Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) kerap disebut sebagai bidang akademik yang sulit dan dianggap momok bagi anak-anak. Tak jarang, banyak anak harus belajar terus menerus namun tetap mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.
Sebuah penelitian terbaru dari American Psychological Association (APA) mengungkap bahwa prestasi anak pada bidang STEM ternyata dipengaruhi oleh pengasuhan sejak kecil.
Studi menjelaskan, anak yang menerima asuhan berkualitas tinggi saat bayi, balita dan prasekolah memiliki prestasi yang lebih baik dalam STEM. Hubungan ini lebih kuat di antara anak-anak dari latar belakang ekonomi rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kualitas perawatan pada masa kanak-kanak awal dapat membentuk dasar yang kuat untuk kesuksesan STEM di masa depan," jelas penulis studi Andres S Bustamante, PhD, dari University of California Irvine.
"Menginvestasikan pada asuhan anak berkualitas dan pendidikan anak usia dini dapat membantu mengatasi kurangnya representasi populasi beragam secara rasial dan etnis di bidang STEM," tambahnya.
Kualitas Pengasuhan yang Baik, Lebih Maksimal untuk Anak ke Sekolah
Banyak studi telah membuktikan bahwa perawatan anak yang berkualitas tinggi saat masa kanak-kanak awal, berdampak pada kesiapan sekolah yang lebih baik bagi anak-anak dari keluarga yang berpendapatan rendah.
Sayangnya, tidak banyak penelitian yang meninjau sejauh mana dampak perawatan anak usia dini berlanjut hingga sekolah menengah.
Selain itu, terdapat lebih sedikit penelitian yang berfokus secara khusus pada mata pelajaran STEM, seperti yang dilansir dari laman Science Daily.
Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak
Penelitian yang dilakukan oleh Bustamante dan rekannya, telah memeriksa data dari 979 keluarga yang berpartisipasi dalam Studi Perawatan Anak dan Pengembangan Masa Depan oleh National Institute of Child Health and Human Development, mulai dari kelahiran anak pada tahun 1991 hingga 2006.
Dalam menguatkan data, peneliti juga mengunjungi penitipan anak dan taman kanak-kanak dari semua anak yang terdaftar selama 10 jam atau lebih per minggu. Pengamat mengunjungi saat anak-anak berusia 6, 15, 24, 36, dan 54 bulan.
Kunjungan tersebut menilai sejauh mana pengasuh memberikan lingkungan yang hangat dan mendukung serta merespons minat dan emosi anak.
Selain itu, mereka juga menilai pemberian stimulus kognitif oleh pengasuh melalui penggunaan bahasa yang kaya, mengajukan pertanyaan untuk mengeksplorasi pemikiran anak-anak, dan memberikan umpan balik untuk memperdalam pemahaman anak-anak tentang konsep-konsep.
Memiliki Nilai STEM yang Lebih Tinggi
Setelah melihat kualitas pengasuhan anak, para peneliti kemudian melihat bagaimana siswa-siswa tersebut berprestasi dalam mata pelajaran STEM di sekolah dasar dan menengah.
Penilaian keberhasilan dilakukan dengan memeriksa skor matematika dan penalaran anak-anak dalam tes berstandar pada tingkat kelas tiga hingga lima.
Sementara, untuk mengukur prestasi di sekolah menengah, peneliti meninjau skor tes berstandar dan mata pelajaran sains dan matematika yang paling tinggi diselesaikan siswa. Mereka juga melihat nilai akhir pada kedua mata pelajaran tersebut.
Secara keseluruhan, tim peneliti mendapati kedua aspek kualitas perawatan anak yakni stimulasi kognitif yang lebih tinggi dan sensitivitas serta respons pengasuh yang lebih baik.
Kedua aspek tersebut dapat memprediksi pencapaian STEM yang lebih besar di sekolah dasar akhir (kelas 3,4,5) dan akhirnya memprediksi pencapaian STEM yang lebih besar di sekolah menengah.
Melalui penelitian ini diketahui bahwa perawatan anak yang sensitif dan responsif pada masa kanak-kanak awal merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap kinerja STEM di sekolah menengah.
Terutama bagi anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah yang dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berpendapatan tinggi.
"Hipotesis kami adalah bahwa stimulasi kognitif akan lebih erat hubungannya dengan hasil STEM karena interaksi semacam itu menyediakan dasar untuk eksplorasi dan penyelidikan, yang merupakan kunci dalam pembelajaran STEM," ungkap Bustamante.
"Namun, apa yang kami lihat adalah bahwa sensitivitas dan respons pengasuh juga memprediksi hasil STEM di masa depan, yang menyoroti pentingnya perkembangan emosi sosial anak-anak dan lingkungan yang mendukung keterampilan kognitif dan emosi sosial," jelasnya lebih lanjut.
Ia juga menambahkan bahwa secara keseluruhan, penelitian dan teori menunjukkan bahwa praktik pengasuhan anak awal yang berkualitas tinggi pada anak dapat mendukung dasar yang kuat untuk pembelajaran sains.
"Secara bersama-sama, hasil ini menyoroti stimulasi kognitif dan sensitivitas serta respons pengasuh pada masa kanak-kanak awal sebagai area yang perlu diinvestasikan untuk memperkuat jalur STEM, terutama bagi anak-anak dari rumah tangga berpendapatan rendah," tutur Bustamante.
(faz/faz)