Ilmuwan Temukan Penawar untuk Jamur Paling Mematikan di Dunia

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Temukan Penawar untuk Jamur Paling Mematikan di Dunia

Martha Grattia - detikEdu
Rabu, 31 Mei 2023 18:00 WIB
Amanita phalloides (Fr.) Link in Willd. Death Cap, Amanite phalloide, Oronge ciquΓ« vert, GrΓΌner KnollenblΓ€tterpilz, Tignosa verdognola, Groene knolamaniet, Gyilkos galΓ³ca. Cap 6-15cm across, convex then flattened; variable in color but usually greenish or yellowish with an olivaceous disc and paler margin; also, paler and almost white caps do occur occasionally; smooth, slightly sticky when wet, with faint, radiating fibers often giving it a streaked appearance; occasionally white patches of volval remnants can be seen on cap. Gills free, close, broad; white. Stem 60-140 x 10-20mm, solid, sometimes becoming hollow, tapering slightly toward the top; white, sometimes flushed with cap color; smooth to slightly scaly; the ball-shaped basal bulb is encased in a large, white, lobed, saclike volva. Veil partial veil leaves skirt-like ring hanging near the top of the stem. Flesh firm, thicker on disc; white to pale yellowish green beneath cap cuticle. Odor sickly sweet becoming disagreeable. Spores broadly ellipsoid to subglobose, amyloid, 8-10.5 x 7-9Β΅. Deposit white. Habitat singly or in small groups on the ground in mixed coniferous and deciduous woods. Quite common in Europe. This is the most deadly fungus known, and despite years of detailed research into the toxins it contains, no antidote exists against their effects on the human body. Poisoning by Amanita phalloides is characterized by a delay of between six and twenty-four hours from the time of ingestion to the onset of symptoms, during which time the cells of the liver and kidneys are attacked (source R. Phillips).
Foto: iStockphoto/Mantonature/Ilustrasi jamur mematikan
Jakarta - Jamur topi kematian atau disebut "jamur death cap" adalah jamur paling mematikan di dunia. Jamur mematikan memiliki bentuk seperti payung berwarna kuning kehijauan.

Melansir laman Live Science, sebuah studi dalam jurnal Nature Communication, mengatakan bahwa jamur yang banyak ditemukan di Amerika Utara ini bertanggung jawab atas 90% dari semua kematian jamur beracun pada manusia.


Sumber Penawar Tak Terduga

Berdasarkan penelitian terbaru, peneliti berhasil menemukan penawaran untuk jamur mematikan dari sumber yang tak terduga, yaitu pewarna fluoresen.

Pewarna fluoresen atau Indocyanine Green (IGC) adalah pewarna yang biasa digunakan dalam medis untuk membantu menilai fungsi jantung dan hati.

Peneliti menemukan hal mengejutkan di mana pewarna ini bisa menghentikan alfa-amanitin (AMA) yang disebabkan karena jamur topi kematian.

Akibat Mengonsumsi Jamur Topi Kematian

Menurut situs WebMD, efek mematikan jamur ini terlihat mengerikan. Jika jamur ini dikonsumsi akan memicu muntah karena racun, diare atau urin berdarah, kerusakan ginjal dan hati, bahkan kematian.

Penanganannya pun beragam berdasarkan kapan jamur tersebut dikonsumsi, seperti pemompaan perut hingga operasi pengangkatan bagian jamur.

Qiao-Ping Wang, seorang profesor dan kepala departemen di School of Pharmaceutical Sciences di Sun Yat-Sen University di Shenzhen, China mengungkapkan bahwa jamur topi ini memiliki kemampuan untuk membunuh sel.

"Jamur topi ini memiliki racun paling mematikan dan bertanggung jawab atas kerusakan zat pada sel," ujar Wang.

Selain itu, Wang juga mengungkapkan bahwa AMA dapat memblokir RNA atau proses penting untuk fungsi dan keberlangsungan hidup sel.

Nantinya, untaian DNA disalin ke molekul baru dalam perjalanan untuk membiasakan diri membangun protein jantung.

Para peneliti menggunakan CRISPR atau teknologi penyunting genom untuk melihat gen dan protein mana yang diblokir oleh AMA. Mereka menemukan bahwa AMA membutuhkan enzim untuk memberikan efek racun yang dikenal dengan STT3B.

STT3B terlibat dalam produksi N-glikans dalam pembentukan protein dan meningkatkan ketahanan sel terhadap AMA dan menghambat kemampuan racun memasuki sel.

Peneliti berkonsultasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS untuk mengangkat efek AMA.

Kandungan dalam Pewarna Fluoresen

Diketahui, kandungan ICG dalam pewarna fluoresen mampu mencegah kerusakan hati dan ginjal karena AMA. Namun yang terpenting adalah ICG bisa meningkatkan kelangsungan hidup setelah keracunan.

Peneliti menggunakan sel hati dan tikus untuk mengetahui potensi dari ICG dalam mengurangi efek racun. Namun penelitian tetap dilanjutkan untuk memastikan manfaat ICG pada manusia.

"Kami akan melakukan tes untuk menghasilkan hasil yang lebih pasti tentang potensi ICG sebagai penawar keracunan dari jamur topi mematikan ini," tutur Wang.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads