Dosen Kediri Tanggapi Riset Ilmuwan AS tentang Tuyul, Sesuai Realita?

ADVERTISEMENT

Dosen Kediri Tanggapi Riset Ilmuwan AS tentang Tuyul, Sesuai Realita?

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 10 Mei 2023 08:00 WIB
Warga Ciamis dibuat heboh dengan penemuan sosok misterius yang diduga menyerupai tuyul. Sosok itu berada dalam sebuah botol. Penasaran? Berikut penampakannya.
Sosok Tuyul dalam Botol. (Foto: Dadang Hermansyah)
Jakarta -

Beberapa waktu lalu, terkuat riset oleh antropolog asal Amerika Serikat (AS) Clifford Geertz tentang tuyul di Jawa. Riset itu menunjukkan, warga percaya akan keberadaan Tuyul di Mojokuto, yang ternyata merupakan wilayah Pare, Kabupaten Kediri.

Clifford dan rekan dalam buku berjudul "Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa" meneliti berbagai aspek kehidupan masyarakat. Riset yang dilakukan pada awal 1950-an berpendapat bahwa sebagian masyarakat Jawa memiliki kepercayaan terhadap makhluk halus.

Clifford dalam bukunya menekankan bahwa ia tidak membahas apakah tuyul itu nyata atau rekaan, tetapi pada fungsi keyakinan tersebut bagi masyarakat Mojokuto (sebuah tempat zaman dulu di wilayah Jawa Timur), yang ia teliti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat wawancara dengan berbagai narasumber, Clifford pun menemukan bahwa seseorang perlu membuat semacam perjanjian dengan setan, supaya tuyul mau menerima tawarannya. Apabila kesepakatan tercapai, orang itu akan bisa melihat tuyul dan untuk selanjutnya, bisa mempekerjakan mereka buat kepentingannya sendiri.

"Kalau orang mau kaya, ia bisa menyuruh mereka mencuri uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh hanya dalam sekejap mata hingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari uang untuk tuannya," tulisnya.

ADVERTISEMENT

Penelitian ini kemudian ditanggapi oleh Dosen Ilmu Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri, Sigit Widyatmoko. Ia pun membenarkan temuan Clifford.

Menurutnya, sistem feodal di Jawa memang mencerminkan toleransi yang sangat luar biasa. Kehidupan-kehidupan ekonomi, kehidupan sosial itu dipengaruhi dengan stratifikasi sosial.

"Penelitian itu erornya 5 persen, artinya pasti ada eror, tidak bisa absolut. Tapi saya percaya penelitian dari Cliffort, karena dia seorang antropolog dan bahkan ia melakukan 'doing field research', maksudnya benar-benar ada di lapangan, ada di dalam subjek penelitian, bukan penelitian di perpustakan," kata Sigit dalam detikJatim dikutip Selasa, (9/5/2023).

Selanjutnya, Sigit membenarkan Mojokuto dalam konteks sistem sosial masyarakat Jawa bahwa ada kepercayaan mistis tentang cara orang mendapatkan kekayaaan. Salah satunya tuyul.

Hal ini bisa dibuktikan di hampir setiap lapisan masyarakat Jawa, bahkan keturunan Jawa. Mulai dari wilayah Mataraman, lalu dari wilayah Jateng hingga Kediri.

"Sebagai warga Kediri dan dekat dengan wilayah Pare, Ini merupakan satu pendapat yang secara umum ada di masyarakat, tapi dibuktikannya sulit. Pandangan tuyul di masyarakat Jawa ini wajar," beber Sigit.

"Tapi kalau dikaji secara ilmiah ini ada kesenjangan ekonomi itu. Bukan suatu hal yang mengagetkan, Pare, Mojokuto, dalam buku Cliffort merupakan replika itu tadi yang mulai dari rakyat jelata sampai bangsawan, hingga pendatang, menjadi bentuk toleransi kehidupan di Jawa. Bentuk kota di Jawa, komunitasnya seperti itu satu," imbuhnya.

Sigit juga menyinggung, Mojokuto dulu menggambarkan toleransi yang tinggi di tengah lima agama yang ada di sana.

"Mojokuto menggambarkan begitu banyaknya kepercayaan mulai dari rakyat abangan sampai masyarakat Islam putihan. Lima agama kumpul jadi satu dan ada toleransi kehidupan luar biasa. Jangan diartikan Mojokuto itu Pare yang ada saat ini. Pare itu adalah satu sinonim dari Mojokuto, wilayah yang tersebar di sekitar Kawedanan yang menggambarkan kehidupan masyarakat feodal Jawa," pungkas Sigit.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads