ABC.

Hubungan Rasa Malas dan Genetika

Mengetahui hubungan perilaku malas diwariskan atau tidak ternyata berhubungan dengan topik genetika perilaku (psycho-genesis). Topik ini menegaskan bahwa genetika berperan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang.

Banyak penelitian dalam topik ini yang menghasilkan jawaban terkait perilaku seseorang. Contohnya seperti penelitian yang membahas apakah gen mempengaruhi gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, depresi dan lain sebagainya.

Metode utama dalam mempelajari psycho-genesis meliputi studi kembar, studi adopsi atau genetika molekuler. Studi kembar akan membandingkan anak kembar yang dibesarkan terpisah atau dibesarkan bersama.

Studi adopsi memeriksa seberapa mirip keturunan dengan orang tua biologis vs orang tua kandung. Terakhir, genetika molekuler memeriksa DNA individu dan mengamati variasi gen yang mempengaruhi perilaku mereka.

Salah satu studi yang paling ikonik di bidang kepribadian dan genetika dilakukan oleh Thomas Bouchard dan Matt McGua di Minnesota Amerika Serikat. Penelitian itu bernama Minnesota Study of Twins Reared Apart (MISTRA) yang berjalan selama 20 tahun.

Thomas dan Matt meneliti tentang apa faktor-faktor perkembangan yang dikaitkan dengan genetika dan yang dapat dijelaskan oleh lingkungan. Hasilnya penelitian menemukan korelasi mendalam antara genetika dan IQ.

Tak hanya itu, penelitian ini menetapkan sebuah standar bahwa perilaku tertentu memang memiliki dasar genetik. Hingga akhirnya sebuah penelitian yang dilakukan oleh Eyenesk menyebutkan ada 5 besar ciri kepribadian atau perilaku yaitu keterbukaan, kesadaran, ekstrovert/introvert, keramahan, dan neurotisme.

Penelitian itu juga menemukan bila ada 4--60% heritabilitas yang berarti sebagian besar ciri kepribadian seseorang itu diwariskan. Lalu bagaimana dengan kemalasan?

Pewarisan Perilaku Malas

Malas selalu berhubungan dengan perilaku negatif. Namun, untuk membuktikannya penelitian digelar terkait hal itu.

Seperti yang dilakukan pada tahun 2014 di mana sebuah percobaan dilakukan kepada seekor tikus. Diketahui genom tikus merupakan gen hewan yang sangat mirip dengan manusia.

Dengan demikian, sebagian besar penelitian tentang manusia pertama dilakukan terlebih dahulu kepada tikus baru diperluas ke manusia. Studi ini menemukan bahwa ada protein bernama SLC35D3 yang hadir di dopamin sehingga tikus mengalami gangguan.

Dopamin adalah bahan kimia yang hadir untuk mengatur tingkat aktivitas fisik manusia. Dalam penelitian, ditemukan bahwa tikus dengan SLC35D3 hanya bisa berjalan sekitar sepertiga dari tikus normal.

Kondisi ini dinilai mirip dengan sindrom metabolik pada manusia yang menyebabkan hipertensi dan obesitas. Ketika diujikan pada 300 pasien di China, peneliti menemukan kasus ini hanya terjadi pada dua orang.

Sehingga disimpulkan kemalasan bukan diturunkan dan diwariskan melalui genetik melainkan komponen lingkungan.

Namun, ada beberapa bukti bahwa mutasi langka pada protein yang mengatur dopamin dapat memengaruhi kemalasan. Walaupun begitu, kasus ini jarang terjadi.

Penyebab kemalasan sebenarnya karena urbanisasi dan aksesibilitas modern yang mudah di berbagai hal. Dengan demikian, kemalasan bisa timbul karena manusia mengadaptasi berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar kita.


(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads