Setiap tanggal 20 Mei 2023, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Peringatan ini pun telah ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Bagaimana sebenarnya sejarah Hari Kebangkitan Nasional ini?
Melansir situs Kemdikbud, Hari Kebangkitan Nasional tidak terlepas dari organisasi bernama Budi Utomo. Organisasi Budi Utomo digagas oleh dr Wahidin Sudirohusodo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) lahir pada 20 Mei 1908.
Kemudian, hari lahirnya Budi Utomo tersebut diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hal tersebut disebabkan keberadaan organisasi tersebut menjadi tonggak awal perjuangan bangsa Indonesia khususnya kaum muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diawali Berdirinya Budi Utomo
Mengutip buku Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa oleh Gamal Komandoko (2008), saat dr Wahidin berpamitan kepada Sutomo dan Suradji untuk melanjutkan kampanye studiefond-nya ke Banten, Sutomo mengatakan kepada Wahidin "Punika satunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utami."
Ucapan terakhirnya yakni budi utami menjadikan Suradji menyarankan untuk menamai organisasi yang ia dan kawan-kawannya gagas sebagai Budi Utomo. Kata Budi berasal dari bahasa Sanskerta bodhi atau buddhi yang artinya pikiran sedangkan utomo berasal dari bahasa Jawa yakni kebajikan.
Organisasi Budi Utomo disambut dengan antusias tinggi oleh para pelajar saat itu dan dijadikan wadah untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Bahkan, organisasi ini disebut sebagai pelopor perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.
Tujuan jangka pendek organisasi Budi Utomo ini yakni memberikan perhatian kepada penduduk pribumi dalam masyarakat Jawa. Organisasi tersebut diharapkan dapat menjadi perhimpunan yang lebih universal tanpa memandang suku, kelamin, juga kepercayaan.
Beberapa anggota dari organisasi Budi Utomo antara lain adalah:
Ketua: R. Soetomo
Wakil Ketua: M. Soelaiman
Sekretaris I: Soewarno I (Gondo Soewarno)
Sekretaris II: M. Goenawan
Bendahara: R. Angka
Komisaris: M. Soeradji. M, Moh. Saleh, Soewarno II (M. Soewarno), dan R.M Goembrek
Budi Utomo Diterima Kolonial Belanda
Meskipun pada awalnya pendirian Budi Utomo lebih dominan menampakkan gagasan dari Wahidin, namun Sutomo dan anggota lainnya memperluas tujuan Budi Utomo yakni untuk meringankan beban perjuangan hidup bangsa Jawa lewat perkembangan yang harmonis dan kerohanian.
Keberadaan organisasi ini pun diwaspadai oleh pemerintah kolonial karena sifat organisasi Budi Utomo ini moderat dan menjauhi radikalisme. Hingga, pemerintah kolonial Belanda berpikir untuk menjadikan Budi Utomo sebagai alat pemerintah.
Akan tetapi, Budi Utomo mampu menunjukkan jika mereka memiliki perbedaan dengan organisasi yang terdapat pada masa itu. Budi Utomo menjadi organisasi yang bersahabat dengan pemerintah kolonial sehingga keberadaanya diterima secara sah oleh Belanda.
(nwy/nwy)