Saturnus 'Rebut' Predikat Planet dengan Bulan Terbanyak dari Jupiter

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 22 Mei 2023 18:30 WIB
Saturnus kini dapat predikat planet dengan bulan terbanyak Foto: ABC Australia
Jakarta -

Setiap planet memiliki satelit alami atau yang biasa dikenal sebagai bulan. Seperti yang kita ketahui, Bumi hanya memiliki satu bulan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi planet-planet raksasa yang memiliki puluhan bahkan ratusan bulan.

Planet dengan jumlah bulan terbanyak kerap menjadi pertanyaan bagi kita. Predikat bulan terbanyak selama ini dipegang oleh Jupiter yang merupakan planet terbesar di tata surya.

Hanya saja predikat tersebut telah "direbut" Saturnus yang dibuktikan melalui penemuan terbaru oleh para ilmuwan.


145 Bulan Saturnus Mengalahkan Milik Jupiter

Julukan baru bagi Saturnus disematkan setelah para ilmuwan menemukan 62 bulan baru yang menjadikan planet ini memiliki 145 satelit alami, seperti yang dituliskan pada laman milik detikEdu.

Pengakuan sejumlah bulan baru milik Saturnus tersebut diharapkan dilakukan pada akhir bulan Mei 2023 oleh Persatuan Astronomi Internasional atau The International Astronomical Union (IAU). IAU merupakan komunitas yang bertanggung jawab mengkategorikan dan membuat katalog benda-benda langit.

Bulan-bulan baru ini ditemukan di atas Mauna Kea, Hawai pada tahun 2019 dan 2021 dengan menggunakan Teleskop Kanada-Prancis-Hawaii.

Sementara, diketahui melalui laman AZ Animals, pada tahun 2021 dan 2022 di Chilli dan Hawai juga ditemukan 12 bulan tambahan milik Jupiter yang menjadikan bulannya sebanyak 92.

Hal tersebut tidak cukup untuk mempertahankan predikat planet Jupiter sebagai planet dengan bulan terbanyak.

Diketahui, bulan-bulan kecil yang ditemukan di sekitar Jupiter dan Saturnus diyakini oleh para ilmuwan tercipta melalui tabrakan antara bulan-bulan yang lebih besar dan benda-benda lain di luar angkasa.

Para ilmuwan juga akan terus menjelajahi kedua planet ini dan mengantisipasi penemuan bulan yang lebih banyak.

Bahkan NASA dan Badan Antariksa Eropa akan mengamati dan menjelajahi bulan milik Jupiter. Misi tersebut juga dilakukan untuk mencari tahu apakah ada tempat lain di luar Bumi yang dapat mendukung kehidupan.


Cara Bulan Terbentuk dan Kehidupan di Dalamnya

Setiap bulan diperkirakan memiliki proses terbentuk yang berbeda-beda. Hipotesis yang paling umum menyebutkan bahwa bulan terbentuk karena dua benda bertabrakan dan puing-puingnya membentuk benda besar yang mengorbit.

Bulan milik Bumi diperkirakan lahir dari benda besar yang seukuran dengan Mars dan menabrak Bumi miliaran tahun yang lalu. Tabrakan tersebut menyebabkan banyak materi di sekitar Bumi yang berkumpul untuk membentuk satelit alami.

Meskipun acap dikenal terbentuk karena tabrakan, tetapi bulan-bulan lain bisa saja terbentuk melalui proses yang berbeda, seperti akresi bersama atau penangkapan di orbit pada sekitar planet induknya.

Dua bulan milik Mars, yaitu Phobos dan Deimos, memiliki bentuk yang tidak bulat dengan ukuran sekitar 9,5 hingga 19 km serta tampak berwarna gelap. Penampakan bulan tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak tercipta karena tabrakan.

Kedua bulan tersebut diprediksi terbentuk karena ditangkap oleh asteroid atau komet yang terperangkap dalam tarikan gravitasi Mars.

Penamaan bulan yang baru ditemukan di tata surya dilakukan oleh IAU dengan kriteria tertentu sebelum nama tersebut disetujui. Pada awalnya bulan akan diberikan penomoran terlebih dahulu dan setelah dipelajari lebih lanjut dan disetujui baru diberi penamaan resmi.

Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apakah ada makhluk hidup yang dapat menempati bulan. Namun, beberapa ilmuwan memiliki spekulasi bahwa bentuk kehidupan mikroba mungkin ada di lautan bawah permukaan bulan es, seperti Europa dan Enceladus.

Kendati demikian, hingga saat ini belum ditemukan bukti yang konklusif. Beberapa peneliti bahkan mempercayai bahwa banyak bulan di tata surya, termasuk bulan milik Bumi terlalu dingin dan tidak ramah untuk kehidupan di permukaannya.

Namun, penemuan terbaru yang melibatkan tardigrada (organisme kecil yang mampu bertahan di lingkungan ekstrem) menunjukkan bahkan kondisi yang keras tersebut secara potensial dapat mendukung bentuk kehidupan asing.



Simak Video "Video: Momen Bulan Purnama Mencapai Titik Terendah di Langit China"

(pal/pal)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork