Pakar Sebut Terlalu Fokus pada Tugas Justru Tak Baik untuk Otak, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Pakar Sebut Terlalu Fokus pada Tugas Justru Tak Baik untuk Otak, Kok Bisa?

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 02 Jan 2022 16:00 WIB
Brain from wooden puzzles. Mental Health and problems with memory.
Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Otak rupanya tidak terlalu menyukai kebiasaan kita untuk terlalu fokus pada tugas. Padahal, kita kerap melakukan kebiasaan itu karena ada banyak hal yang harus kita lakukan setiap harinya.

Misalnya, saat berbelanja kita kerap segera memenuhi keranjang belanja, lalu saat mengantre sengaja memeriksa email yang penting dan sebagainya. Kebiasaan untuk melakukan berbagai hal setiap waktu adalah hal yang sebetulnya tidak bagus untuk organ penting kita itu. Bagaimana bisa?

Akibat Buruk Terlalu Fokus pada Tugas untuk Otak

Seorang profesor bidang psikologi dari University of Miami sekaligus ilmuwan neurosains, Amishi Jha mengungkapkan pada CNBC Make It bahwa terus-terusan fokus pada tugas membuat otak kita tidak melakukan mental downtime atau waktu rehat mental.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waktu-waktu rehat mental menurut Jha rupanya mendorong kita ke momen-momen paling kreatif. Gagasan-gagasan baru dan unik muncul.

Salah satu contohnya adalah, saat kita mandi, tiba-tiba muncul sebuah ide yang menarik. Hal ini disebabkan kegiatan mandi memaksa terjadinya mental downtime. Saat mandi itu, tidak ada sesuatu yang meminta perhatian kita.

ADVERTISEMENT

Sehingga, kegiatan semacam melamun tidak hanya memuaskan, tapi juga bisa mendukung secara pribadi maupun profesional. Aktivitas seperti ini mendukung konsolidasi memori.

3 Olahraga Otak agar Tidak Mudah Lupa

1. Latihan

Gunakan perhatian untuk menelusuri berbagai informasi, misalnya mengenai detail pengalaman lucu yang baru kita alami, fakta-fakta penting kegiatan yang kita lakukan, dan sebagainya.

2. Elaborasi

Elaborasi yang dimaksud di sini adalah menghubungkan pengalaman atau informasi dengan pengetahuan yang sudah kita miliki sebelumnya. Jha menyatakan, seseorang dapat menyimpan lebih banyak ingatan dengan cara elaborasi ini.

3. Konsolidasi/Penggabungan

Kedua tahap di atas bermanfaat dalam pembentukan memori awal pada otak. Tetapi, untuk bisa menyimpan informasi jangka panjang, diperlukan proses yang disebut konsolidasi.

Kegiatan ini melibatkan pembentukan koneksi antara set neuron tertentu yang mengkode elemen memori dengan cara memutar ulang aktivitas otak yang dituju. Tayangan ulang inilah yang memperkuat memori jangka panjang.




(nah/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads