Apakah ChatGPT Bisa Membantu Ilmuwan Mengeksplorasi Mars?

ADVERTISEMENT

Apakah ChatGPT Bisa Membantu Ilmuwan Mengeksplorasi Mars?

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 05 Jun 2023 09:30 WIB
Belakangan ini, ChatGPT menjadi tengah menjadi perbincangan netizen karena kecanggihannya. Selain itu, banyak orang yang penasaran bagaimana cara pakai ChatGPT.
Foto: Jonathan Raa/Getty Images
Jakarta -

Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini semakin banyak dengan beragam jenis manfaatnya. Salah satu AI yang paling populer dan sudah digunakan banyak orang adalah ChatGPT, model yang bisa memberikan informasi online dalam jumlah besar.

Kecanggihan dari AI tersebut dapat membuat kita membayangkan robot berputar dan bergerak di permukaan Mars yang terhubung dengan ChatGPT atau smartbot yang dapat menganalisis banyak hal yang terdapat di permukaan Mars.

Setelah data terkumpul, selanjutnya ChatGPT akan menyusunnya menjadi sebuah tulisan ilmiah kemudian mengirimkannya langsung ke publikasi jurnal ilmiah seperti Science Nature. Semua itu apakah terdengar tidak masuk akal?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Space, Leonard David, penulis buku "Mars: Our Future on the Red Planet", mengumpulkan pendapat dari beberapa pakar terkait penggunaan ChatGPT dalam mengeksplorasi Mars. Berikut beberapa pendapat dari mereka.

Jawaban ChatGPT Rawan Halusinasi

Pendapat pertama datang dari Sercan Ozcan, pengamat Manajemen Inovasi dan Teknologi di University of Portsmouth di Inggris. Ia menganggap bahwa ChatGPT dapat memberikan informasi yang menyesatkan dan tidak 100% akurat sehingga rentan terhadap 'halusinasi'.

ADVERTISEMENT

"Saya yakin manusia masih bisa bekerja lebih baik daripada ChatGPT, meski lebih lambat," katanya dikutip dari situs Space.

Tetap Butuh Manusia dalam Lingkaran

Pendapat kedua dikemukakan oleh Steve Ruff, profesor riset asosiasi di School of Earth and Space Exploration Arizona State University di Tempe, Arizona, yang tertarik dalam mempelajari Mars. Ruff berpikir AI dapat digunakan untuk operasi penjelajahan, seperti memilih target untuk diamati tanpa manusia dalam lingkaran, dan untuk navigasi.

"Saya skeptis bahwa AI apa pun, yang dilatih pada pengamatan yang ada, dapat digunakan untuk secara percaya diri menginterpretasikan pengamatan baru tanpa manusia dalam lingkaran, terutama dengan set data instrumen baru yang belum tersedia sebelumnya. Setiap set data semacam itu membutuhkan upaya yang telaten untuk memilahnya. " katanya

Hantu "Transhumanisme"

Nathalie Cabrol, Direktur Pusat Penelitian Carl Sagan di Institut SETI di Mountain View, California memandang bahwa AI mengacaukan evolusi manusia sehingga bisa disebut sebagai hantu "transhumanisme".

Transhumanisme dapat didefinisikan sebagai gerakan ideologis longgar yang disatukan oleh keyakinan bahwa ras manusia dapat berkembang melampaui keterbatasan fisik dan mentalnya saat ini, terutama melalui sains dan teknologi.

"Ini tidak sepele. Ini bukan hanya kertas. Ini tentang siapa yang kita inginkan sebagai spesies. Secara pribadi, saya melihat AI berguna sebagai alat, dan saya akan membatasinya seperti itu," ujarnya.

Pembatasan Pengetahuan

"Betapa lucunya kita masih berdebat tentang definisi kehidupan seperti yang kita ketahui, dan kita mulai menggunakan alat dalam pencarian itu yang juga memperluas definisi kehidupan," kata Amy Williams, asisten profesor Ilmu Geologi di University of Florida di Gainesville.

Dia adalah ilmuwan yang berpartisipasi di NASA dan memiliki rasa ingin tahu dan kegigihan terhadap misi penjelajah yang memiliki robot yang dapat mengintai di Mars. Williams bereaksi terhadap pengaturan off-world AI-ChatGPT dalam mode pengungkapan penuh.

"Itu mencerahkan karena melakukan pekerjaan yang bagus memberi saya pernyataan yang akan saya gambarkan sebagai kuat dan sesuai untuk ringkasan yang bisa saya berikan dalam pembicaraan penjangkauan kepada masyarakat umum tentang molekul organik di Mars," kata Williams.

Hal tersebut pun membuat Williams mengatakan bahwa AI memiliki keterbatasannya karena hanya dapat mengakses data dari dalam kasusnya atau "pembatasan pengetahuan".

Ia menekankan bahwa ChatGPT + AI di masa mendatang kemungkinan akan dapat menggabungkan data yang lebih baru dan menghasilkan sintesis lengkap dari hasil terbaru dari eksplorasi ilmiah tertentu.

"Mengingat keterbatasan data uplink dan downlink dengan arus jaringan luar angkasa, sulit bagi saya untuk melihat cara mengunggah basis pengetahuan untuk sesuatu yang serumit, misalnya, data saat ini dan historis serta konteks untuk sumber, tenggelam, dan nasib molekul organik di Mars sehingga AI onboard dapat menghasilkan naskah untuk publikasi," katanya.

Williams mengatakan bahwa meskipun ChatGPT + AI adalah alat canggih yang dapat meningkatkan proses penyampaian informasi dan penemuan baru secara positif, namun ia tidak melihatnya dapat menggantikan proses yang digerakkan oleh manusia untuk mensintesis informasi baru untuk menghasilkan wawasan baru tentang sains.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads