Studi: Musik Favorit Bikin Nyeri Kurang Terasa Sakit

ADVERTISEMENT

Studi: Musik Favorit Bikin Nyeri Kurang Terasa Sakit

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 20 Mar 2023 17:30 WIB
Korea Indonesia String Orchestra (KISO) menggelar pertunjukan orkestra bertema Healing With Music di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Sabtu (10/12/2016). Pertunjukan itu untuk menghibur pasien.
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Tahukah detikers, mendengarkan musik kesukaan ternyata bisa membuat nyeri kurang terasa sakit? Penelitian Hans Timmerman dkk ini menemukan, mendengarkan musik favorit yang dipilih sendiri bisa membantu seseorang yang harus menjalani prosedur medis menyakitkan.

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang berkaitan atau menyerupai yang berkaitan dengan kerusakan jaringan tubuh.

Timmerman menjelaskan, nyeri pada dasarnya merupakan sensasi umum sehari-hari yang berfungsi sebagai sistem peringatan tubuh. Rasa sakit disebabkan cedera, penyakit, atau prosedur medis. Nyeri umumnya terasa dalam waktu singkat, maksimal 3 bukan, dan bisa hilang jika penyebabnya diobati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, nyeri dapat jadi nyeri kronis lebih dari 3 bulan. Dampaknya tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga mental, spiritual, kualitas hidup, naiknya biaya berobat, dan terkena efek samping negatif seperti ketergantungan pada resep opioid (narkotika atau obat nyeri).

"Karena obat-obatan memiliki berbagai efek samping negatif, perawatan nyeri nonfarmakologis tambahan dapat bermanfaat. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi musik dapat memberikan pendekatan yang efektif dalam pengobatan nyeri akut (pasca operasi) serta nyeri kronis," tulisnya dalam jurnal Plos One, dikutip Sabtu (18/3/2023).

ADVERTISEMENT

Penelitian Musik Kurangi Rasa Nyeri

Penelitian Timmerman dkk dilakukan pada 417 sukarelawan sehat di Belanda yang diberi tes nyeri listrik dan nyeri tekanan, dikutip dari the effect of preferred music versus disliked music on pain thresholds in healthy volunteers: An observational study.

Relawan metode A mendengar musik pilihannya terlebih dulu di Spotify dengan earphone in-ear plug, baru musik yang tidak disukai. Metode B dilakukan sebaliknya.

Hasilnya menunjukkan, orang yang mendengarkan musik kesukaannya punya toleransi lebih tinggi signifikan pada nyeri akibat listrik dan nyeri akibat tekanan, serta punya tingkat nyeri maksimum terendah, dibandingkan yang mendengarkan musik yang tidak disukai dan mendengarkan keheningan.

Timmerman dkk juga mendapati, ambang rasa sakit (ketahanan atas rasa sakit) tertinggi karena nyeri listrik dan tekanan terjadi jika seseorang mendengar sebentar musik yang tidak disukai, lalu dilanjutkan dengan musik kesukaan.

"Oleh karena itu, masuk akal bahwa musik yang disukai dapat bermanfaat saat menjalani prosedur yang sebenarnya dan menyakitkan, terutama jika sedikit didahului oleh musik yang tidak disukai," terangnya.

Ia menuturkan, penelitian selanjutnya dapat menelusuri perbedaan pengaruh keheningan, musik kesukaan, dan musik yang tidak disukai pada persepsi nyeri.

"Misalnya, frekuensi dalam musik mungkin berperan dalam mengurangi intensitas nyeri. Selain efek pada intensitas nyeri, efek musik pada mekanisme biopsikososial lainnya juga harus diperhatikan, seperti ketakutan, kecemasan, distres, dan interaksi sosial," imbuhnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads