Bagaimana Jika AI Lebih Pintar dari Manusia? Ilmuwan Takutkan Hal Ini

ADVERTISEMENT

Bagaimana Jika AI Lebih Pintar dari Manusia? Ilmuwan Takutkan Hal Ini

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 24 Jun 2023 20:00 WIB
Security CCTV camera, surveillance technology and show application Artificial Intelligence AI tools icon on screen display.
Ilustrasi AI. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Sitthiphong)
Jakarta -

Pada tahun 1993, ilmuwan komputer dan penulis fiksi ilmiah Vernor Vinge meramalkan bahwa dalam tiga dekade, manusia akan memiliki teknologi untuk menciptakan suatu bentuk kecerdasan yang melampaui kemampuan manusia. Hampir 30 tahun kemudian, teknologi itu dikenal bernama Artificial Generalized Intelligence atau AGI.

Jajaran peneliti AI dan investor teknologi mencari apa yang mereka sebut sebagai AGI, entitas yang mampu melakukan kinerja tingkat manusia di semua jenis tugas intelektual. Jika manusia menghasilkan AGI yang sukses, beberapa peneliti percaya akan akhir dari manusia.

Kaum futuris sering memuji Vinge dengan mempopulerkan apa yang oleh banyak komentator disebut "Singularitas". Dia percaya bahwa kemajuan teknologi pada akhirnya dapat melahirkan entitas dengan kemampuan melebihi otak manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika disandingkan, Singularity adalah AI yang kuat. Tetapi Vinge membayangkannya dengan cara lain.

Vinge membayangkan peningkatan bioteknologi atau elektronik dapat mengubah otak manusia menjadi lebih cepat dan lebih pintar dengan prosesor komputer.

ADVERTISEMENT

"Intinya adalah, begitu mesin mengambil alih proses melakukan sains dan teknik, kemajuannya begitu cepat, Anda tidak dapat mengikutinya," kata Roman Yampolskiy, seorang ilmuwan komputer di Universitas Louisville dalam Pop Science.

Yampolsky melihat masa depan itu di bidangnya sendiri. Kini peneliti AI menerbitkan jumlah pekerjaan yang banyak dengan kecepatan tinggi.

"Sebagai seorang ahli, Anda tidak lagi tahu apa yang canggih," katanya.

"Itu berkembang terlalu cepat," sambungnya.

Apa Itu Kecerdasan Manusia Super?

Meskipun Vinge tidak menjelaskan jalan menuju Singularitas, beberapa pakar menganggap kunci mencapai AGI adalah melalui ilmu komputer.

Ketika diterapkan pada penelitian, AGI kemudian dapat menghasilkan penemuan dan teknologi barunya sendiri dengan kecepatan yang sangat tinggi. Misalnya, AI bisa menghasilkan penemuan lebih baik daripada ilmuwan komputer dunia nyata mana pun.

Sekarang, bayangkan sistem itu pada gilirannya bertugas merancang sistem AI yang lebih baik. Hasilnya, menurut beberapa peneliti, bisa menjadi percepatan dari kemampuan AI.

AI Bisa Jadi Masalah

Percepatan AI bisa menimbulkan masalah. Sebab, ilmuwan belum memahami lebih dalam tentang AI.

Pekerjaan Yampolsky menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah bisa memprediksi apa yang dapat dilakukan oleh AI. Menurutnya, mengendalikan AI sangat sulit dan bisa menjadi bencana.

Pada pertengahan 2022, lembaga think tank AI Impact melakukan survei pada 738 peneliti tentang kemungkinan skenario Singularity. Mereka menemukan bahwa 33 persen meyakini Singularity dapat terjadi sementara sisanya sulit percaya.

Sameer Singh, seorang ilmuwan komputer di University of California, Irvine, mengatakan bahwa kurangnya definisi yang konsisten untuk AGI dan Singularitas membuat konsep tersebut sulit untuk dipahami.

"Itu hal-hal akademik yang menarik untuk dipikirkan," jelasnya.

"Tapi, dari sudut pandang dampak, saya pikir masih banyak lagi yang bisa terjadi di masyarakat yang tidak hanya berdasarkan ambang batas ini," sambungnya.

Singh khawatir bahwa berfokus pada kemungkinan masa depan mengaburkan dampak nyata dari kegagalan AI.

"Ketika saya mendengar sumber daya masuk ke AGI dan efek jangka panjang ini, saya merasa hal itu menghilangkan masalah yang sebenarnya penting," katanya.

Diketahui model AI telah menghasilkan keluaran yang rasis, seksis, dan salah secara faktual. Dari sudut pandang hukum, konten yang dihasilkan oleh AI sering bertentangan dengan undang-undang hak cipta dan privasi data.

Bahkan beberapa analis mulai menyalahkan AI karena memicu PHK dan menutup lapangan pekerjaan. Menurut detikers, apakah AI berbahaya?




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads