Rumah adat menjadi salah satu identitas suatu daerah. Setiap daerah di Indonesia masing-masing memiliki rumah adat yang sudah pasti memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Salah satunya adalah rumah adat Aceh.
Dilansir dari buku Arsitektur Rumah Tradisional Aceh oleh Herman RN dari Kemendikbud, nama rumah adat Aceh adalah Rumoh Aceh. Rumoh Aceh diambil dari dua kata yaitu rumoh yang berarti rumah dan Aceh yang berarti dari Aceh.
Rumah adat Aceh berbentuk panggung dengan serambi depan, tengah, dan belakang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsitektur dan Makna Rumoh Aceh
Arsitektur rumah adat Aceh ini berbentuk panggung yang mengandung filosofi baik dari keselamatan terhadap gangguan alam dan makna dari sisi kehidupan sosial masyarakat.
Contohnya, rumah ini dibuat dengan jarak 2,5 meter dari tanah dengan lantai rumah adat Aceh. Rumah berbentuk panggung ini supaya orang-orang masih dapat beraktivitas di bawah rumah tersebut. Karena masyarakat Aceh zaman dulu banyak aktivitas di bawah rumah.
Kolong bawah rumah adat Aceh dapat dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan hasil tani atau hasil melaut karena sebagian berprofesi sebagai petani dan nelayan yang juga menyimpan alat melaut seperti jaring dan jala di bawah rumah.
Sedangkan untuk anak-anak biasanya digunakan untuk bermain. Bahkan kolong rumah bisa dimanfaatkan kaum ibu untuk menumbuk beras.
Selain untuk beraktivitas, adanya jarak antara tanah dan lantai rumah adat Aceh yaitu untuk menghindari dari serangan binatang buas atau bencana alam seperti banjir. Hal ini karena rumah penduduk zaman dahulu masih di sekitar hutan dan juga tetap bisa tidur di malam hari ketika banjir tiba-tiba datang.
Pintu rumah adat Aceh dibuat sedikit lebih rendah dan diberi balok melintang dengan tujuan setiap orang yang hendak masuk harus menunduk terlebih dahulu. Ini bermakna jika setiap tamu hendaknya menaruh hormat kepada tuan rumah dengan tidak mendongakkan kepala.
Sisi selanjutnya yaitu bagian atas rumah yang berbentuk segitiga. Atap ini disebut dengan istilah bubong lalu bubong kanan dan kiri ini dihubungkan oleh perabung.
Selain itu, sisi rumah adat Aceh ini selalu menghadap ke timur dan barat daya. Ini karena salah satu sisinya menghadap kiblat karena mayoritas masyarakat Aceh menganut agama Islam. Tak hanya itu, angin kencang kerap bertiup antara dua arah ini sehingga dapat selamat dari angin badai.
Atap rumah Aceh sendiri terbuat dari daun rumbia yang dianyam oleh masyarakat sendiri. Daun rumbia dipilih karena ringan dan memberikan hawa sejuk. Selain itu pada bagian barat luar rumah biasa ditanam pohon besar dan rindang.
Selain supaya rindang, penanaman pohon ini bertujuan untuk menyelamatkan dari hantaman angin dan banjir.
Bagian-Bagian Rumah Adat Aceh
Dikutip dari laman Kemendikbud, pada rumah adat Aceh ada bagian bernama yubmoh yang berada di bagian bawah terdapat tempat untuk menyimpan berbagai macam benda, sperti jeungki (alat penumbuk padi), berandang (tempat menyimpan padi) sekaligus sebagai tempat bermain anak-anak dan digunakan sebagai tempat ayunan anak-anak bayi.
Ruang Depan (Seuramoe Keu)
Ruangan depan atau disebut juga dengan seuramoe keu (serambi depan). Ruangan ini adalah ruangan polos tanpa kamar yang digunakan sebagai ruang tamu laki-laki, ruang belajar mengaji anak laki-laki baik saat malam atau siang hari.
Selain itu digunakan sebagai tempat jamuan makan bersama di saat-saat tertentu seperti upacara perkawinan.
Ruang Tengah (Seuramoe Teungoh)
Ruangan tengah atau dikenal juga dengan istilah seuramoe ini merupakan bagian inti dari rumoh Aceh. Ruangan ini lebih tinggi dibanding seuramoe keu yang disebut dengan rumoh inong (rumah induk). Tempat ini dianggap suci karena bersifat sangat pribadi.
Pada ruang tengah ini terdapat dua bilik atau kamar yang berhadapan. Kedua kamar ini digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga atau pemilik rumah. Namun apabila ada anak perempuan yang baru kawin maka ia dapat menempati kamar ini dan orang tua akan pindah ke anjong.
Ruang Belakang (Seuramoe Likoet)
Ini merupakan ruangan tanpa kamar yang digunakan untuk ruang tamu perempuan untuk mengaji. Dan apabila adanya musyawarah dan makan bersama, tempat untuk lak-laki dan perempuan tetap dipisah.
Nah itu dia pengenalan dengan rumah adat Aceh yang dikenal dengan nama Rumoh Aceh. Tapi tahukah kamu, ternyata Rumoh Aceh ini sudah hampir hilang dan hanya tersisa di beberapa tempat saja.
Tapi jangan sedih! Detikers dapat menemukannya di Banda Aceh (komplek Kantor Museum Aceh), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan rumah Cut Nyak Dhien yang terletak di Desa Lampisang sejauh 10 km dari pusat Kota Banda Aceh.
(pal/pal)