Pada zaman kerajaan Islam, agama tak hanya menyebar di wilayah Indonesia bagian barat saja namun juga sampai ke Indonesia bagian timur di Papua Barat.
Dalam sejarahnya, di Kabupaten Fakfak, Papua Barat terdapat beberapa kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa yakni Kerajaan Ati-ati, Fatagar, Rumbati, Namatota, Kaimana, Ugar, hingga Patipi.
Kerajaan-kerajaan tersebut tersebar pada beberapa tempat di wilayah Fakfak. Kerajaan Rumbati, Namatota, Kaimana, Ugar sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Kaimana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan dari Balai Arkeologi Papua yang dikutip dari arsip detikTravel, tujuh kerajaan itu juga disebut sebagai pertuanan dan terdiri dari beberapa suku yang masing-masing memiliki bahasa sendiri.
Sejarah pertuanan ini terbentuk pada abad ke-16, saat itu tokoh-tokoh penting Semenanjung Onin, di kawasan Teluk Berau mengunjungi Kerajaan Bacan, di Maluku Utara. Dari kunjungan itu terbentuklah kerajaan-kerajaan atau pertuanan di Fakfak.
Peninggalan-peninggalan Raja
Menurut sebuah jurnal di laman Kemdikbud RI, terdapat peninggalan arkeologi di Kampung Danaweria, Fakfak yaitu, makam Raja Fatagar, lokasi istana Raja Fatagar, dan lokasi pelabuhan.
Ada juga masjid yang diberi nama masjid An-Nur Merapi atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Merapi. Lokasi masjid berdekatan dengan kompleks makam Raja Fatagar.
Masjid Merapi sendiri dibangun pada tahun 1883 oleh Raja Fatagar, dengan bagian depan pintu utama masjid terdapat tulisan angka tahun 1883, 1901, 1929, 1960, dan 1975.
Angka tahun yang pertama yaitu 1883 adalah angka tahun pelaksanaan pembangunan dan untuk angka-angka tahun selanjutnya adalah pelaksanaan renovasi.
Pengaruh Kondisi Geografis
Menurut beberapa catatan sejarah, munculnya kerajaan Islam di Fakfak berkaitan dengan kondisi Papua yang secara geografis memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan Maluku.
Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, tenggara dan selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara.
Baik di Semenanjung Onin Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore).
Dari catatan sejarah Papua diketahui bahwa Kesultanan Tidore dominasi yang besar di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenanjung Onin Fakfak (Onim, 2006).
Masuknya agama Islam di wilayah pesisir ini, akhirnya membentuk pemukiman-pemukiman Islam pada wilayah.
Sejarah Masuknya Islam di Kabupaten Fakfak
Sejumlah catatan dari sejumlah pertuanan (kepemimpinan) raja-raja Fakfak menunjukkan keberadaan komunitas umat masa lampau di kawasan tersebut.
Keterangan Raja Wertuar X misalnya, disebutkan bahwa pada masa pemerintahan raja Wertuar VI dan Ketujuh, dibangun masjid pertama Kerajaan Wertuar yang terletak di Patimburak pada tahun 1870, tetapi sudah ada bangunan musala sebagai tempat ibadah mereka di tempat yang berbeda.
Diperkirakan bahwa agama Islam sudah ada dan berkembang di daerah Rumbati sebelum tahun 1724 dapat dibuktikan dengan ditemukan puing-puing bekas reruntuhan masjid.
Dari keterangan Raja Rumbati ke-16 dikatakan bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.
Catatan pribadi Ibrahim Bauw, Raja Rumbati dijelaskan bahwa agama Islam telah masuk ke Semenanjung Onim Fakfak pada tahun 1502 (Athwa, 2004, 45-47).
Berdasarkan letak geografis diperkirakan bahwa agama Islam masuk ke wilayah Fakfak berasal dari Ternate dan Tidore yang mana pada waktu itu kerajaan Ternate dan Tidore yang memegang peranan penting dalam perdagangan maupun dalam proses penyebaran agama Islam di wilayah Semenanjung Onin dan kawasan Kepala Burung.
Adapun secara garis besar proses penyebaran agama Islam di wilayah Fakfak melalui beberapa jalur di antaranya:
1. Perdagangan
Para pedagang datang dan memperkenalkan ajaran agama Islam dengan menetap di berbagai pemukiman masyarakat di sekitar daerah pesisir pantai Semenanjung Onin.
2. Politik
Ada juga penyebaran dakwah melalui saluran politik, bahwa atas jasa dan upaya-upaya para raja dari kesembilan pertuanan dan keluarga-keluarganya, agama Islam turut disebarkan.
3. Perkawinan
Para pedagang pada umumnya menempuh cara perkawinan agar lebih gampang atau mudah memperoleh kemungkinan dan jalan masuk untuk mendapatkan hasil pala dari masyarakat Fakfak.
4. Pendidikan non formal
Penyebaran Islam juga dilakukan dengan cara pendidikan non formal dilakukan melalui pusat-pusat pengajian yang berlokasi di masjid-masjid maupun di rumah para mubaligh dan tentunya juga dilakukan di rumah-rumah para raja.
Baca juga: Mengapa Aceh Dijuluki Serambi Makkah? |
(faz/nwk)