Melamun di siang hari mungkin pernah dialami sebagian besar orang. Kebanyakan mereka bisa melamun ketika sedang melakukan sesuatu atau bekerja. Tapi pertanda apakah melamun?
Biasanya, saat melamun pikiran seseorang akan mengembara tanpa sadar. Tak jarang pikiran itu membawa ingatan yang telah lalu dan muncul kembali. Seperti tiba-tiba menyadari telah melupakan hari ulang tahun seseorang atau melupakan janji dengan orang lain.
Aktivitas saraf yang dapat diamati saat melamun ini diketahui sangat mirip dengan yang ditemukan di "jaringan default" yakni jaringan bagian di otak yang aktif selama periode istirahat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dikatakan, melamun adalah keadaan otak di mana kita tidak secara aktif melakukan tugas apa pun atau saat memori kerja kosong.
Studi yang Mengaitkan Melamun dan Ketidakbahagiaan
Sebuah penelitian menjelaskan keterkaitan antara melamun dan tingkat kebahagiaan. Studi ini mengungkapkan bahwa banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk melamun di siang hari, sebagaimana dikutip dari laman resmi Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Sekitar satu dekade yang lalu, para ilmuwan di Harvard mengembangkan sebuah aplikasi yang menanyakan kepada subjek tes apa yang mereka lakukan pada saat tertentu di siang hari (metode yang disebut pengambilan sampel pengalaman) dan melaporkan tingkat kebahagiaan mereka pada saat itu.
Para ilmuwan kemudian mengumpulkan data tambahan hingga sekitar 250.000 pengukuran dari lebih dari 2.000 individu yang dicatat dalam studi pertama.
Hasilnya, temuan mereka menunjukkan bahwa para peserta menghabiskan 47 persen dari hari mereka melamun bukannya mengerjakan tugas yang seharusnya mereka lakukan.
Ketika mereka diketahui sedang memikirkan sesuatu selain tugas yang dimaksudkan, mereka diberi pertanyaan lanjutan. Mereka ditanya apakah mereka sedang memikirkan pikiran bahagia, netral, atau tidak menyenangkan.
Ternyata, para peserta menunjukkan bahwa mereka secara signifikan tidak bahagia saat melamun daripada saat mereka melakukan aktivitas tertentu.
Studi ini pun telah dipublikasikan di majalah Science dengan tajuk utamanya berjudul "Pikiran yang Mengembara Adalah Pikiran yang Tidak Bahagia."
Terlalu Terbawa hingga Dalam
Ketika melamun, seringkali orang tenggelam dan jauh dari kenyataannya bahwa mereka sedang bekerja atau beraktivitas.
Meskipun interpretasi kebahagiaan adalah konsep relatif dan sulit diukur, namun sampel penelitian setidaknya telah menunjukkan bahwa mungkin kita jauh lebih bahagia ketika kita sepenuhnya konsentrasi dalam pekerjaan daripada saat kita melamun.
Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam banyak bentuk terapi relaksasi di mana orang disarankan untuk fokus pada aktivitas yang saat ini memenuhi pikiran mereka (fokus pada apa yang "ada di saat ini").
Melamun Juga Memiliki Manfaat
Meski demikian, peneliti tetap tidak memungkiri bahwa ada perbedaan yang signifikan antara individu dalam hal berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk melamun.
Bahkan beberapa memiliki hal yang berbeda saat melamun. Beberapa ilmuwan percaya bahwa melamun juga memiliki fungsi penting.
Misalnya, saat seseorang kurang sibuk dengan dunia di sekitar, maka lebih mudah untuk fokus pada diri sendiri dan membuat rencana untuk masa depan dengan melamun.
Kemudian melamun juga dipercaya menjadi stimulasi kreativitas, bisa memikirkan ide-ide baru, dan meluangkan waktu untuk memecahkan masalah yang rumit dengan kekuatan alam bawah sadar.
Buku-buku tentang konsentrasi dan kreativitas pun sering menyarankan pembaca untuk melamun dan membiarkan ide muncul dengan sendirinya.
Manfaat lain dari melamun juga bisa membuat tugas yang membosankan menjadi lebih menyenangkan.
Dalam sebuah penelitian, tim ahli saraf kognitif menemukan bahwa setelah subjek tes diminta untuk melakukan tugas yang membosankan selama 45 menit, mereka melaporkan merasa kurang bahagia daripada sebelumnya.
Namun, penurunan tingkat kebahagiaan kurang terlihat di antara subjek tes yang dilaporkan melamun selama mengerjakan tugas.
Oleh karena itu, melamun sering menjadi solusi potensial untuk mengatasi sebuah kebosanan. Sebab, kita sering menganggap otak sebagai mesin yang harus selalu melakukan sesuatu. Jadi saat kita menghabiskan waktu, kita mungkin membiarkan pikiran membawa pergi sebentar ke masa depan imajiner.
(faz/nwy)