Waspada Ancaman Bakteri Pemakan Daging Dampak Perubahan Iklim, Ini Studinya

ADVERTISEMENT

Waspada Ancaman Bakteri Pemakan Daging Dampak Perubahan Iklim, Ini Studinya

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 17 Apr 2023 05:00 WIB
Bakteri
Foto: Olivier Gros/ilustrasi bakteri
Jakarta -

Tidak semua konsekuensi perubahan iklim dapat segera terlihat. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports belum lama ini, salah satu efek dari menghangatnya lautan yang patut diperhatikan adalah penyebaran bakteri pemakan daging di perairan pantai.

Bakteri tersebut bernama Vibrio vulnificus, yang dapat membuat manusia sakit, bahkan ketika cuaca sedang baik. Spesies bakteri ini terkenal dengan kemampuannya menginfeksi manusia.

Infeksi Vibrio vulnificus bisa terjadi ketika seseorang makan makanan laut mentah atau setengah matang, terutama tiram. Namun bakteri tersebut itu juga bisa menyebabkan penyakit bernama necrotizing fasciitis yang mengancam nyawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bakteri ini telah lama dikenal ada di perairan pesisir di Teluk Meksiko dan pantai Atlantik Georgia dan Florida. Bakteri V vulnificus menimbulkan ancaman yang semakin besar di daerah tersebut, tetapi juga menjajaki habitat baru lebih jauh ke utara, menurut peneliti.

Studi mendapati selama rentang waktu 30 tahun, jumlah infeksi V vulnificus di sepanjang pantai timur Amerika Serikat meningkat dari 10 menjadi 80 per tahun. Ahli memperkirakan infeksinya akan mencapai 200 per tahun pada tahun 2100.

ADVERTISEMENT

Kasus-kasus infeksi V vulnificus juga muncul di wilayah yang lebih jauh ke utara setiap tahunnya. Bakteri tersebut sekarang dapat ditemukan hingga ke Philadelphia.

Prediksi para peneliti, infeksi V vulnificus dapat mulai menjangkiti New York dalam beberapa dekade. Di bawah skenario emisi dan pemanasan global yang tingkatnya sedang hingga tinggi, infeksinya mungkin terjadi di setiap negara bagian AS bagian timur pada tahun 2080-an.

Para peneliti mengklaim studi mereka adalah riset pertama yang memetakan titik wilayah infeksi V vulnificus di sepanjang pantai AS rupanya telah berubah dari waktu ke waktu.

Meski jumlah keseluruhan infeksi V vulnificus AS tetap cukup rendah, taruhannya justru tinggi. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sekitar satu dari lima orang dengan luka yang terinfeksi akan meninggal dan terkadang dalam sehari atau dua hari terinfeksi, korban akan sakit.

Penelitian ini sendiri diketuai oleh Elizabeth Archer, seorang geosaintis di University of East Anglia di Inggris.

"Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia mengubah iklim kita dan dampaknya mungkin sangat akut di kawasan garis pantai dunia, yang menjadi batas utama antara ekosistem alami dan populasi manusia," kata Archer, dikutip dari Science Alert.

"Kami menunjukkan bahwa pada akhir abad ke-21, infeksi V vulnificus akan meluas lebih jauh ke utara, tetapi seberapa jauh ke utara akan bergantung pada tingkat pemanasan dan emisi gas rumah kaca kita di masa depan," tambahnya.

Archer dan rekan-rekannya menggunakan data dari CDC untuk memetakan di mana orang terinfeksi V vulnificus di pesisir timur AS. Ini memungkinkan dia dan tim membuat peta penyebaran bakteri ke arah utara selama 30 tahun terakhir.

Para peneliti juga menggunakan pengamatan suhu dan model iklim untuk memprediksi bagaimana penyebaran bakteri tersebut akan berlanjut berdasarkan berbagai skenario pemanasan suhu.

"Mengetahui di mana kasus kemungkinan akan terjadi di masa depan akan membantu layanan kesehatan merencanakan masa depan," kata rekan penulis Iainnya Lake, seorang profesor ilmu lingkungan di UEA.

Kata para peneliti, pihak berwenang mungkin dapat mengembangkan sistem yang dapat mengeluarkan peringatan tentang tingkat Vibrio dan meningkatkan kesadaran di antara kelompok berisiko tinggi.

Studi ini dipublikasikan di jurnal Laporan Ilmiah dengan tajuk "Climate Warming and Increasing Vibrio vulnificus Infections in North America".




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads