Kurang Waktu Bermain Mandiri Tingkatkan Gangguan Mental Anak, Ini Studinya

ADVERTISEMENT

Kurang Waktu Bermain Mandiri Tingkatkan Gangguan Mental Anak, Ini Studinya

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 01 Mei 2023 07:00 WIB
5 Cara Menerapkan Positive Discipline untuk Cegah Kekerasan pada Anak
Foto: Getty Images/Erdark
Jakarta -

Gangguan kecemasan dan depresi pada anak usia sekolah bukan sekadar omong kosong. Sebagai contoh, Florida Atlantic University baru-baru ini mengungkap bahwa fenomena tersebut saat ini berada di titik tertinggi sepanjang masa Amerika Serikat.

Sayangnya, pada 2021, kesehatan mental anak dan remaja dinyatakan sebagai darurat nasional AS. Berbagai penyebab dianggap berkontribusi terhadap penurunan kesehatan mental mereka. Namun, ada sebuah studi belum lama ini yang menunjukkan faktor dari gangguan kecemasan dan depresi pada usia sekolah adalah kurangnya waktu bermain secara mandiri.

Penelitian tersebut diterbitkan dalam Journal of Pediatrics dan menunjukkan bahwa peningkatan gangguan kesehatan mental berkorelasi dengan penurunan kesempatan bagi anak-anak dan remaja untuk bermain dan terlibat dalam kegiatan yang terlepas dari pengawasan langsung dan kontrol orang dewasa.

Meskipun bermaksud baik, niat orang dewasa untuk membimbing dan melindungi anak-anak dan remaja rupanya mengurangi kebebasan yang mereka butuhkan untuk segi kesehatan mental. Hal ini kemudian berkontribusi pada kecemasan, depresi, dan bunuh diri di kalangan anak muda.

"Orang tua saat ini tunduk pada ide akan datangnya bahaya yang mungkin menimpa anak-anak tanpa pengawasan dan tunduk pada ide soal prestasi tinggi di sekolah. Namun, mereka mendengar sedikit tentang gagasan penyeimbang bahwa jika ingin anak-anak tumbuh dengan penyesuaian diri yang baik, mereka membutuhkan kesempatan yang terus meningkat dalam aktivitas mandiri, termasuk bermain secara independen dan berkontribusi bagi kehidupan keluarga serta komunitas," jelas penulis studi David F Bjorklund, PhD dari Department of Psychology in Florida Atlantic University's Charles E. Schmidt College of Science.

"Ini merupakan tanda bahwa mereka dipercaya, bertanggung jawab, dan mampu. Mereka perlu merasa bahwa mereka dapat menghadapi dunia nyata secara efektif, bukan hanya dunia sekolah," lanjutnya, seperti dikutip dari laman Florida Atlantic University.

Studi tersebut juga memperlihatkan bahwa kebebasan anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas yang melibatkan risiko dan tanggung jawab pribadi telah menurun selama beberapa dekade. Permainan berisiko, seperti memanjat pohon, membantu anak-anak dari mengembangkan fobia dan mengurangi kecemasan di masa depan dengan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menghadapi keadaan darurat.

Ada banyak kendala yang berdampak pada aktivitas mandiri pada anak-anak saat ini, termasuk peningkatan waktu dihabiskan di sekolah dan tugas sekolah di rumah.

"Kategori utama aktivitas mandiri, terutama untuk anak kecil, adalah bermain," kata Bjorklund.

Para peneliti menerangkan peningkatan waktu di sekolah dan tekanan untuk berprestasi selama beberapa dekade, bisa jadi berdampak pada kesehatan mental. Pasalnya, hal ini tidak hanya dengan mengurangi waktu dan kesempatan agar anak-anak melakukan kegiatan mandiri tetapi juga memberikan ketakutan akan kegagalan akademik atau ketakutan akan pencapaian yang tidak mencukupi.

Publikasi ilmiah ini diakhiri dengan catatan bahwa kepedulian terhadap keselamatan anak-anak dan bimbingan dari orang dewasa perlu diimbangi dengan pengakuan bahwa, seiring pertumbuhan mereka, dibutuhkan kesempatan yang semakin meningkat agar anak-anak mengelola aktivitas mereka sendiri secara mandiri.




(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads