Sepanjang sejarah Indonesia, posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) hampir selalu dipegang oleh laki-laki. Tapi di antara estafet kepemimpinan itu, ada satu srikandi yang pernah menjabat sebagai Mendikbud Indonesia.
Perempuan itu bernama Artati Marzuki Sudirdjo. Hingga saat ini, Artati merupakan satu-satunya perempuan yang penah menjadi Menteri Pendidikan RI. Ia menjabat pada masa Kabinet Dwikora mulai Agustus 1964 sampai Februari 1966.
Sosoknya bisa jadi lebih akrab pada dunia hubungan internasional. Sebab, kariernya bermula dari Departemen Luar Negeri Indonesia yang kemudian mengantarkannya ke bangku Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Berikut profil Artati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Artati Sudirdjo
Artati dilahirkan di Bringin, Salatiga pada 15 Juni 1921. Sedari dini, ia sudah akrab dengan dunia pendidikan.
Artati Menamatkan Hogere Burger School V tahun di Jalan Baliton I Bandung, pada tanggal 13 Juni 1939 dan mengambil jurusan Wiskunde. Kemudian melanjutkan ke Faculteit der Rechts-geleerdheid di Jalan Merdeka Barat 13 Jakarta. Kemudian ia lanjut kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia namun belum tamat dan baru mencapai tingkat V.
Selain pendidikan formal, Artati juga gigih mengikuti kursus, terutama dalam bahasa asing. Menurut buku Menteri-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1966 oleh S Sumardi, Artati menguasai bahasa Inggris Belanda, Prancis, Italia, Jerman, dan Jepang.
Perjalanan Karier Artati Sudirdjo
Sejak masih remaja, Artati sudah menguasai beberapa bahasa asing, dan hal ini disalurkan dengan bekerja sebagai penerjemah pada kantor Gubernur Jawa Barat di Bandung. Tahun 1915, ia bekerja sebagai BS Griffier atau Buitengewoon Substitut Griffer yaitu penulis atau panitera Kantor Pengadilan Kepolisian Jakarta.
Kepiawaiannya membuat ia dipindahkan ke kantor Pusat Kehakiman Jakarta sebagai pegawai Bagian Urusan Umum. Ia beberapa kali dipindahkan ke Pengadilan Negeri Bandung sebagai Panitera sampai akhir Oktober 1946.
Akhirnya pada 1950, ia ditugaskan ke Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri. Waktunya di Kemenlu RI tidak berlangsung lama, ia kembali dipindahkan ke New York, Amerika Serikat sebagai Kepala Bagian Sosial Departemen Luar Negeri RI.
Puncaknya, ia menjadi Direktur Persatuan Bangsa-Bangsa hingga Juni 1978. Bulan berikutnya, ia dipindahtugaskan ke Roma sebagai Kepala Bagian Politik pada Kedutaan Besar RI di sana.
Barulah pada Agustus 1964, ia dipanggil kembali ke Indonesia untuk mengabdi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam buku yang sama, dijelaskan bahwa waktunya di Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan relatif singkat dibanding waktunya di Departemen Luar Negeri. Membuat prestasinya kurang begitu menonjol. Kendati demikian, Artati aktif menghadiri seminar, konferensi, maupun pertemuan.
Adapun beberapa jabatan yang pernah diampu oleh Artati adalah:
1. Anggota Pengurus Besar Palang Merah Indonesia mewakili Departemen Perhubungan
2. Wakil Ketua Tim Asistensi Inter Departemental Menteri Perburuhan di Jakarta (1963)
3. Ketua Panitia Konferensi Para Menteri Luar Negeri Negara-negara asia Tentang Kamboja (1977)
4. Ketua Umum Team Screening Departemen Luar Negeri RI (1969)
5. Anggota Dewan Pembina Pusat Korps Pegawai RI
Tanda Jasa Artati Sudirdjo
Atas jasanya pada hubungan luar negeri serta pendidikan Indonesia, Artati meraih beberapa tanda jasa baik dari Indonesia maupun mancanegara.
1. Commendatore, Ordine Al Merito della Repubblica Italiana (1962)
2. Satya Lencana Karya Satya kelas II RI (1967)
3. Satya Lencana Kemerdekaan RI (1969)
3. Groof officier in de Orde Van Oranje-Nassau dari Belanda (1972)
5. Bintang Mahaputra Utama II Ri (1974)
6. Groot officier in de kroonorde Belgia (1975)
Sosok Artati telah mewakili negara dan perempuan baik di forum nasional maupun internasional. Pribadinya yang gigih dan giat belajar bisa menjadi teladan bagi generasi mendatang.
(nir/nwk)