Mungkinkah Ada Kehidupan di Planet Lain Sebelum di Bumi? Ini Kata Ilmuwan

ADVERTISEMENT

Mungkinkah Ada Kehidupan di Planet Lain Sebelum di Bumi? Ini Kata Ilmuwan

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 15 Jun 2023 19:30 WIB
Planet Earth and big asteroid in the space. Concept a potentially hazardous object (PHO). Potentially hazardous asteroids (PHAs). Asteroid in outer space near Earth planet. Stony-iron meteorite is solar system. Elements of this image furnished by NASA. ______ Url(s): https://www.nasa.gov/multimedia/imagegallery/image_feature_2159.html Software: Adobe Photoshop CC 2015. Knoll light factory. Adobe After Effects CC 2017. 3ds Max 2016.
Foto: Getty Images/iStockphoto/buradaki/Planet Bumi
Jakarta -

Para ilmuwan planet memiliki teori panspermia yang menyatakan bahwa kehidupan dapat berpindah secara alami antar planet. Ilmuwan menganggap kehidupan tidak berasal dari Bumi tetapi berasal dari tempat lain di alam semesta.

Salah satu dukungan kenapa teori ini bisa muncul karena planet dan Bulan telah dibombardir dengan hebat oleh meteorit ketika Tata Surya masih muda. Kondisi ini membuat banyak material terlempar kembali ke luar angkasa.

Akhirnya, meteorit yang terbuat dari batuan Mars kadang-kadang ditemukan di Bumi. Alasan inilah yang kemudian mendukung bahwa bentuk kehidupan sederhana seperti ragi atau bakteri dapat terbawa di atas bebatuan atau material tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teori ini pun memunculkan pertanyaan: mungkinkah kehidupan di Bumi ada yang berasal dari planet lain?


Penelitian: Menguji Organisme Apakah Bisa Menembus Atmosfer atau Tidak

Sebuah penelitian yang dipresentasikan di European Planetary Science Congress di UCL tahun 2013 mencoba menjawab hipotesis teori ini. Jika memang kehidupan sebelumnya seperti organisme ada di planet lain, memungkinkan bisa menembus lapisan atmosfer atau tidak.

ADVERTISEMENT

Dina Pasini, peneliti dari University of Kent menggunakan sampel beku Nannochloropsis oculata, sejenis alga bersel satu yang hidup di lautan.

Ia menguji kondisi kehidupan awal yang harus bertahan jika memang melakukan perjalanan melalui ruang angkasa.

Ia menggunakan senjata gas ringan dua tahap, yang dapat mempercepat objek hingga kecepatan sangat tinggi. Kemudian menembakkan butiran beku Nannochloropsis ke dalam air, dan menguji sampel untuk melihat apakah ada yang selamat.

"Seperti yang mungkin Anda perkirakan, meningkatkan kecepatan tumbukan memang meningkatkan proporsi ganggang yang mati. Namun bahkan pada kecepatan 6,93 kilometer per detik, sebagian kecil bertahan. Kecepatan tumbukan semacam ini akan seperti yang Anda harapkan jika sebuah meteorit menabrak planet yang mirip dengan Bumi," jelas Pasini dikutip dari Science Daily.

Teori Panspermia Belum Bisa Dibuktikan?

Dalam penelitiannya, Pasini berpendapat bahwa es dan bebatuan dapat memberikan perlindungan terhadap radiasi, terutama jika organisme tertanam jauh di dalamnya.

Terlebih lagi, pemanasan yang disebabkan oleh masuknya ke atmosfer tidak mungkin memanaskan apa pun selain lapisan tipis di sekitar bagian luar batuan, membentuk apa yang dikenal sebagai 'kerak fusi'.

Pada akhirnya, penelitian ini pun menunjukkan bahwa panspermia, meski belum terbukti, juga bukan tidak mungkin.

"Penelitian kami menimbulkan beberapa pertanyaan. Jika kita menemukan kehidupan di planet lain, apakah itu benar-benar alien atau apakah itu terkait dengan kita? Dan jika demikian, apakah itu melahirkan kita atau kita melahirkannya?" ucap Pastini.

"Kita tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, tetapi pertanyaannya tidak seperti dibuat-buat seperti yang mungkin diasumsikan," pungkasnya.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads