Salah satu bukti nyata perkembangan Islam di Sulawesi ialah tersebarnya kerajaan dengan corak agama Islam. Munculnya kerajaan Islam tidak hanya menunjukkan perkembangan keagamaan, tetapi juga menunjukkan perkembangan pemerintahan di Indonesia.
Beberapa kerajaan di Sulawesi bahkan sudah muncul pada abad ke-14 dan 15. Kerajaan ini juga tak hanya menyebarkan agama Islam tetapi juga ikut melawan penjajahan.
Berikut ini 5 kerajaan bercorak Islam yang ada di Sulawesi beserta sejarah singkatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5 Kerajaan Islam di Sulawesi:
1. Kerajaan Gowa-Tallo
Mengutip laman detikHikmah, kerajaan Gowa Tallo adalah dua kerajaan yang biasa disebut sebagai Kerajaan Makassar. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terbesar dan tersukses di Sulawesi Selatan.
Pada laman milik Universitas Islam An Nur Lampung dijelaskan bahwa kerajaan Gowa Tallo mengalami puncak masa jayanya di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin yang dikenal anti kepada dominasi asing.
Ia diberikan julukan oleh Belanda sebagai Ayam Jantan dari Timur akibat keberanian yang dimilikinya untuk memimpin secara langsung pasukannya dalam peperangan melawan VOC.
Adapun beberapa peninggalan sejarah kerajaan Gowa Tallo, antara lain Balla Lompoa (istana tempat kediaman Raja Gowa), Benteng Somba Opu, Benteng Rotterdam, Masjid Tua Katangka, dan kompleks kuburan Raja Tallo dan Gowa.
2. Kerajaan Bone
Kerajaan Bone pertama kali didirikan pada tahun 1330 M oleh Raja Bone ke-1 atau Manurunge ri Matajang.
Mengutip laman Bone.go.id, kerajaan ini baru mencapai puncak jayanya pada akhir abad ke-17 di bawah pemerintahan La Tenritatta Arung Palakka.
Menariknya, kerajaan Bone telah menerapkan sistem demokrasi yang pada masa tersebut ditunjukkan dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam terminologi politik.
Hal tersebut dibuktikan melalui penerapan kepentingan rakyat melalui dewan adat, yaitu 'Ade Pitue', atau tujuh pejabat adat yang mewakili rakyat dengan posisi sebagai penasihat raja.
Selain itu, kerajaan Bone juga memiliki hubungan diplomasi yang kuat dengan kerajaan lainnya yang tergambar melalui perjanjian dan ikrar bersama antara kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng. Ikrar ini ditujukkan untuk memperkuat ketiga kerajaan dalam menghadapi tantangan dari luar.
Ajaibnya, kerajaan ini terus berkembang hingga pada Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959, wilayah ini menjadi Daerah Tingkat II Bone, merupakan bagian dari wilayah NKRI.
3. Kerajaan Wajo
Kerajaan Wajo telah didirikan sejak tahun 1399, tetapi kerajaan ini baru secara resmi memeluk agama Islam pada tahun 1610.
Dikutip dari laman Wajokab.go.id, kerajaan ini berawal dari kontrak sosial antara rakyat dan pemimpin adat untuk membentuk kerajaan Wajo.
Di sisi lain, kerajaan ini dikatakan berawal dari putri Kerajaan Luwu yang diasingkan karena penyakit. Setelah ia sembuh, ia dan pasukannya membangun masyarakat baru dan menikah dengan seorang pangeran dari Bone (ada yang berpendapat berasal dari kerajaan Soppeng) dan melahirkan raja-raja Wajo.
Masa kejayaan kerajaan Wajo terjadi pada abad ke-15 di bawah kepemimpinan La Tadampare Puang Ri Maggalatung Arung Matowa atau raja Wajo ke-6. Kerajaan ini kemudian membentuk aliansi dengan kerajaan Bone dan Soppeng untuk melawan kerajaan Gowa Tallo.
Aliansi ini kemudian pecah karena Wajo memilih untuk memihak kerajaan Gowa sedangkan Bone dan Soppeng memihak Belanda. Kekalahan Gowa menyebabkan Wajo mengalami pengepungan oleh armada gabungan Bone.
4. Kerajaan Soppeng
Melansir laman Kemdikbud, pemerintahan kerajaan Soppeng dimulai pada tahun 1300 di bawah kepemimpinan Latammalala Petta Manurunng Eri Sekkanyili. Ajaibnya, kerajaan ini mengalami pergantian datu (raja) yang memimpin sebanyak 36 kali dalam 657 tahun.
Kerajaan ini baru secara resmi memeluk agama Islam pada tahun 1609, di bawah kepemimpinan raja XIV yaitu 'BeowE'. Setelahnya, perubahan pemerintahan pada kerajaan ini terjadi dengan tidak begitu saja meninggalkan sistem-sistem lama.
Setelah menjadikan kerajaan Soppeng bercorak Islam, semua hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan kerajaan selalu ditinjau baik dan buruknya dengan dasar syariat agama Islam sebagai dasarnya.
5. Kesultanan Buton
Mengutip laman detikSulsel, pada awalnya bentuk pemerintahan Buton adalah kerajaan, tetapi karena pengaruh agama Islam, bentuk pemerintahannya kemudian diubah menjadi kesultanan.
Islam dijadikan agama secara resmi oleh kesultanan ini pada tahun 1511 di bawah pemerintahan raja kelima. Kendati demikian, agama Islam disinyalir telah masuk jauh sebelum tahun tersebut dan penyebarannya diperkuat oleh kedatangan Syeikh Abdul Wahid.
Penyebaran agama Islam dimulai dari keluarga dan kerabat yang mulai menjalankan beberapa kewajiban agama. Barulah setelah masyarakat Buton mulai menerima ajaran Islam, ajaran ini diteruskan sebagai kekuatan politik dan mulai disebarkan secara legal.
(faz/faz)